Suci dan Petualangan Seru di Kampus Merdeka: Menemukan Dunia Baru

Posted on

Halo, semua! Apakah kamu pernah penasaran bagaimana rasanya bisa menjalani sebuah program intensif di Kampus Merdeka? Di artikel ini, kami akan mengajak kamu menjelajahi kisah inspiratif seorang gadis muda bernama Suci yang menjalani petualangan luar biasa selama program tersebut.

Dari sesi workshop yang mendalam hingga proyek sosial yang menyentuh hati, Suci dan teman-temannya menghadapi tantangan, merasakan kegembiraan, dan menciptakan kenangan yang tak akan terlupakan. Siap untuk ikut dalam perjalanan penuh warna ini? Ayo, baca terus untuk menemukan bagaimana Kampus Merdeka mengubah hidup mereka dan mendapatkan inspirasi untuk petualanganmu sendiri!

 

Suci dan Petualangan Seru di Kampus Merdeka

Selamat Datang di Dunia Baru: Awal Petualangan Suci

Suci berdiri di depan gerbang Kampus Merdeka, matanya berbinar-binar penuh antusiasme. Dada yang berdegup kencang mencerminkan kegembiraannya yang tak terbendung. Pagi itu, sinar matahari menyinari halaman kampus dengan lembut, seolah memberikan sambutan hangat kepada setiap orang yang datang. Di sekelilingnya, para peserta lain juga terlihat bersemangat, beberapa di antaranya memandang kagum pada gedung-gedung megah yang menghiasi kampus.

Suci menarik napas dalam-dalam, merasakan udara segar yang mengisi paru-parunya. Dia baru saja menjejakkan kaki di Kampus Merdeka, tempat yang selama ini hanya dia dengar dalam cerita dan impian. Setiap langkahnya terasa penuh makna, seakan-akan dia baru saja memasuki babak baru dalam hidupnya.

Dari kejauhan, Suci melihat beberapa teman barunya berkumpul di area pendaftaran. Mereka tampak sibuk dengan dokumen dan perlengkapan, tetapi wajah mereka menunjukkan ekspresi yang sama kegembiraan dan sedikit kecemasan. Suci memutuskan untuk bergabung, dan segera dia mengucapkan salam pada beberapa peserta yang berdiri di dekatnya.

“Hi, aku Suci!” katanya sambil tersenyum lebar.

Beberapa peserta lainnya membalas dengan senyum yang sama. Salah satu dari mereka, seorang gadis dengan rambut panjang bergelombang bernama Maya, mengulurkan tangannya. “Hai, aku Maya. Senang bertemu denganmu, Suci.”

Tak lama setelah pendaftaran, mereka diundang untuk mengikuti sesi perkenalan. Suci dan teman-temannya yang baru berkumpul di aula besar. Aula itu dipenuhi dengan suara gelak tawa dan obrolan ringan. Suci merasakan suasana hangat dan ramah, yang membuatnya merasa semakin bersemangat.

Pimpinan Kampus Merdeka, seorang pria bernama Pak Arman, naik ke panggung dan memulai sesi dengan antusiasme. “Selamat datang, teman-teman! Kami sangat senang bisa menyambut kalian di Kampus Merdeka. Ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk belajar dan bertumbuh bersama. Siapkan diri kalian untuk petualangan yang seru!”

Suci mendengarkan dengan seksama, merasa semakin terinspirasi. Setelah sesi perkenalan, mereka dibagi ke dalam kelompok kecil untuk berkenalan lebih dekat dan mendiskusikan ekspektasi mereka tentang program ini. Suci berada di kelompok yang terdiri dari Maya, Rio, dan Dani. Mereka langsung merasa klik dan mulai berdiskusi dengan penuh semangat.

“Jadi, apa yang kalian harapkan dari program ini?” tanya Rio, seorang pemuda yang tampak serius namun ramah.

Suci memikirkan jawabannya sejenak. “Aku ingin belajar banyak hal baru dan tentu saja, mengembangkan keterampilan yang bisa membantu aku di masa depan. Selain itu, aku juga ingin bertemu dengan banyak orang baru dan membuat banyak kenangan.”

Maya mengangguk setuju. “Aku juga! Aku berharap bisa menemukan passion-ku yang sebenarnya dan bisa memberikan kontribusi nyata.”

Diskusi berlangsung seru, penuh ide dan harapan. Suci merasa sangat terhubung dengan teman-teman barunya. Mereka saling berbagi cerita, tawa, dan membuat rencana untuk berbagai kegiatan yang akan dilakukan selama program.

Hari pertama di Kampus Merdeka diakhiri dengan acara makan malam bersama. Suci dan teman-temannya duduk di meja yang sama, menikmati hidangan yang disajikan dengan penuh kelezatan. Selama makan malam, mereka berbincang tentang berbagai hal dari pengalaman pribadi hingga rencana masa depan.

Suci menyadari betapa pentingnya momen ini. Di tengah kebisingan dan kegembiraan, dia merasakan sebuah ikatan yang kuat dengan orang-orang di sekelilingnya. Mereka semua berbagi semangat dan tekad yang sama, yang membuatnya merasa diterima dan dihargai.

Saat malam tiba dan mereka berpisah untuk beristirahat, Suci berdiri di balkon kamar asramanya, menatap langit malam yang berhiaskan bintang. Dia merenungkan hari yang telah berlalu, penuh rasa syukur dan kegembiraan. Petualangan yang baru dimulai ini memberikan rasa harapan dan keinginan untuk terus maju.

Dengan senyum yang tidak pernah pudar dari wajahnya, Suci berjanji pada dirinya sendiri untuk memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Dia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan selalu mudah, tetapi dia siap menghadapi segala tantangan dengan semangat yang sama seperti saat dia melangkah pertama kali ke kampus ini.

Dalam hati, Suci merasa bangga telah memulai perjalanan ini. Dia tahu bahwa hari-hari ke depan akan penuh dengan perjuangan dan pembelajaran, tetapi dia yakin bahwa setiap langkah akan membawanya lebih dekat pada impian dan tujuan hidupnya. Suci menutup hari pertamanya dengan rasa bahagia dan penuh harapan, siap menyambut petualangan seru yang menantinya di Kampus Merdeka.

 

Menjelajah Ilmu dan Keterampilan: Workshop yang Menginspirasi

Pagi hari kedua di Kampus Merdeka dimulai dengan sinar matahari yang cerah. Suci bangun lebih awal, penuh semangat untuk memulai hari baru. Ia bergegas menyiapkan sarapan di dapur asrama, dan saat itu, aroma kopi dan roti panggang mengisi ruangan. Teman-temannya mulai berdatangan, masing-masing dengan ekspresi yang ceria. Suci tahu, hari ini akan menjadi penuh petualangan dan pembelajaran.

Hari ini adalah hari pertama dari rangkaian workshop yang akan mereka ikuti. Kampus Merdeka terkenal dengan program workshopnya yang bervariasi dari teknologi terbaru hingga pengembangan keterampilan pribadi. Suci merasa bersemangat sekaligus sedikit cemas. Meskipun dia tahu bahwa dia akan belajar banyak, dia juga tidak bisa menahan rasa gugupnya.

Sesi pertama dimulai dengan workshop tentang teknologi dan inovasi terbaru. Ruangan workshop dipenuhi dengan perangkat modern dan layar-layar besar yang memancarkan cahaya biru lembut. Pembicara, seorang pakar teknologi bernama Dr. Adrian, mulai menjelaskan berbagai topik dengan penuh semangat.

Suci duduk di barisan depan, memusatkan perhatian penuh pada setiap kata yang diucapkan. Dr. Adrian membahas tren terbaru dalam dunia teknologi, seperti kecerdasan buatan dan blockchain. Suci merasa terpesona dengan kemajuan pesat yang dijelaskan. Setiap kali Dr. Adrian menunjukkan demo atau video tentang inovasi terbaru, Suci merasakan rasa ingin tahunya semakin membara.

Di tengah-tengah sesi, Dr. Adrian mengadakan latihan kelompok. Mereka dibagi dalam tim kecil untuk merancang ide teknologi baru yang bisa memecahkan masalah sehari-hari. Suci bekerja sama dengan Maya, Rio, dan Dani. Tim mereka memutuskan untuk merancang aplikasi yang dapat membantu mengelola waktu belajar dengan lebih efisien.

Selama latihan, Suci merasakan perasaan yang luar biasa merancang ide bersama teman-temannya, berdiskusi, dan menghadapi tantangan teknis membuatnya merasa hidup. Meskipun ada beberapa kendala teknis, seperti kesalahan dalam kode atau kesulitan dalam desain, mereka bekerja keras untuk menyelesaikan proyek mereka.

Setelah sesi pertama, Suci merasa penuh energi. Mereka semua berkumpul untuk makan siang, membagikan cerita tentang pengalaman masing-masing di workshop. Maya dan Dani tampak bersemangat, sementara Rio masih terlihat serius tapi puas dengan hasil kerja mereka.

Sesi berikutnya adalah workshop tentang keterampilan komunikasi dan kepemimpinan. Suci merasa antusias karena dia tahu betapa pentingnya keterampilan ini. Pembicara kali ini adalah seorang pelatih kepemimpinan yang terkenal, Ibu Hana. Ibu Hana memulai sesi dengan kegiatan interaktif yang mengharuskan peserta untuk berbicara di depan umum dan memberikan umpan balik konstruktif.

Suci merasa gugup saat harus berbicara di depan kelompok besar. Dia merasakan detak jantungnya semakin cepat, tetapi dia memaksakan diri untuk tetap tenang. Ketika giliran Suci tiba, dia berdiri di depan kelompok dan mulai berbicara tentang ide-ide yang dia miliki. Meskipun awalnya sulit, dia merasa semakin percaya diri saat dia melanjutkan.

Setelah sesi selesai, Ibu Hana memberikan umpan balik yang positif dan menginspirasi. Suci merasa lega dan bangga dengan kemajuannya. Teman-temannya juga memberikan pujian, yang membuat Suci merasa lebih yakin. Mereka merayakan pencapaian kecil mereka dengan makan malam bersama di kafe kampus.

Hari kedua di Kampus Merdeka diakhiri dengan acara diskusi kelompok. Mereka berkumpul di ruang yang nyaman dengan lampu lembut dan bantal-bantal empuk. Diskusi malam itu membahas pengalaman hari itu, dan setiap orang berbagi bagaimana workshop telah mempengaruhi pandangan mereka tentang diri mereka sendiri dan masa depan.

Suci merasa terinspirasi mendengar cerita-cerita teman-temannya. Mereka saling memberikan dukungan dan motivasi. Suci berbagi bagaimana workshop teknologi telah membangkitkan semangatnya untuk mengejar karir di bidang tersebut. Dia juga berbagi betapa pentingnya keterampilan komunikasi yang baru dipelajarinya, dan bagaimana dia merasa lebih siap untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Malam itu, saat Suci berbaring di tempat tidurnya, dia merenungkan hari yang telah berlalu. Dia merasa sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan Kampus Merdeka. Meskipun hari itu penuh dengan perjuangan dan tantangan, dia merasakan kemajuan yang signifikan dalam dirinya. Setiap workshop memberikan pelajaran berharga yang membentuknya menjadi lebih baik, lebih percaya diri, dan lebih siap menghadapi masa depan.

Dengan senyum di wajahnya, Suci menutup mata dan merasa bahagia dengan pencapaian hari itu. Dia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tetapi dia siap untuk terus berjuang, belajar, dan tumbuh. Dengan semangat yang membara, dia siap menghadapi tantangan-tantangan baru yang akan datang di hari-hari berikutnya.

 

Beraksi untuk Kebaikan: Proyek Sosial yang Mengubah Dunia

Hari ketiga di Kampus Merdeka dimulai dengan suasana yang berbeda dari sebelumnya. Hari ini, fokus utama adalah pada proyek sosial sebuah kesempatan untuk menerapkan ilmu dan keterampilan yang telah dipelajari sambil memberikan dampak positif bagi masyarakat. Suci merasa campur aduk antara kegembiraan dan kecemasan. Dia tahu bahwa proyek sosial ini akan menguji kemampuannya dalam cara yang baru dan menantang.

Setelah sarapan, Suci dan teman-temannya berkumpul di aula utama untuk briefing mengenai proyek. Pak Arman, yang kini berbicara dengan nada serius namun penuh semangat, menjelaskan bahwa mereka akan terlibat dalam dua kegiatan utama: mengajar anak-anak di daerah terpencil dan melaksanakan aksi lingkungan untuk kebersihan kampus dan sekitarnya.

“Ini adalah kesempatan kita untuk memberikan sesuatu yang berarti bagi masyarakat,” kata Pak Arman. “Saya ingin kalian semua bersemangat dan serius dalam melaksanakan tugas ini.”

Suci dan timnya, yang terdiri dari Maya, Rio, Dani, dan beberapa peserta lainnya, ditugaskan untuk mengajar di sebuah desa terpencil. Meskipun Suci sangat bersemangat, dia tidak bisa menahan rasa cemas yang menyelimuti hatinya. Mengajar anak-anak di daerah terpencil bukanlah tugas yang mudah, dan dia tahu bahwa tantangan di depan akan menjadi besar.

Setelah perjalanan panjang yang melelahkan dengan kendaraan kampus, Suci dan tim tiba di desa kecil yang dikelilingi oleh pemandangan alam yang indah, tetapi juga tampak kurang berkembang. Anak-anak di desa tersebut menyambut mereka dengan senyuman ceria dan rasa ingin tahu yang besar.

Suci merasa tersentuh melihat mata-mata kecil yang bersinar penuh harapan. Mereka segera membagi diri menjadi beberapa kelompok, masing-masing bertugas mengajar berbagai mata pelajaran. Suci memilih untuk mengajar matematika dan sains, dua mata pelajaran yang sangat dia gemari.

Kelas pertama dimulai dengan penuh semangat. Suci memulai dengan memperkenalkan materi dasar matematika melalui permainan interaktif. Dia menggunakan alat peraga sederhana dan mengajak anak-anak bermain sambil belajar. Suasana di dalam kelas penuh dengan tawa dan kegembiraan. Anak-anak tampak antusias dan sangat senang dengan cara belajar yang menyenangkan.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Ada saat-saat ketika anak-anak merasa kesulitan memahami materi, dan Suci merasa frustrasi karena metode yang dia gunakan tidak selalu berhasil. Dia harus memikirkan cara-cara baru untuk menyampaikan informasi dengan cara yang lebih mudah dipahami.

Di sela-sela waktu istirahat, Suci berbincang dengan teman-temannya dan mencari solusi. Mereka berdiskusi tentang strategi dan cara-cara kreatif untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. Suci menyadari betapa pentingnya kerja sama dan komunikasi dalam menghadapi tantangan ini.

Malam hari setelah seharian mengajar, Suci dan tim berkumpul di tempat perkemahan mereka. Meskipun tubuh mereka terasa lelah, mereka merasa puas dengan pencapaian hari itu. Maya, yang biasanya ceria dan penuh energi, terlihat lelah tetapi tetap tersenyum. “Hari ini luar biasa. Anak-anak sangat antusias, dan aku merasa bangga bisa menjadi bagian dari ini.”

Dani menambahkan, “Ya, meskipun kita mengalami beberapa kesulitan, aku rasa kita telah membuat perbedaan. Aku sudah melihat bagaimana mereka mulai lebih percaya diri dalam belajar.”

Suci merasa bahagia mendengar kata-kata teman-temannya. Mereka semua tahu bahwa proyek ini bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga tentang belajar dan berkembang bersama. Mereka berbagi cerita tentang pengalaman masing-masing dan bagaimana mereka merasa semakin dekat satu sama lain.

Hari keempat dimulai dengan semangat baru. Setelah menyelesaikan tugas mengajar di desa, tim Suci kembali ke kampus untuk melaksanakan aksi lingkungan. Mereka akan membersihkan area sekitar kampus dan melakukan beberapa kegiatan konservasi. Suci merasa bersemangat untuk terlibat dalam kegiatan ini karena dia selalu peduli dengan lingkungan.

Mereka membagi tugas menjadi beberapa kelompok ada yang membersihkan sampah, ada yang menanam pohon, dan ada yang memperbaiki fasilitas umum. Suci bergabung dengan kelompok yang membersihkan area sekitar kampus. Mereka bekerja keras sepanjang hari, mengumpulkan sampah dan merapikan area yang telah lama tidak diperhatikan.

