Kesenian tarian tradisional NTB memang memiliki ciri khas dan corak yang unik serta berbeda yang menjadi salah satu bagian dari Kekayaan adat dan budaya nusantara yang ada di gugus kepulauan besar Nusa Tenggara. Kebudayaan, adat, dan kesenian suku asli Nusa Tenggara Barat memang lekat dan identik dengan keseharian masyarakat di sana baik dari segi tarian, pakaian, kuliner, dan sebagainya.
Nusa Tenggara Barat atau biasa disingkat NTB merupakan suatu provinsi kepulauan yang menjadi bagian dari gugusan besar Kepulauan Wilayah Nusa Tenggara yang terdiri dari beberapa pulau-pulau kecil maupun besar. Di provinsi kepulauan NTB sendiri terdapat 2 pulau besar yang menjadi pusat konsentrasi penduduk yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.
Kepulauan Nusa Tenggara Barat memang terkenal dengan keindahan alam berupa sabana, pantai, dan pegunungan yang mempesona sehingga menjadi daya tarik kepada para wisatawan baik lokal maupun luar. Di dua pulau besar tersebut baik Pulau Sumba dan Pulau Lombok terdapat suku asli mayoritas yang mendiaminya.
Suku asli dan mayoritas yang mendiami Pulau Lombok ialah Suku Sasak, sementara itu di Pulau Sumbawa terdapat Suku Bima yang menjadi mayoritas penduduknya. Nilai kebudayaan, kesenian, musik, adat yang ada di NTB tidak mungkin terlepas dari kebudayaan dan adat dari kedua suku mayoritas tersebut yang memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing.
Namun demikian, jika dilihat dari skala umum dan nasional, kebudayaan Suku Sasak menjadi representasi utama dari Nusa Tenggara Barat atau NTB. Hal ini dapat disimpulkan karena jumlah persentase Suku Sasak ialah hampir mendekati 70% dari total populasi penduduk disana. Berikut ialah ulasan mengenai Tarian Tradisional NTB yang penuh corak dari Suku Sasak dan Suku Bima:
Tari Gandrung Lombok
Tarian Gandrung Lombok merupakan sebuah kesenian budaya tari yang berasal Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Jenis tarian ini merupakan jenis tari berpasangan yang dilakukan penari pria dan wanita. Secara sekilas Tari Gandrung Lombok ini memang memiliki kemiripan dengan Tari Gandrung yang berasal dari Jawa dan Bali karena faktor pengaruh budaya wilayah yang berdekatan.
Hal yang membedakan Tari Gandrung khas NTB ini terletak pada ciri khas yang berbeda seperti sisi pakaian konstumnya, gerakan, dan cara penampilan dan pertunjukan tariannya. Menurut beberapa pendapat, Tari Gadrung sendiri telah ada sejak kerajaan Majapahit ada dan difungsikan sebagai tarian hiburan bagi para prajurit yang baru saja pulang berperang.
Seiring dengan perkembangan zaman, Tari Gandrung juga tidak hanya sebagai jenis tari hiburan namun juga sebagai tarian budaya yang memiliki nilai dan histori bagi masyaakat Nusa Tenggara Barat atau NTB.
Babak pertama Bapangan ialah babak dimana para penari wanita keluar untuk menari dengan mengelilingi arena pentas. Babak kedua yaitu Gandrangan merupakan babak dimana para penari menunjukan dan memperlihatkan gerak kelincahan sambil memainkan kipas dan berinteraksi dengan melirik penonton dan melempar kipas tersebut dengan tujuan mengajak penonton itu menari bersama. Babak terakhir Parianom yaitu babak penutup pementasan dengan ciri alunan musik pengiring berubah menjadi lebih sederhana.
Tari Oncer
Tarian Oncer ialah sebuah kesenian tari tradisional yang berasal dari kebudayaan Suku Sasak yang ada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sejarah tarian ini dibuat dan diciptakan pada tahun 1960an oleh seorang tokoh dan seniman yang berasal dari desa Puyung, Kabupaten Lombok Tengah yang bernama Muhammad Tahir.
Saat pementasannya, Tari Oncer secara umum dibagi dan ditarikan dalam 3 kelompok grup penari. Grup kelompok tersebut terdiri dari kelompok pertama penari kenceng yang berjumlah 6 sampai 8 orang penari yang membaca kenceng, kelompok kedua yaitu 1 orang penari petuk yang membawa petuk, dan kelompok penari gedang yang terdiri dari 2 orang yang bertugas membawa dan memainkan gendang.
Baca juga: Tarian Adat Bali
Tarian ini juga disebut memiliki hubungan erat dengan kesenian yang bernama Gendang Beleq. Hal itu dikarenkana terdapat penyajian Gendang Beleq yang dimainkan beriringan dengan para penari pada bagian akhir pertunjukan Tari Oncer. Terdapat 3 bagian tema dalam tari tradisional Suku Sasak ini yaitu bagian awal peperangan, bagian saat peperangan, dan akhir peperangan yang tergambar dalam pertunjukan tarinya.
Tari Gendang Beleq
Tarian khas tradisional dari Lombok yang berasal dari kebudayaan Suku Sasak ini bernama Tarian Gendang Beleq. Tari ini memiliki ciri khas dan keunikan yang bisa terlihat dari penggunaan properti gendang yang sangat besar dibawakan oleh para penari tarian ini.
Kesenian Tari Gendang Beleq juga menjadi salah satu tradisi yang sudah lama ada dan bersifat wajib diadakan oleh kebiasaan masyarakat Suku Sasak. Menurut sejarah, taraian ini telah hadir dan menjadi warisan tradisi dan budaya leluhur dari Kerajaan Selaparang Lombok.
Di zaman Kerajaan Selaparang Lombok, secara umum tarian tradisional ini digelar dan dipentaskan sebagai bagian upacara pelepasan para prajurit kerajaan ke medan peperangan. Hal ini dimaksudkan agar para prajurit tersebut terbakar semangatnya dan bergairah dalam mengalahkan musuh-musuh yang ada di medan tarung.
Begitupun setelah peperangan tarian ini digunakan sebagai penyambutan para prajurit di pintu gerbang desa atau kerajaan sebagai bentuk ucapan terima kasih dan syukur masyarakat. Saat ini Tari Gendang Beleq kerap dipentaskan sebagai tujuan untuk menyambut para tamu-tamu kehormatan yang datang di Lombok.
Tari Nguri
Tarian Nguri adalah sebuh tarian khas dan tradisional yang berasal dari Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam pertunjukan tarinya, secara umum tari ini biasa dibawakan oleh kaum wanita dengan berkelompok yang menggambarkan sikap keramah tamahan dan keterbukaan masyarakat Sumbawa yang direpresentasikan kedalam tarian.
Awal kehadiran Tari Nguri sendiri dipercaya berasal dari tradisi “Nguri” pada zaman dahulu oleh masyarakat Sumbawa. Tradisi Nguri tersebut dijalankan dengan dimana masyarakat memberikan sebuah dukungan semangat kepada sang raja yang sedang melalui masalah ataupun petaka melalui persembahan-persembahan yang diberikan termasuk dalam hal ini yaitu kesenian tari dan pertunjukan.
Dalam pertunjukan tariannya, para penari wanita akan menampilkan gerakan yang lembut dan gemulai serta diiringi dengan alunan suara musik yang berasal dari alat musik tradisional seperti gong, gendang, rebana, serunai, dan satung serek. Para penari juga akan terlihat semakin cantik dan anggun dengan busana dan pakaian khas Sumbawa ditambah kepala penari akan dihiasi bando atau mahkota sebagai pelengkap tarian.
Tari Buja Kadanda
Tari ini menggambarkan tema berupa dua orang prajurit laki-laki yang sedang berperang dan bertarung. Dalam tariannya kaum laki-laki yang biasanya membawakan tariannya.
Para penari tersebut berpakaian dan berdandan ala prajurit lengkap dengan senjata tombak serta perisai. Namun hal yang menarik dari tarian ini pada awalnya merupakan tarian yang berkembang diluar lingkungan kerajaan dan bisa dibilang diciptakan oleh masyarakat setempat yang kemudia didukung oleh pihak Kerajaan Bima dan seniman istana sehingga dapat dikenalkan secara luas.
Baca juga: Tarian Adat NTT
Nama Buja Kadanda sendiri berasal dari sebutan senjata khas berupa tombak yang berumbai bulu ekor kuda sebagai pelengkap dalam tarian oleh para penari. Karena hal itulah tarian ini dinamakan Tari Buja Kadanda atau Mpa’a Buja Kadanda. Tujuan tarian ini diciptakan dan dibuat sebenarnya sebagai bentuk apresiasi dan terima kasih kepada para prajurit Suku Bima yang telah berjuang keras dalam mempertahankan kehormatan dan martabat daerahnya.
Demikianlah ringkasan ulasan mengenai Tarian Tradisional NTB yang penuh corak ragam dari Suku Sasak dan Suku Bima sebagai mayoritas penduduk dan suku asli di Nusa Tenggara Barat. Kedua suku inilah yang memberikan warna besar kepada kebudyaan tarian adat di NTB.