Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keragaman dalam budaya dan adat ialah Kalimantan Selatan. Provinsi dengan ibukota Banjarmasin ini lahir sejak 14 Agustus 1950. Masyarakat Indonesia biasa menyebutnya dengan akronim KalSel.
Soal seni, budaya dan adat, Kalimantan Selatan bisa jadi salah satu contoh provinsi yang sukses. Pasalnya dari segala sektor seni, budaya dan adat, Kalsel berhasil mengebangkannya di kancah nasional. Sebut saja seperti seni karawitan dari Banjar, Lagu Ampar-ampar Pisang ataupun rumah adat Bubungan Tinggi. Bahkan kalau ditelisik lebih dalam, masih banyak eksotisme seni, budaya dan adat di provinsi ini.
Nah pada artikel ini yang dibahas merupakan tentang warisan budaya rumah adat di Kalimantan Selatan. Jadi seperti apa sih rumah adat Kalimantan Selatan?
Daftar Isi
Palimasan
Rumah adat Kalsel yang pertama adalah Palimasan. Masyarakat provinsi ini membedakan Palimasan menjadi 2 tipe, yaitu Palimasan dengan anjungan dan Palimasan tanpa anjungan. Perbedaan dari kedua tipe tersebut adalah bangunan induk yang menggunakan perisai di bagian atap untuk menutupi serambi pamedangan.
Arsitektur dari Palimasan dengan anjung terbilang lebih lengkap daripada tanpa anjung. Memiliki 4 buah pilar sebagai penyangga emper depan yang memanfaatkan atap sengkuap pada serambi sambutan. Ujung anjung dari Palimasan pun memiliki periasi yang biasa disebut dengan ambin sayup. Kemudian pada dinding tawing terdapat 1 sampai 3 pintu di bagian depan. Selain itu bagian teras rumah pun memakai kandang rasi.
Berbeda dengan Palimasan tanpa anjung yang lebih sederhana. Ciri-ciri yang paling khas dari Palimasan jenis ini adalah tidak memiliki anjung.
Palimbangan
Palimbangan merupakan rumah adat tradisional dari Suku Banjar di Kalimantan Selatan. Menurut sejarah, Palimbangan dulu dihuni para tokoh islam, alim ulama, serta para saudagar kaya dan besar.
Palimbangan memiliki ukuran yang lebih luas daripada Palimasan. Atap Palimbangan menggunakan pelana dengan layar yang tebal dan biasa disebut dengan Tawing Layar. Selain itu, beberapa Palimbangan tidak menggunakan anjung. Tetapi ada beberapa Palimbangan yang menggunakan anjung dengan atap pelana TawingLayar menghadap ke depan.
Baca juga: Rumah Adat Jawa Tengah
Terasnya ditutupi dengan menggunakan atap sengkuap (atap lessenaardak). Masyarakat Kalsel biasa menyebut atap ini dengan Sindang Langit. Sindang Langit melebar hingga ke teras samping bagian depan Ajung, sehingga membentuk Jurai Laki pada setiap ujung sudut atap.
Lanting
Lanting menjadi salah satu rumah adat Kalimantan Selatan yang terapung di atas air. Lanting menjadi simbol bahwa masarakat Banjar selalu terhubung erat dengan air. Kamu bisa menjumpai Lanting di sekitar sungai atau rawa-rawa.
Desainnya berupa belah ketupat dengan bagian atapnya adalah pelana. Bagian pondasi dari Lenting memanfaatkan pelampung yang berasal dari kayu besar. Pelampung tersebut disokong oleh gelagar ulin. Struktur ruangan dari Lanting dibagi menjadi 2, yaitu ruang untuk tidur dan ruang keluarga
Tadah Alas
Tadah Alas pun termasuk rumah adat tradisional dari Suku Banjar di Kalimantan Selatan. Menurut sejarah Tadah Alas adalah modifikasi serta pengembangan dari rumah adat Balai Bini. Bagian yang dimodifikasi adalah penambahan satu lapis atap perisai yang berguna untuk kanopi depan. Nah atap kanopi inilah yang biasa disebut dengan “Tadah Alas”.
Arsitektur Tadah Alas yang paling pertama berbentu segi empat yang memanjang ke belakang. Bagian depannya ditutupi dengan atap perisai atau dalam bahasa Bajar disebut Atap Gajah. Setalh itu atap depan ditambah lagi penutup dari perisai.
Kemudian seiring berkembangnya zaman, atap perisai yang bertumpu tadi ditambahkan ruangan pada salah satu sisi bangunan pokok. Tetapi ada pula yang menambahkannya di kedua sisi bangunan. Hal ini boleh dilakukan asalkan tambahan ruangan pada posisi yang simetris. Ruangan tambahan ini disebut anjung.
Tadah Alas yang memunyai 2 anjung pada masing-masing sisi disebut dengan Tadah Alas Ba’anjung Dua.
Rumah Adat Kalimantan Selatan Gajah Manyusu
Ciri khas yang paling ikonik dari Gajah Manyusu adalah atapnya yang berbentu limas dan dilengkapi dengan Hidung Bapicik di bagian depan. Bagian anjungnya beratapkan atap Sangkuap, sedangkan bagian serambi beratapkan Sindang Langit.
Serupa dengan Tadah Alas, desain Gajah Manyusu dulunya adalah segi empat dan memanjang ke belakang. Bagian depannya ditutup oleh atap perisai buntung atau dalam bahasa Bajar disebut dengan Hidung Bapicik. Atap Hidung Bapicik mampu menutup ruang serambi Pamedangan hingga ruang di belakangnya.
Namun dalam perkembangannya, Gajah Manyusu pun mendapat tambahan anjung di sisi kanan dan kiri ataupun salah satunya. Syaratnya tetap sama dengan Tadah Alas, yaitu boleh ditambah asal simetris. Nah proses penambahan anjung ini disebut dengan proses Disumbi.
Balai Laki
Rumah adat Balai Laki memiliki fungsi sebagai tempat tinggal para kaum laki-laki di Kalimantan Selatan. Balai Laki mempunyai arsitektur yang hampir serupa dengan rumah adat Kalimantan Selatan lainnya.
Bagian tebar layar Balai Laki disebut dengan Tawing Layar. Kemudian bangunan pokoknya memakai pelana sebaga atap yang menutupi bagian Serambi Pamedangan. Selain Serambi Pamedangan, ada pula 4 buah serambi sambutan. 4 serambi sambutan ini menjadi penopang teras bagian depan dengan atap Sindang Langit atau ada juga yang menggunakan Sengkuap.
Balai Bini
Hampir serupa dengan Balai Laki, rumah adat Balai Bini menjadi tempat tinggal untuk para putri. Bangunan pokok Balai Bini menggunakan perisai yang biasa disebut dengan atap gajah. Balai Bini juga memiliki anjungan di sisi kanan dan kirinya. Atap anjungn tersebut menggunakan atap sengkuap.
Rumah Adat Kalimantan Selatan Bubungan Tinggi
Rumah adat Bubungan Tinggi adalah rumah adat Kalimantan Selatan yang paling dikenal. Arsitektur dari Bubungan Tinggi ini lebih unik daripada rumah adat lainnya. Desainnya serupa rumah panggung dengan bentuk yang memanjang lurus ke belakang.
Bagian atapnya menjulang runcing ke langit-langit. Itulah kenapa rumah ini disebut dengan Bubungan Tinggi. Atap yang terbentang dari Bubungan Tinggi ke depan diberi nama atap Sidap Langit, sedangkan yang memanjang ke belakang diberi nama atap Hambin Awan. Bubungan Tinggi juga memiliki anjungan di sisi kanan dan kiri bangunan utama.
Dulunya rumah ini sering digunakan tempat tinggal keluarga kesultanan Kalsel.
Rumah Adat Kalimantan Selatan Gajah Baliku
Gajah Baliku hampir serupa dengan Bubungan Tinggi. Namun tentu saja memiliki sedikit perbedaan. Perbedaannya terletak pada ruang tamu. Kalau di Gajah Baliku, ruang tamunya menggunakan kontruksi kuda-kuda dengan atap berupa Atap Gajah. Bagian lantainya dibuat datar, sehingga menghasilkan ruangan yang diberi nama Ambin Sayup.
Dulunya pada zaman kesultanan, Gajah Baliku difungsikan sebagai kediaman Warit Raja. Warit Raja merupakan keturunan pertama atau bubuhan gusti. Sederhananya rumah ini disiapkan dan ditinggali oleh para calon sultan.
Nama lain dari Gajah Baliku ialah Ba’anjung Gajah Baliku.
Rumah Adat Kalimantan Selatan Bangun Gudang
Rumah adat yang terakhir adalah Bangun Gudang. Menurut sejarah rumah jenis ini dulunya dihuni oleh pedagang dari ras Tionghoa.
Ciri khas yang unik dari Bangun Gudang adalah 3 pintu yang terletak di samping kanan dan kiri serta bagian depan rumah. Selain itu rumah ini tidak memiliki 4 pilar yang biasanya difungsikan sebagai penyangga teras rumah.
Baca juga: Rumah Adat Jawa Timur
Bangun Gudang bisa dijumpai di daerah Kelurahan Sunagi Jingan, Banjarmasin.
Jadi itu dia 10 macam rumah adat Kalimantan Selatan. Sekarang kamu jadi lebih tahu bukan? Jangan lupa untuk membagikan informasi penting ini ke teman-teman kamu ya.