Meskipun pekerjaan ini sangat melelahkan, Suci merasa sangat puas saat melihat hasil kerja mereka. Kampus dan sekitarnya terlihat lebih bersih dan terawat. Teman-teman dan peserta lain juga turut serta, dan suasana kerja sama membuat tugas terasa lebih ringan.

Di akhir hari, saat matahari terbenam, Suci berdiri di depan kampus yang kini tampak lebih bersih dan rapi. Dia merasa bangga dan terharu melihat hasil kerja keras mereka. Teman-temannya berkumpul di sekelilingnya, berbagi rasa puas dan kebanggaan atas apa yang telah mereka capai.

Suci tahu bahwa proyek sosial ini memberikan dampak besar pada dirinya dan orang-orang di sekelilingnya. Dia belajar banyak tentang diri sendiri, tentang kemampuan untuk menghadapi tantangan, dan tentang arti sejati dari kerja sama dan pelayanan.

Saat malam tiba, Suci duduk sendirian di balkon kamarnya, menatap bintang-bintang yang bersinar di langit malam. Dia merasa tenang dan bahagia, dengan rasa syukur yang mendalam. Dia tahu bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang belajar di kampus, tetapi juga tentang membuat perbedaan di dunia nyata.

Dengan penuh rasa syukur dan kebanggaan, Suci menutup hari itu dengan harapan dan semangat baru untuk menghadapi petualangan berikutnya. Dia merasa siap untuk terus belajar, tumbuh, dan memberikan yang terbaik dari dirinya dalam setiap kesempatan yang ada.

 

Momen Terakhir dan Kenangan Tak Terlupakan: Menutup Bab di Kampus Merdeka

Matahari pagi keempat di Kampus Merdeka memancarkan sinar lembut yang menyentuh bumi dengan hangat. Suci bangun pagi-pagi sekali, merasa campur aduk antara kegembiraan dan kesedihan. Hari ini adalah hari terakhir dari program Kampus Merdeka, dan meskipun dia sangat menantikan untuk pulang, dia merasa berat meninggalkan tempat yang telah menjadi rumah selama beberapa hari terakhir.

Dia melangkah keluar dari kamarnya dan melihat ke sekeliling. Teman-temannya juga mulai bangkit, masing-masing dengan ekspresi campur aduk yang sama. Suci dan timnya berkumpul di area pertemuan untuk sesi terakhir seremonial penutupan dan refleksi atas perjalanan yang telah mereka lalui.

Selama beberapa hari terakhir, mereka telah berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang mendalam mengajar di desa, melakukan aksi lingkungan, dan mengikuti workshop yang menginspirasi. Setiap hari penuh dengan pengalaman berharga, dan setiap malam, Suci tidur dengan rasa puas dan semangat baru.

Acara penutupan dimulai di aula utama kampus. Ruangan itu dipenuhi dengan para peserta, mentor, dan pengurus kampus. Dekorasi yang cerah dan penuh warna menggambarkan semangat dan kebanggaan atas pencapaian mereka. Di atas panggung, Pak Arman berdiri dengan mikrofon di tangan, siap untuk memulai acara.

“Selamat pagi, teman-teman!” sapa Pak Arman dengan penuh semangat. “Hari ini adalah hari terakhir kita bersama di Kampus Merdeka. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian semua atas dedikasi, kerja keras, dan semangat yang kalian tunjukkan selama program ini.”

Suara tepuk tangan dan sorakan mengisi ruangan. Suci merasakan jantungnya berdebar-debar. Dia memandang sekeliling, melihat wajah-wajah teman-temannya yang penuh dengan kebanggaan dan keharuan. Momen ini terasa istimewa, dan dia tahu bahwa kenangan ini akan selalu membekas di hatinya.

Setelah sambutan dari Pak Arman, mereka memasuki sesi refleksi. Para peserta diminta untuk berbagi pengalaman dan perasaan mereka selama program. Suci merasa sedikit gugup saat dia berdiri di depan kelompok, tetapi dia tahu ini adalah kesempatan untuk mengungkapkan betapa berartinya pengalaman ini baginya.

“Aku ingin berbagi bagaimana perjalanan ini benar-benar mengubah hidupku,” kata Suci, suaranya sedikit bergetar. “Setiap kegiatan yang kita lakukan, setiap tantangan yang kita hadapi, telah memberikan pelajaran berharga. Aku belajar banyak tentang diri sendiri, tentang arti kerja sama, dan tentang betapa pentingnya memberikan kontribusi bagi masyarakat.”

Dia berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam. “Aku juga merasa sangat terhubung dengan teman-teman di sini. Kami telah bersama-sama melalui berbagai pengalaman baik yang menyenangkan maupun yang menantang. Kami saling mendukung, dan itu membuatku merasa sangat berharga.”

Suasana di ruangan menjadi hening, penuh dengan emosi. Teman-teman Suci mulai memberikan pujian dan berbagi cerita mereka sendiri. Maya, Rio, dan Dani, yang juga berdiri di depan, mengungkapkan betapa pentingnya pengalaman ini bagi mereka. Mereka berbagi tawa dan air mata, mengenang momen-momen indah dan penuh perjuangan yang telah mereka lalui bersama.

Setelah sesi refleksi, acara dilanjutkan dengan penyampaian sertifikat dan penghargaan. Setiap peserta dipanggil satu per satu untuk menerima sertifikat dari Pak Arman. Ketika nama Suci dipanggil, dia merasa campur aduk antara bangga dan sedih. Dia menerima sertifikatnya dengan tangan bergetar dan senyuman lebar.

Ketika acara penutupan berakhir, Suci dan teman-temannya berkumpul di luar aula. Mereka saling berpelukan dan mengucapkan selamat tinggal. Beberapa teman tampak tidak bisa menahan air mata, dan Suci merasakan rasa haru yang mendalam. Mereka telah membangun ikatan yang kuat, dan meskipun mereka harus berpisah, mereka tahu bahwa kenangan ini akan selalu bersama mereka.

“Ini adalah salah satu pengalaman terbaik dalam hidupku,” kata Maya, memeluk Suci dengan erat. “Aku akan selalu ingat momen-momen ini dan teman-teman yang hebat.”

Suci tersenyum, merasa sangat bersyukur atas perjalanan ini. “Aku juga. Kita telah membuat banyak kenangan indah bersama, dan aku tidak akan pernah melupakan ini.”

Saat matahari mulai terbenam, Suci berdiri di depan gerbang Kampus Merdeka, menatap ke arah kampus dengan rasa bangga dan nostalgia. Dia tahu bahwa dia akan meninggalkan tempat ini dengan hati yang penuh dan pikiran yang lebih terbuka. Perjalanan ini telah memberikan banyak pelajaran berharga tentang diri sendiri, tentang persahabatan, dan tentang dunia di luar sana.

Dengan satu napas dalam-dalam, Suci melangkah keluar dari kampus, siap untuk menghadapi babak berikutnya dalam hidupnya. Dia membawa serta kenangan tak terlupakan, pelajaran berharga, dan semangat yang baru. Dengan keyakinan dan harapan, dia tahu bahwa perjalanan ini hanyalah awal dari petualangan baru yang menantinya di masa depan.

Ketika Suci melambaikan tangan untuk terakhir kalinya, dia merasa yakin bahwa dia telah menemukan bagian penting dari dirinya sendiri. Dia siap untuk melanjutkan perjalanan hidupnya dengan percaya diri, semangat, dan tekad yang lebih kuat, membawa semua kenangan indah dari Kampus Merdeka dalam hatinya.

 

Jadi, gimana semua ada nggak nih diantara kalian yang bisa menyimpulkan cerita cerpen diatas? Perjalanan menginspirasi Suci dan teman-temannya di Kampus Merdeka! Dari tantangan yang penuh perjuangan hingga momen-momen penuh kebahagiaan, pengalaman mereka benar-benar menunjukkan betapa berartinya memberikan yang terbaik dalam setiap kesempatan. Semoga cerita ini bisa memotivasi kamu untuk ikut serta dalam petualangan yang seru dan memberi dampak positif. Jangan lupa untuk terus mengikuti kisah-kisah menarik lainnya dan berbagi pengalaman kamu sendiri. Sampai jumpa di artikel berikutnya dan teruslah bersemangat!

Leave a Reply