Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar nama Suku Baduy? Suku yang terisolasi dari dunia luar? Atau suku yang berasal dari Banten?
Yap. Semua jawaban itu benar. Suku Baduy merupakan salah satu suku yang ada di Banten. Provinsi Banten terletak di wilayah paling barat Pulau Jawa. Selain Suku Baduy ada beberapa hal unik lainnya di Banten seperti Tari Topeng, Marawis dan Sulah Nyanda. Sulah Nyanda adalah satu-satunya rumah adat khas Banten yang punya kesan klasik. Lewat rumah adat ini, kamu bisa mengenal lebih dalam tentang karakter Suku Baduy.
Kira-kira seperti apa sih Rumah Adat Banten itu? Coba kamu simak pembahasan lengkapnya di bawah ini:
Daftar Isi
Tentang Rumah Adat Banten Sulah Nyanda
Suku Baduy membangun Sulah Nyanda dengan karakter yang menyatu dengan alam. Bahkan Suku Baduy sudah membangun Sulah Nyanda jauh sebelum Provinsi Banten dibentuk. Banten terbentuk sejak tahun 2000. Jadi bisa dibilang rumah adat ini lebih tua daripada Provinsi Banten itu sendiri.
Meskipun Sulah Nyanda sudah jarang ditemui di wilayah Banten, keunikan arsiektur rumah adat ini masih kentara. Banyak dai masyarakat di provinsi ini terisnpirasi membangun rumah dengan arsitektur menyerupai Sulah Nyanda. Hal ini disebabkan karena siri khas dari Sulah Nyanda sendiri yang klasik, sederhana dan ramah. Masyarakat Banten merasa bahwa image tersebut pas bila dipadukan dengan model rumah saat ini.
Ciri Khas Rumah Adat Sulah Nyanda
Sebelum berkenalan lebih jauh dengan Sulah Nyanda, sebaiknya kamu perlu tahu apa aja yang membuat rumah adat ini makin nyentrik. Oh iya, Sulah Nyanda lahir dari Suku Baduy luar dan dalam. Mereka menggunakan rumah adat yang sama dan perbedaannya hampir tidak ada.
- Sulah Nyanda dibangun idak menyentuh tanah alias berbentuk rumah panggung. Tiang pondasi untuk penangga rumah berasal dari batu.
- Suku Baduy dalam maupun luar memang menatu dengan alam. Sebab itulah Rumah Adat Banten ini dibangun dengan material yang berasal dari alam seperti kayu, ijuk da bambu.
- Sulah Nyanda pada awalnya dibangun tidak menggunakan jendela. Namun beberapa Suku Baduy luar kadang menambahkan jendela yang bisa dibuka.
- Lantainya terbuat dari bambu yang dibelah dan disusun rapi.
- Sulah Nyanda memiliki atap yang terbagi menjadi 2 bagian. Bagian kanan digunakan di belakang rumah, sedangkan yang kiri digunakan di depan rumah. Bagian atap kiri dibangun lebih panjang.
- Atap Sulah Nyanda berasal dari ijuk dan daun kelapa. Ijuk dan daun kelapa ditata dengan rapi sehingga mampu menjadi peneduh ketika hujan datang.
Arsitektur Rumah Adat Banten Sulah Nyanda
Dari 6 hal yang nyentrik pada Sulah Nyanda, dapat disimpulkan bahwa rumah ini ramah lingkungan. Selain karena materialnya semua berasal dari alam, arsitektur rumah adat ini pun tampak sederhana.
Baca Juga: Pakaian Adat Banten
Rumah Adat Sulah Nyanda dibangun dengan arsitektur rumah panggung. Sebelum mendirikan rumah, masyarakat di sana menyiapkan batu yang tidak mudah lapuk sebagai pondasi. Mereka beranggapan batu yang kuat tidak akan merusak struktur tanah yang menjadi tempat dibangun rumah. Bila struktur tanah miring, maka pondasi pun akan mengikuti struktur tanah.
Tapi nggak mungkin kan kalau mereka tinggal di rumah yang miring? Akhirnya Suku Baduy mengakali posisi tanah miring dengan membuat tiang dari kayu penyangga yang berbeda tingginya. Kayu penyangga berfungsi untuk menopang lantai rumah dan atap, sehingga diperlukan kayu yang kuat.
Dindingnya dibuat dari anyaman bambu yag sudah dibersihkan. Karena tidak ada jendela, proses sirkulasi udara pada Sulah Nyanda melewati celah-celah pada anyaman bambu.
Bagian lantainya dibuat dari bambu yang dibelah menjadi 2. Kerat pada bambu dibersihkam sehingga tidak melukai kaki. Beberapa Sulah Nyanda memiliki lubang di bagian lantai. Lubang ini juga dikhususkan sebagai proses untuk sirkulasi udara.
Masyarakat Suku Baduy membangu Sulah Nyanda saling berhadapan dengan arah utara-selatan. Menurut adat mereka, rumah tidak boleh menghadap ke arah barat-timur.
Sekilas ketika kamu melihat Sulah Nyanda, rumah adat ini akan tampak sedikit tertutup.
Pembagian Ruang di Rumah Adat Banten Sulah Nyanda
Sulah Nyanda dibagi menjadi 4 ruangan. Serupa dengan rumah adat di provinsi lainnya, setiap ruangan memiliki fungsinya masing-masing. Seperti apa sih pembagian ruanga di Rumah Adat Banten ini?
Seroso
Bagian paling terdepan dari Sulah Nyanda adalah Seroso. Ruangan ini dikhususkan untuk menerima tamu, bersantai sejenak dan area wanita melakukan pekerjaannya. Biasanya wanita dari Suku Baduy melakukan aktivitas seperti menenun sebelum matahari terbenam. Anak-anak dari Suku Baduy juga menggunakan Seroso sebagai area bermain mereka ataupun melakukan aktivitas lainnya.
Kalau di zaman sekarang Seroso disebut beranda rumah atau teras.
Tepas
Tepas adalah ruangan multifungsi. Ketika pagi, Tepas bisa pula digunakan sebagi tempat beraktivitas bagi para wanita. Ketika tengah hari menjelang sore, Tepas difungsikan sebagai ruang keluarga. Ketika malam tiba, Tepas berfungsi sebagai tempat beristirahat. Tepas juga bisa igunakan sebagi tempat melakukan syukuran dan pertemuan yang lebih intim.
Kalau di zaman sekarang Tepas adalah ruang keluarga atau pusat aktivitas segala keluarga.
Ipah
Ruangan selanjutnya di Sulah Nyanda adalah Ipah. Ipah adalah ruangan ang terletak dibagian paling belakang. Biasanya ruangan ini dimanfaatkan sebagai tempat memasak sekaligus menyimpan bahan makanan.
Selain Tepas, Ipah juga merupakan ruangan multifungsi. Kadang Ipah juga digunakan sebagai ruangan untuk tidur kepala keluarga.
Leuit
Ruangan yang terakhir adalah Leuit. Ruangan ini tidak menyatu dengan bangunan utama. Fungsi utamanya digunakan sebagai tempat menyimpan hasil bumi dan lumbung padi. Masarakat di provinsi ini sengaja menempatkan Leuit jauh dari rumah. Mereka mempertimbangkan bila sewaktu terjadi bencana, persediaan makanan masih ada.
Biasanya bagian Leuit dibangun dengan dibekali mantra-mantra dari ketua adat. Pembangunan Leuit tidak boleh sembarangan sebab harus mengikuti ketua adat.
Filosofi Sulah Nyanda
Sulah Nyanda dibangun dengan filosofi yang mendalam. Suku Baduy percaya bahwa membangun sebuah rumah bukan hana perkara tempat beristirahat dan tinggal saja. Gaya arsiektur yang mereka gunakan semuanya dibuat dengan makna tersendiri.
Misalnya, Sulah Nyanda dibuat tanpa jendela sebab supaya mereka yang ingin melihat isi dan keadaan rumah harus masuk dan berkunjung. Mengintip dari luar adalah hal yang tidak sopan.
Masyarakat Baduy percaya bahwa rumah adalah lambang kepribadian sang pemilik. Sebab itu rumah dibangun sederhana, tidak boleh menyakiti alam dan harus sesuai dengan adat yang berlaku.
Sulah Nyanda memang sudah sulit ditemukan di Provinsi Banten yang sudah terjamah teknologi. Namun rumah adat Banten ini tetap lestari di Suku Baduy dalam ataupun luar. Masyarakat di sana benar-benar menjaga, merawat serta mempertahankan budaya mereka.
Baca juga: Legenda Banten
Bagaimana? Pastinya kamu sudah belajar banyak bagaimana Suku Baduy dapat membentuk rumah adat Banten dengan filosofi yang begitu mendalam. Sikap mereka yang sederhana, menjaga dan merawat budaya patut dicontoh setiap generasi muda.