Pengaruh Anime Hentai bagi Remajaa Jangan Disepelekan

Posted on

Dalam Sebuah Tontonan Anak Remaja.
Kartun Jepang atau yang biasa kita sebut “Anime” memang cukup populer di Indonesia di kalangan anak-anak hingga dewasa sekalipun.
Hingga saat ini Anime seperti Naruto, Dragon Ball, One Piece, dll banyak di gemari di Indonesia.

Saking banyaknya pengemar Anime di indonesia tidak sedikit pula terdengar kata-kata “Hentai” di kalangan remaja penyuka Anime itu. Kata Hentai itupun berasal dari bahasa Jepang yang artinya mesum. Istilah ini merujuk pada permainan video, anime, atau manga yang menampilkan adegan yang menjurus ke arah mesum. Selain itu juga ada istilah lain seperti Yaoi adalah nama lain dari Boys Love. Istilah ini menggambarkan hubungan cinta antar sesama pria yang sering ditemukan di manga atau anime.  Yuri adalah lawan dari Yaoi. Istilah ini menggambarkan percintaan antara dua perempuan atau lebih dalam manga atau anime. Ketiga hal itu adalah contoh Anime-anime jepang yang masuk di Indonesia
Para penonton anime juga pasti tau sisi negatif anime yang ini.

Foto: 1freewallpapers.com

Didalam anime, banyak sekali adegan yang tidak pantas untuk dilihat, seperti pakaian karakter kartun yang terlalu seksi, adegan Ciuman, hingga adegan panas pun sangat banyak. Perlu di ingat, bawah umur orang yang sering nonton anime mayoritasnya adalah Umur 12 sampai 17 tahun. Jadi bukannya hal ini bakal mempengaruhi pikiran anak yang masih dibawah umur?

Bahkan animepun banyak sekali yang versi Hentai nya. Hentai sama saja seperti film-film Dewasa, atau Blue Film. Cuma perbedaannya ini versi kartun. Karena seringnya anime menjadi tontonan remaja maka Pikirran merekapun mulai dipenuhi dengan pikirran pikirran yang “kotor” hal ini dipengaruhi karna mereka akan menjadi kecanduan dalam menonton hal yang seperti itu.

Pengaruh Budaya jepang juga mempunyai dampak yang negatif. Seperti contohnya pada kasus Nafa Urbach Singkat cerita, kisah ini bermula dari Nafa Urbach, seorang artis kondang yang juga ibu beranak satu. Pada suatu hari, Nafa mengunggah foto anaknya yang masih berusia 6 tahun ke situs berbagi foto Instagram. Entah bagaimana, unggahan ini memicu seorang pemuda berusia 19 tahun yang (sudah pastinya) wibu. Satu kata empat huruf, dan pemuda ini memulai drama yang berkepanjangan ini. Loli, itulah katanya.

Berbagai pro dan kontra pun mencuat dari dua sisi yang berbeda. Sisi pertama ada Nafa Urbach, didukung oleh orang tua dan masyarakat luas. Mereka baru saja mengetahui loli adalah kata yang bermakna buruk, sesuatu yang berkaitan dengan pedofilia. Masih jelas teringat drama serupa yang terjadi beberapa bulan sebelumnya, saat sebuah komunitas pedofilia yang mencatut loli di namanya terciduk aparat. Di mata mereka, pedofilia, atau bahkan segala hal yang berkaitan dengan anime, adalah hal menjijikan yang harus segera diberantas.

Dikarenakan Budaya indonesia dengan Budaya Jepang sangatlah berbeda jauh. Maka kita harus mengenali apa itu Istilah-istilah yang ada di dunia Anime agar kita semakin mewaspadai anak-anak Remaja diindonesia ini. Dengan memberikan Edukasi Sex dan Pembimbingan Rohani agar semakin Berkurang juga angka pergaullan bebas remaja di Indonesia. Hidup Diindonesia tidak akan bisa Maju jika bangsa ini mempunyai anak-anak yang berkembang dengan pikirran pikiran mereka yang dipenuhi dengan pikiran negatif oleh kebiasan Mereka menonton Anime yang tidak mendidik. Tetapi Biarlah anak- anak berkembang dengan hal imajinasi yang baik. Karna tidak semua Flim Anime dapat bertambah buruk. Namun jika kita selektif untuk memilihh tontonan yang baik maka dampat yang baikpun akan kita dapat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *