Maluku merupakan provinsi di Indonesia yang mendiami bagian selatan dari Kepulauan Maluku. Wilayah dengan luas hampir 47ribu km2 ini punya beragam eksotisme yang wajib kamu ketahui. Pantai Bair dengan air yang sangat jernih, Tugu perdamaian yang penuh sejarah dan Pastofiri dengan biota lautnya. Semua itu seolah menggambarkan bahwa Maluku punya surga tersembunyi.
Hampir diseluruh sektor, Maluku memiliki kepingan-kepingan surga. Lebih lagi di sektor budaya dan sejarah. Situs-situs peninggalan sejarah terlalu banyak di provinsi ini. Nggak hanya situs bersejarah, tari adat, alat musik dan rumah adat di Maluku juga menjadi iconik di provinsi ini.
Terapat 3 rumah adat Maluku yang diketahui hingga saat ini. Masing-masing bangunannya memiliki keunikan yang membuat berbeda satu sama lain. Sebab itu, kamu perlu tahu lebih detail keunikannya di bawah ini.
Daftar Isi
Hibualamo
Rumah adat Maluku yang pertama bernama Hibualamo. Secara etiomologis, Hibualamo berarti rumah besar. Nama Hibualamo diambil dari 2 suku kata yaitu hibua dan lamo. Hibua berarti rumah sedangkan Lamo berarti besar.
Sejarah mencatat rumah ini telah ada di tanah Maluku sejak 600 tahun yang lalu. Namun pemerintah di Indonesia baru meresmikan menjadi rumah adat ketika April 2007.
Arsitektur Hibualamo
Rumah adat Hibualamo awalnya didirikan oleh 2 suku yaitu Tobelo dan Galela. Kedua suku tersebut populer dengan keahlian mereka sebagai pelaut yang ulung. Sebab itulah Hibualamo memiliki arsitektur yang mirip dengan bentuk perahu. Bentuk perahu ini terlihat jelas pada bagian atapnya.
Hibualamo memiliki ukuran yang cukup besar. Jumlah pintu masuknya adalah 4 buah dengan 8 sisi yang mengelilingi rumah. 4 buah pintu enandakan mata angin pada segala penjuru arah.
Material pembuatannya berasal dari kayu dan bagian atapnya ada yang berasal dari seng. Hibualamo memiliki arsitektur yang cenderung memanjang ke arah samping.
Baca juga: Rumah Adat Jawa Timur
Masyarakat Maluku menggunakan Hibualamo sebagai tempat dan pusat kegiatan dalam bermasyarakat. Selain itu rumah ini difungsikan pula sebagai tempat mempersatukan 10 suku yang tersebar di Loloda, Halmahera dan Pulau Morotai.
Ciri Khas Hibualamo
Apa yang paling menunjukkan Hibualamo?
Ukiran dalam bentuk simbol-simbol unik yang ada di rumah adat Hibualamo adalah hal yang paling khas. Simbol-simbol tersebut mewakili sebuah makna tersendiri. Selain itu, masyarakat Maluku mengenal Hibualamo sebagai tempat berpusat segala kegiatan. Misalnya upacara adat saat masa tanam dan panen, rapat hingga pernikahan keluarga.
Yang menunjukkan ‘Hibualamo’ lagi adalah penggunaan 4 jenis warna yang dikombinasikan. Merah sebagai simbol kegigihan, kuning sebagai simbol kemegahan serta kekayaan, hitam sebagai simbol solidaritas dan putih sebagai simbol kesucian.
Kalau kamu ingin melihat secara langsung Hibualamo, coba tengok di Pulau Kakara, ada Rumah Adat Hibualamo Tobelo yang masih asli.
Rumah Adat Sasadu
Rumah adat Maluku yang kedua adalah Sasadu. Sasadu berasal dari Suku Sahu yang telah menghuni Halmahera sejak zaman dahulu. Sasadu dikenal dengan nilai filosofisnya yang begitu tinggi dan erat dengan kebudayaan Suku Sahu.
Bagian bawah pada atap rumah Sasadu dibuat lebih pendek ketimbang bagian langit-langitnya. Hal ini menandakan penghargaan serta keterbukaan kepada setiap orang yang patuh dan menghormati adat kala mengunjungi Maluku.
Kemudian ukiran di bagian atap Sasadu melambangkan kebanggaan masyarakat provinsi ini yang berprofesi sebagai pelaut serta lahir dari pelaut handal.
Arsitektur Sasadu
Meskipun memiliki tiang penopang, Sasadu bukanlah sebuah rumah panggung. Tiang penopang pada Sasadu difungsikan sebagai penguat kerangka bagian atap rumah adat ini.
Material yang digunakan untuk membangun Sasadu adalah kayu, ijuk, daun kelapa serta daun sagu. Suku Sahu benar-benar memanfaatkan material yang sepenuhnya berasal dari alam. Sasadu tidak difungsikan sebagai tempat tinggal, melainkan sebagai tempat melakukan musyawarah.
Ciri Khas Sasadu
Karena fungsinya sebagai tempat bermusyawrah, Sasadu tidak memiliki dinding sama sekali. Namun, bangunan rumah ini memiliki pintu yang sangat banyak. Jumlah pintu pada Sasadu berjumlah 6 buah. 2 buah difungsikan untuk tau, 2 buah untuk laki-laki dan 2 buah terakhir digunakan untuk perempuan.
Pada bagian kerangka atap rumah Sasadu terdapat kain warna merah dan putih. 2 warna kain ini menandakan rasa nasionalisme dan komitmen dari masyarakat yang loyal dan tinggi. Pada bagian sudut-sudut rumah juga terdapat bola-bola yang dibungkus dengan ijuk. Bola-bola ini menandakan lambang kearifan dan kestabilan sebuah hidup.
Rumah Adat Baileo
Baileo adalah rumah adat Maluku yang terakhir. Rumah ini dipercaya masyarakat sekitar sebagai representasi dari kebudayaan yang ada di Maluku. Hal ini terjadi karena salah satu fungsi rumah ini pun sebagai tempat bermusyawarah. Biasanya isu yang dibahas lebih ke arah isu-isu yang paling up to date pada kalanya.
Arsitektur Baileo
Baileo memiliki ukuran serta luas yang cukup besar dan lebar. Model rumah menggunakan konsep rumah panggung tanpa dinding serupa dengan Sasadu. Tiang penyangga Baileo tidak terlalu tinggi dan ditanam langsung di tanah. Tiangnya terbuat dari kayu yang sangat kokoh.
Bagian lantainya bermaterial papan kayu yang disusun secara rapi. Teknik kunci digunakan oleh masyarakat Maluku ketika membangun lantai Baileo. Teknik ini tidak menggunakan paku untuk menyambung papan kayu. Meskipun begitu, lantai Baileo kokoh dan tidak berdecit ketika diinjak.
Karena modelnya berupa rumah panggung, maka Baileo menabahkan tangga yang berguna sebagai akses untuk masuk ke dalam rumah. Tangganya ada 3, 2 tangga terletak di depan dan belakang rumah. Sedangkan tangga 1 lagi terletak di bagian sisi kiri rumah.
Baileo juga memiliki dekorasi yang sangat cantik. Bagian luarnya dihiasi dengan ornamen-ornamen luar angkasa seperti matahari, bulan dan bintang. Ada juga ornamen berwujud hewan misalnya ayam dan anjing. Ukiran tersebut adalah penanda sebuah komitmen adat dan hukum yang berlaku. Selain ornamen, Baileo juga memiliki ukiran khas yaitu 2 ekor ayam yang saling berhadapan dan keudian diapir 2 ekor anjing pada masing-masing sisinya.
Cat rumah Baileo juga khas. Ada kombinasi 3 warna yaitu kuning, merah dan hitam. Arti dari masing-masing warna serupa dengan rumah adat Hibualamo.
Filosofi Baileo
Selain karena fungsinya, Baileo dibangun tanpa dinding pun ada makna tersendiri. Masyarakat Maluku menyebut bahwa ketiadaan dinding sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur supaya bebas di Baileo.
Lantai rumah sengaja dibangun tinggi supaya roh nenek moyang mereka memiliki derajat yang lebih tinggi pula. Jumlah tiang penyangga pun melambangkan jumlah marga yang ada di sekitar wilayah pembangunan rumah.
Baca juga: Rumah Adat Papua
Kemudian bagian desain atap rumah dengan bagian langit-langit yang rendah juga memiliki filosofi. Atap sengaja dibangun demikian supaya setiap orang yang masuk ke Rumah adat Baileo membungkukkan badan dan menundukkan kepala. Bagi masyarakat Maluku, sifat yang demikian mencerminkan sebuah penghormatan kepada para tetua adat yang memimpin musywarah.
Nah itu dia 3 rumah Adat Maluku. Setiap rumahnya memiliki fiosofi yang menarik kan? Semoga bermanfaat ya!