Nusa Tenggara Timur atau NTT merupakan sebuah daerah atau provinsi yang menjadi bagian dari Gugusan Kepulauan Nusa Tenggara. Nusa Tenggara sendiri teridiri atas 2 Provinsi yang berbeda yaitu Nusa Tenggara Timur atau NTT dan Nusa Tenggara Barat atau NTB. Provinsi NTT memang memiliki tradisi dan kebudayaan yang unik dan beragam yang berasal dari warisan budaya leluhur seperti salah satunya ialah tarian adat NTT yang menjadi salah satu ciri khas kebudayaan masyarakat,
Kepulauan Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari beberapa pulau yang ada di dalamnya seperti Pulau Flores, Sabu, Adonara, Solor, Komodo, Sumba, Alor, Timor, Rote, Lembata, dan Palue. Ada 3 pulau utama yang sangat populer di NTT dengan julukan nama “Flobamora” yaitu Pulau Sumba, Flores, dan Timor.
Keindahan alam dan budaya di NTT memang menjadi daya tarik yang besar kepada para turis baik lokal maupun mancanegara yang ingin menikmati pesona asli NTT. Masyarakat NTT juga dikenal masih memegang dan melestarikan budaya dan tradisi leluhur dalam kehidupan sehari-hari termasuk tarian adat NTT.
Kesenian tarian adat NTT juga berasal dari warisan budaya leluhur yang berasal dari suku-suku asli yang mendiaminya. Terdapat beberapa suku asli NTT yang mewarnai keragaman jenis tari adat Nusa Tenggara Timur seperti Suku Atoni atau Dawan, Suku Manggarai, Suku Sumba, Suku Lamaholot, Suku Belu, Suku Rote, dan Suku Lio.
Tradisi dan budaya suku-suku tersebutlah yang menjadikan jenis tari di NTT memiliki ciri khas dan unik dengan bentuk yang beragam. Berikut ialah 6 tarian adat NTT yang khas sebagai informasi pengetahuan kesenian budaya tari di Nusa Tenggara Timur:
Daftar Isi
1. Tari Cerana
Tarian Cerana ialah sebuah bentuk kesenian tari tradisional khas NTT yang berasal dari Kupang. Tarian tradisional ini biasa difungsikan sebagai tarian penyambutan para tamu kehormatan yang datang ke tanah Kupang ataupun sebagai tarian persembahan.
Sirih dan pinang menjadi sajian simbolis dalam tarian khas NTT ini yang menggambarkan sikap penerimaan masyarakat kepada para tamu-tamu yang datang dengan perasaan hati yang tulus, bersih, dan penuh kasih serta menyiratkan masyarakat yang bersahabat.
Dalam tariannya, para penari biasanya terdiri dari 6 orang penari wanita serta 1 orang penari pria. Gerakan tari pada penari pria dibawakan dengan gerakan yang gagah dengan membawa sirih dan pinang, sedangkan gerakan pada penari wanita dibawakan dengan lemah gemulai yang indah. Para penari wanita akan mengiringi penari pria untuk membawakan sajian sirih dan pinang kepada para tamu undangan.
Busana dan kostum para penar juga memiliki ciri khas yang unik dengan balutan kain khas NTT ditambah hiasan kepala yang menjadi ikonik dalam budaya masyakarat Nusa Tenggara Timur. Para penari akan terlihat cantik dan rupawan saat mengenakan pakaian khas dalam menyajikan tariannya.
2. Tari Caci
Tarian Caci merupakan sebuah tarian perang tradisional sekaligus menjadi wadah permainan rakyat yang berasal dari kebudayaan masyarakat Manggarai di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Tari perang khas asal NTT ini biasanya melibatkan dua orang laki-laki dewasa untuk saling bertarung.
Pertarungan kedua laki-laki tersebut dalam Tari Caci menggunakan properti berupa cambuk dan perisai yang terbuat dari anyaman kayu ataupun rotan. Tradisi ini menurut sejarah berawal dari kebiasaan masyarakat Manggarai terutama para kaum pria yang mengisi waktu dengan menguji ketangkasan bertarung dan keberanian.
Seiring dengan berjalannya waktu kebiasaan tersebut berubah menjadi tradisi yang diwariskan turun temurun hingga berkembang saat ini menjadi sebuah kesenian dan tradisi yang merupakan gabungan dari tarian dan permainan para kaum lelaki. Nama “Caci” berasal dari dua suku kata yakni “Ca” dan “Ci” yang memiliki arti satu dan uji sehingga memiliki pengertian sebuah tari yang menguji ketangkasan pria dalam satu lawan satu.
3. Tari Ja’i
Tarian Ja’i ini merupakan sebuah tarian khas Suku Ngada di Kepulauan Flores, Nusa Tenggara Timur. Tarian tersebut juga ialah bagian dari ritual adat Sa’o Ngaza masyarakat Suku Ngada sebagai sebuah upacara yang mengunggkapkan dan menggambarkan rasa syukur dan rasa gembira terhadap berkah yang telah mereka dapati.
jenis tarian ini bisa dikategorikan sebagai jenis tari masal yang melibatkan banyak orang di dalamnya sehingga memiliki ciri khas dan daya tarik dalam keseragaman gerak dan luapan energi para penari yang sangat terasa secara masal.
Tari Ja’i pada umumnya digelar pada acara-acara besar di kampung masyarakat Kabupaten Ngada ataupun acara-acara kebudayaan dan pagelaran kesenian. Tari ini diiringi alat musik berupa gong dan gendang yang berjumlah 5 buah gong dan 3 buah gendang atau tambur.
4. Tari Lego-Lego
Tarian Lego-Lego juga menjadi salah satu dari banyaknya tarian khas yang berasal dari daerah Alor, Nusa Tenggara Timur atau NTT. Kesenian tari ini juga merupakan warisan budaya leluhur Suku Abui di Alor yang memiliki filosofi dalam tariannya bahwa betapa pentingnya persatuan dalam membangun daerah kelahiran maupu negeri secara bersama-sama.
Hampir dalam segala kegiatan adat Suku Abui di Alor selalu menyajikan tarian Lego-Lego ini. Terdapat beberapa varian gerakan, gaya, dan nyanyian yang berbeda-beda dalam beberapa kawasan di Alor. Perbedaan tersebut lebih ditekankan pada nyanyian yang berbeda karena harapan dan ungkapan masyakarat yang berbeda kawasan.
Baca juga: Tari Adat Aceh
Musik yang mengiringi tarian ini menggunakan alat musik berupa gong dan gendang serta busana yang dikenakan oleh para penari merupakan busana khas tradisional Suku Abui ditambah gelang di kaki para penari yang memberikan bunyi gemerincing yang unik. Tarian ini juga melantunkan lagu-lagu bahasa adat yang dilakukan dan digelar semalaman oleh para penduduk.
5. Tari Hedung
Tarian Hedung menjadi salah satu dari beberapa jenis tarian perang yang berasal dari Adonara, Flores Timur, NTT. Tatian ini dipentaskan dan ditarikan oleh para penari campuran yang terdiri atas pria dan wanita. Para penari Tari Hedung menarikan tarian ini dengan maksud menggambarkan sifat dan jiwa kepahlawanan masyarakat Adonara saat di medan perang suku.
Tari Hedung saat ini sering sekali ditampilkan pada acara-acara budaya dan rakyat seperti acara penyambutan tamu, acara adat, dan acara festival kebudayaan Nusa Tenggara Timur. Dalam sejarahnya tarian digelar sebagai bentuk ritual adat sebelum terjadinya perang agar diberikan keselamatan. Hal ini terjadi karena dahulu di daerah Adonara sering kali terjadi peperangan antar suku-suku tersebut.
Jumlah penari dalam tarian ini tidak menentu dan menyesuaikan dengan pementasan atau acara yang akan dilakukan. Tari Hedung memiliki beberapa varian jenis seperti Hedung Tubak Belo (menggambarkan perang tanding), Hedung Hodi Kotek (menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang) dan Hedung Megeneng Kabeleng (penyambutan tamu).
6. Tari Woleka
Tarian tradisional khas Sumba Barat Daya ini dijuluki dengan nama Tari Woleka yang dipentanskan sebagai penyambutan para tamu. Para penari Tari Woleka ini biasa dibawakan pria dan wanita dengan gerakan khasnya yang dinamis.
Pada zaman dahulu tarian ini memang dikhususkan untuk menyambut dan mengiringi tamu-tamu penting ataupun para kalangan bangsawan yang berkunjung ke daerah Sumba Barat Daya. Tarian ini merupakan warisan budaya leluhur yang masih dilestarikan hingga saat ini oleh masyarakat Sumba, NTT.
Kostum para penarinya biasa menggunakan pakaian adat khas Sumba dengan kain panjang serta hiasan kepala seperti ikat kepala dengan ronce-ronce. Para penari wanita juga dilengkapi dengan gelang dan kalung sebagai pemanis penampilan serta selendang yang diikatkan di bagian pinggul penari wanita.
Baca juga: Tarian Adat Jambi
Itulah beberapa ulasan ringkas mengenai 6 tarian adat NTT yang khas dan populer sebagai bagian dari kekayaan adat dan budaya masyarakat Nusa Tenggara Timur. Daftar tarian ini belum mencakup keseluruhan tarian adat yang ada di NTT karena terdapat banyak lagi tarian asal NTT dengan ciri khasnya yang unik.