Foto by cyclox-share.blogspot.com

Sejarah Alat Musik Tradisional Indonesia yang Telah Menembus Kancah Internasional

Posted on

Tak heran banyak turis asing yang datang ke Indonesia. Selain dikenal sebagai pribumi yang ramah dan sopan, Indonesia terkenal akan budaya dan alam yang sangat kaya. Para turis asing datang untuk melihat keunikan budaya yang dimiliki Indonesia.

Sampai sekarang, pelestarian budaya masih ada dan tetap dipertahankan agar budaya yang kita miliki tidak direbut oleh negara lain. Di sisi lain, tidak hanya anak bangsa yang mengetahui tentang budaya Indonesia. Terlihat dengan alat musik tradisional Indonesia yang telah menginjak kancah internasional.

Alat-alat musik ini berasal dari beberapa daerah dan berhasil diperkenalkan kepada dunia bahwa ini adalah warisan budaya Indonesia. Berikut alat musik tradisional Indonesia yang mendunia beserta sejarahnya.

 

Angklung

Foto by cyclox-share.blogspot.com

Merupakan alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Jawa Barat. Tercatat dalam Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg 1862, angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai.

Hebatnya, angklung telah diakui oleh UNESCO bahwa angklung sebagai Warisan Budaya Dunia dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity. Dan pada tahun 2011, telah meraih prestasi Guiness Book of World Record tercatat sebagai rekor dunia dari keharmonisan alat musik angklung.

Mengenai sejarah angklung, tidak ada petunjuk sejah kapan angklung digunakan, namun catatan tentang angklung muncul pada abad ke16 pada masa kerajaan Sunda. Pada masa itu, angklung digunakan sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi ini masih terus dijalankan hingga masa pemerintahann Hindia Belanda.

Di tanah sunda dipercaya mitos bahwa Nyai Sri Pohaci adalah Dewi Padi pemberi kehidupan. Oleh karena itu, masyarakat Baduy yang dikenal masih sangat kental dengan budayanya, menerapkan angklung sebagai bagian ritual mengawali penanaman padi.

Selain suku Baduy, angklung gubrag masih dimainkan di Jasinga, Bogor sejak 400 tahun yang lalu. Permainan angklung ini dipercaya untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi tumbuh subur. Permainan angklung ini tidak hanya ada pada mengawali penanaman padi namun pada acara pesta panen, seren taun, arak-arakan atau helaran, menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang dan Jampana.

Pada perkembangannya, pada tahun 1908 penyebaran angklung dari Indonesia ke Thailand, dan sejak tahun 1966, Udjo Ngalagena yang merupakan tokoh angklung mengembangkan teknik permainan angklung dan mengajarkan kepada banyak orang.

Dan angklung ini sampai di kancah Internasional bahkan pernah dimainkan di Washington, Amerika Serikat. Ini juga berkat perjuangan dari Daeng Udjo dari Sanggar Seni Saung Mang Edjo di Bandung.

 

Gamelan

Foto by senibudayaku.com

Alat musik tradisional Indonesia yang menembus kancah Internasional kedua ialah gamelan. Alat musik tradisional ini terdapat di pulau Jawa yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta dan beberapa beberapa daerah di Bali.

Sama-sama menembus kancah Internasional, namun gamelan ini berbeda dengan angklung dalam cara masuk dunia internasional. Gamelan ini telah masuk ke dalam kurikulum pendidikan di beberapa negara besar seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Singapura. Di Amerika Serikat ada UCLA, University of Minesota, Universitasl Michigan. Di Inggris ada Cambridge University dan University of Manchester. Mereka menerapkan gamelan pada salah satu mata kuliah yang harus diikuti oleh mahasiswanya. Sedangkan di Singapura, sekolah tingkat SD-SMP-SMA memasukkan gamelan pada salah satu mata pelajarannya.

Dalam sejarahnya, gambaran tentang alat-alat musik gamelan ditemukan pada relief Candi Borobudur, di Jawa Tengah pada abad ke-8. Relief tersebut menunjukkan alat musik seperti suling, lonceng, kendang, kecapi. Ini awal mulanya gamelan ditemukan.

Pada masa Hindu-Buddha (Kerajaan Majapahit) gamelan berkembang pesat, diperkenalkan kepada masyarakat Jawa dan menyebar ke masyarakat Sunda dan Bali. Dalam mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa penguasa tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (Gunung Lawu).

Konon katanya Sang Hyang Guru menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk menyampaikan pesan lebih spesifik kemudian menciptakan gong, sampai akhirnya menjadi lengkap satu set gamelan.

 

Sasando

Foto by bukalapak.com

Berbeda dengan dua alat musik tradisional sebelumnya, sasando ini tidak berasal dari Jawa melainkan dari tanah Nusa Tenggara Timur tepatnya di pulau Rote. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipetik dan mengeluarkan bunyi yang indah nan romantis. Sasando memiliki keunikan pada bentuknya yang menyerupai bentuk bawang dan memiliki bambu di tengahnya.

Sasando ini ternyata telah dibawakan oleh Djitron Pah dalam ajang Asia’s Got Talent 2015 yang membawa Djitron keliling dunia. Dan sampai saat ini, ia telah mendatangi tiga benua dengan memperkenalkan sasando pada masyarakat dunia. Beberapa negara yang telah diperkenalkan sasando diantaranya Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Belanda, Italia, FInlandia, Jerman, dan Taiwan.

Mengenai sejarahnya, ada beberapa versi cerita tentang awal mulanya ditemukan sasando. Salah satu ceritanya ialah datang dari seorang pemuda yang bernama Sangguana dari pulai Ndana. Pemuda tersebut dibawa ke kerajaan Takalaa oleh para penduduk sekitar.

Dari sini ada pertemuan antara Sangguana dengan putri raja. Dan Sangguana telah jatuh cinta pada putri raja itu. Sebagai syarat untuk mendapatkan sang putri raja, Sangguana harus menciptakan sebuah alat musik yang beda dari biasanya.

Dan pada suatu malam, Sangguana diilhami melalui mimpi, bahwa dalam mimpinya ia sedang memainkan sebuah alat musik yang memiliki bentuk yang cukup unik dan bersuara merdu. Sangguana pun membuat alat musik tersebut dan memberikan nama sasandu pada alat musik ini.

Diserahkanlah sasandu ini pada putri raja, dan putri raja memberi nama Hitu yang berarti tujuh. Dimana nama ini bermakna 7 dawai sasando bergetar bersamaan saat dipetik. Dan pada akhirnya Sangguana pun mempersunting putri raja karena ia berhasil memenuhi persyaratan dari sang raja.

Oleh karena itu sasando sering digunakan utuk mengiringi nyanyian atau menirukan nyanyian, mengiringi syair pulau Rote, mengiringi tari, menghibur keluarga yang sedang berduka dan menghibur keluarga yang sedang mengadakan pesta.

 

Begitulah sejarah beberapa alat musik tradisional Indonesia yang telah masuk ke kancah dunia Internasional. Kita patut berbangga karena ini merupakan salah satu budaya yang bisa dikenal dan masuk dalam catatan dunia bahkan rekor dunia.

Namun, di sisi lain kita harus menjaganya agar tidak ada negara baik negara tetangga maupun negara yang jauh untuk mengakui kebudayaan milik Indonesia ini. Alat musik ini harus terus diperkenalkan pada generasi penerus bangsa.

Jangan sampai bangsa kita terkalahkan dalam mengenal alat musik tradisionalnya sendiri. Jangan hanya membiarkan orang luar negeri mempelajari kebudayaan kita, tapi kita tidak mengenal dan tidak paham akan budaya tersebut. Itu bisa menjadi peluang dicurinya budaya kita oleh orang asing.

 

Referensi:

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Angklung

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gamelan

https://www.google.com/amp/s/www.joebillyguitars.com/sejarah-sasando-ntt/amp/

https://www.indonesia.go.id/ragam/seni/kebudayaan/alat-musik-indonesia-yang-mendunia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *