Kehidupan Para Atlet Sejarah Bulu Tangkis Indonesia

Posted on

Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Sudah banyak atlet bulutangkis Indonesia menjadi juara dunia. Dan kali ini, kita akan mengupas kehidupan para atlet bulutangkis Indonesia yang telah menjadi juara dunia. Siapa sajakah mereka? Yuk simak di bawah ini!!

1. Rudy Hartono

foto : sport.detik.com

Rudy lahir di Surabaya pada 18 Agustus 1949 dengan nama lahir Nio Hap Liang. Ayahnya bernama Zulkarnain Kurniawan yang bekerja sebagai penjahit pakaian pria dan memiliki usaha pemrosesan susu sapi di Wonokromo, Jawa Timur. Pada masa kecil, Rudy senang pada beberapa cabang olahraga terutama atletik dan renang. Setelah Rudy menggeluti beberapa cabang ternyata tujuan akhirnya ialah bulutangkis. Pada usia 11 tahun ayahnya menyadari akan bakat anaknya. Rudy mulai dilatih menggunakan pola latihan ayahnya di Asosiasi Bulu Tangkis Oke, dan kebetulan ayah Rudy adalah seorang pemain bulutangkis pada masanya. Dan ayahnya pula yang mendirikan Asosiasi Bulu Tangkis Oke dan sudah melatih beberapa pemain bulutangkis muda.

Sudah sekian lama Rudy bergabung pada grup ayanya, Rudy memutuskan untuk masuk ke grup yang lebih besar, yaitu Grup Rajawali, yang telah melahirkan para pemain bulutangkis dunia. Namun setelah berdiskusi dengan ayahnya mengenai masa depannya, Rudy memutuskan untuk masuk ke Grup Thomas Cup pada tahun 1965. Tak membutuhkan waktu lama, pada tahun 1967 di usia 18 tahun Rudy sudah menjadi juara All England dengan mengalahkan Aik Huang. Dan setelah itu Rudy terus menjadi juara Thomas Cup sampai tahun 1974.

Setiap membahas All England tak lengkap rasanya jika tak membahas Rudy, karena ia memenangkan kejuaraan All England 8 kali dan 7 diantaranya adalah kejuaraan berturut-turut. Di luar bulutangkis, ternyata Rudy adalah seorang pengusaha, ia memiliki usaha oli merk Top 1. Selain itu, Rudy pernah membintangi film “Matinya Seorang Bidadari” pada tahun 1971.

 

2. Liem Swie King

foto : olahraga.kompas.com

King Smash, begitulah julukan untuk Liem Swie King yang lahir pada 28 Februari 1956 di Kudus, Jawa Tengah. King bermain bulutangkis sejak kecil atas dorongan orang tuanya. King masuk klub PB Djarum yang telah melahirkan pemain nasional bulu tangkis. King bermain pada tunggal putra dan ganda putra. King pernah menantang Rudy Hartono di final All England tahun 1976. Dan king adalah pewaris kejayaan Rudy Hartono dengan menjuarai kejuaraan paling bergengsi selama tiga kali. King pernah menyumbang medali emas Asian Games tahun 1978, dan tiga kali menjuari Thomas Cup.

Pada tahun 1973 Liwm Swi King masuk menjadi pelatnas di Hall C Senayan. Setelah berkiprah selama 1 tahun, King memutuskan mengundurkan diri pada tahun 1988. Setahun kemudian, King mengikuti usaha mertuanya untuk mengelola sebuah hotel. Berkat pengalamannya sebagai atlet yang pernah menginap di beberapa hotel berbintang dan mengetahui cara penataan ruang yang baik, King menerapkan pada usahanya. Dan kini, ia memiliki karyawan lebih dari 400. Selain itu, King membuka Griya Pijat, sama hal nya dengan hotel, pelayanan dan penataan terbaik King pelajari dari pengalamannya menjadi seorang atlet yang pernah menginap di hotel berbintang dan diberi terapi pijat. Sampai sekarang King telah memiliki Griya Pijat di 3 lokasi yatu Grand Wijaya, Jalan Fatmawati Jakarta Selatan, dan Kelapa Gading. Sampai sekarang King sudah mempekerjakan lebih dari 200 orang. Selain menjadi pengusaha, King pernah membintangi film “Sakura dalam Pelukan”, pernah menjadi bintang iklan Indomie pada tahun 2012. Dan kisahnya diangkat pada film “King” pada tahun 2009.

 

3. Christian Hadinata

foto : starjogja.com

Lahir di Sempor, Kebumen, Jawa Tengah pada 11 Desember 1949. Sampai usia 16 tahun, Christian belum memiliki ketertarikan pada bulutangkis. Setelah lulus SMA, Christian diajak ke Bandung dan berman bulutangkis, lalu Christian pun masuk ke klub Mutiara untuk melatih kemampuannya. Christian berhasil meraih puncak prestasinya pada tahun 1971 sebagai ganda putra dan ganda campuran. Christian ini mampu menjadi juara dengan siapun ia dipasangkan, terbukti selama 1970-1980an dia selalu memberi kemenangan untuk Indonesia.

Setelah pensiun dari bulutangkis pada tahun 1986, Christian menjadi pelatih dan pengurus di Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Dari tangannya pula lahirlah pemain bulutangkis bermutu seperti Ricky/Rexy Mainaky, Gunawan/Bambang Suprianto, dan Denny Kantono/Antonius. Dan sampai saat ini Christian masih tetap aktif menjadi pengurus PBSI.

 

4. Susi Susanti

foto : idntimes.com

Lucia Francisca Susi Susanti lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 11 Februari 1971. Susi Susanti telah tertarik pada bulutangkis sejak usia SD. Susi masuk pada klub pamannya yatu PM Tunas Tasikmalaya. Pada tahun 1985, Susi pindah ke Jakarta untuk fokus pada dunia bulutangkis. Hingga pada awal tahun 1989, Susi menjadi juara di Indonesia Open. Lalu, menjuarai All England selama 4 kali berturut-turut. Dan menjadi juara tunggal putri di Olimpiade Barcelona lalu menjadi juara dunia pada tahun 1993. Pada 9 Februari 1997, Susi menikah dengan Alan Budikusuma yang menjadi rekannya saat menjuarai Olimpiade Barcelona.

Dari pernikahannya dengan Alan, Susi memiliki 3 orang anak, yaitu Lourencia Averina, Albertus Edward, dan Sebastianus Frederick. Susi pension dari bulutangkis pada usianya yang ke 26 karena pada saat itu Susi sedang mengandung. Saat ini Susi memiliki usaha sebuah took di ITC Mega Grosir Cempaka. Susi bersama Alan mendirikan Olympic Badminton Hall di Kelapa Gading. Dan mereka pun membuat raket merk Astec pada tahun 2002.

 

5. Taufik Hidayat

foto : djarumbadminton.com

Anak yang dilahirkan dari pasangan Aris Haris dan Enok Dartilah di Bandung pada 10 Agustus 1981. Taufik kecil tertarik pada bulutangkis sejak diajak ayahnya bermain bulutangkis di GOR Pamor. Kemudian, Taufik masuk ke klub badminton SGS yang dibimbing oleh Lie Sumirat. Latihan yang dijalaninya sempat mengganggu sekolahnya. Namun, setelah lulus SMA Taufik semakin fokus dan dapat membuktikan kemampuannya sampai berhasil menjadi Pelatnas Cipayung. Berawal dari Pelatnas, ia dapat meraih banyak gelar kejuaraan. Taufik pernah menjadi juara enam kali pada Indonesia Terbuka, lalu menjadi juara Piala Thomas, Piala Sudirman, penyandang juara Asian Games, dan puncaknya pada kejuaraan Olimpiade Athena pada tahun 2004 yang membuat namanya semakin dikenal oleh dunia.

Pada tahun 2009, Taufik mundur dari posisi Pelatnas, ia kemudian menjalin kerjasama dengan Yonex. Taufik pun berencana untuk membuka Taufik Hidayat Arena, kompleks olehraga di Ciracas, Jakarta. Taufik menikah dengan perempuan bernama Ami Gumelar dan mempunyai 2 orang anak dari pernikahannya yaitu Natarina Alika Hidayat dan Nayutama Prawira Hidayat.

 

Sekian kisah hidup beberapa atlet bulutangkis yang bersejarah di Indonesia. Sampai saat ini, Indonesia masih memiliki atlet kebanggaan seperti Kevin Sanjaya, Marcus Fenaldi Gideon, Jonatan Christie, dan masih banyak lagi. Semoga mereka dapat mengukir prestasi seperti senior-seniornya atau bahkan bisa melebihi itu lebih baik untuk nama Indonesia di kancah International. Dan semoga saja untuk cabang olahraga bulutangkis Indonesia selalu turut serta dalam mencetak atlet bulutangkis berprestasi ditingkat Internasional.

 

Referensi:

https://id.m.wikipedia.org/wiki/

https://m.merdeka.com

https://www.google.com/amp/seleb/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *