Daftar Isi
Tak kalah dengan daerah lainnya, provinsi yang masih jadi bagian Sulawesi ini mempunyai legenda-legenda yang bercerita tentang kisah terjadinya suatu tempat, cerita kerajaan, dan kisah-kisah keseharian. Semua kisah dari Sulawesi Tengah tersebut terangkum pada 8 legenda berikut.
Legenda Batu Bagga
Pastinya kamu tidak asing dengan legenda malin kundang, bukan? Cerita ini mirip dengan legenda tersebut yang menceritakan tentang merantaunya anak Intobu bernama Impalak. Dia merantau dengan menjadi budak di kapal bagga. Setelah beberapa tahun merantau, Intobu sudah semakin tua itu sedang mencari ikan di pinggiran laut. Tiba-tiba dari kejauhan dia melihat kapal bagga. Dia merasa kalau itu adalah kapal anaknya dan ternyata itu memang benar.
Baca juga: 8 Legenda dari Sulawesi Barat
Saat kapal itu mendekat, Intobu berteriak memanggil nama anaknya, namun justru Impalak menertawakan Intobu sebagai laki-laki tua jelek. Intobu yang merasa tersakiti oleh kata-kata anaknya itu pun berdoa kepada Tuhan agar anaknya diberi hukuman. Alhasil terjadilah hujan badai yang membuat kapal yang ditempati Impalak pecah dan terdampar di pulau lantas menjadi batu yang dinamai batu bagga.
Legenda Ikan Payol
Dahulu, ada keluarga yang datang ke suatu pulau untuk mencari ikan. Tiba di pulau tersebut, terjadi badai besar yang membuat kapal keluarga itu pecah. Alhasil mereka kesusahan untuk pulang. Saat sedang mencoba menyusun rencana untuk bisa pulang, seekor ikan payol mendekat ke tepi pantai. Ikan itu ternyata ikan ajaib yang bisa bicara. Dia bersedia membantu keluarga Daesala itu.
Ikan payol itu pun membawa keluarga itu ke suatu kampung yang begitu sepi. Daesala pun memberi nama kampung itu kampung payol. Namun, ternyata kampung itu telah dihuni oleh beberapa orang yaitu orang Taijo. Daesala pun mencoba berteman dengan mereka.
Setelah beberapa waktu, Daesala tinggal di kampung payol, dia sekeluarga ingin kembali ke kampung halamannya. Lantas, mereka pun meminta izin ke orang Taijo dan kembali ke kampung asli mereka. Lama kelamaan, kampung itu berubah nama menjadi kampung Sipayol semenjak kedatangan Belanda.
Legenda Ikan Duyung
Di suatu masa, ada satu keluarga yang tinggal di pesisir pantai. Mereka sedang makan pagi dengan ikan hasil tangkapan ayahnya. Si ayah berpesan agar ikannya bisa disisahkan untuk makan siang, sementara itu si ayah akan kembali lagi bekerja. Namun, si bungsu justru merengek dan minta makan terus, sehingga ikannya pun diberikan si ibu kepada si bungsu.
Saat si ayah pulang, tidak ada ikan yang tersisa untuknya sehingga si ayah begitu marah. Si ibu begitu terluka dengan cemoohan si ayah padanya. Ini membuatnya merasa sedih dan pergi ke laut sana. Keesokan harinya, justru si ibu masih belum pulang dari laut dan membuat panik seisi rumah. Namun, ayahnya tampak tak peduli dengan si ibu.
Sehingga, anak-anaknya mencari ke laut dan mendapati ibunya ternyata telah berubah menjadi ikan duyung. Anak-anaknya begitu terpukul ketika melihat ibunya berubah seperti itu. Mereka tak tahu harus melakukan apa dan menangis pergi meninggalkan ibunya.
Legenda Tanduk Alam
Tanduk Alam, pemuka agama Islam dari Palembang yang datang ke Banggai diminta pertolongan oleh Raja Adi Cokro yang anaknya diculik ke Pulau Sagu oleh orang-orang Tobelo. Dengan senang hati dia membantu Raja Adi. Dia pun berangkat bersama 4 orang prajurit Raja Adi.
Saat berhasil tiba di tempat tawanan putri raja itu, Tanduk Alam meminta sang putri memejamkan mata dan tibalah mereka di kapal. Secepatnya, mereka lantas meninggal Pulau Sagu tersebut tanpa adanya pertikaian. Atas keberhasilan Tanduk Alam ini, dia meminta untuk diberikan lahan menanam durian dan sagu di Banggai. Setelah kejadian itu, Tanduk Alam semakin disegani oleh warga di sekitarnya.
Asal Usul Kerajaan Mori
Pada masa dulu, Tanah Mori terdiri dari banyak suku yang memiliki kepemimpinan sendiri-sendiri. Suku-suku tersebut seringkali terlibat cekcok hingga pertikaian yang membuat resah. Untuk menghindari pertikaian kembali, para pemimpin suku mulai merencanakan untuk mencari raja yang bisa memimpin para suku tersebut.
Maka, mereka meminta tolong kepada Ratu Palopo, ratu yang menjabat di Kerajaan Luwuk, Sulawesi Selatan. Sang ratu pun menyuruh 3 saudaranya bernama Sungkawang, Sungkawowo, dan Pilewati untuk pergi ke Tanah Mori dan dipilih menjadi raja. Setelah perundingan dan pemilihan raja, Sungkawowo lah yang terpilih untuk memimpin Tanah Mori. Begitulah asal mula Kerajaan Mori berawal.
Asal Mula Pohon Sagu dan Palem
Legenda ini terjadi pada keluarga miskin di Donggala. Kemiskinan yang mereka alami ini tak lain karena ulah si ayah yang pemalas. Suatu hari, si ayah berinisiatif untuk berkebun. Ini tentu membuat si ibu senang karena akhirnya si ayah mau bekerja.
Tapi, ternyata sama saja, si ayah sangat malas dalam mengurusi urusan perkebunan, hingga si istri pun menegur si ayah. Si ayah tak terima dengan teguran itu dan terjadilah pertengkaran. Merasa begitu tersakiti oleh ucapan si ayah, si istri segera lari ke hutan dan menceburkan diri ke telaga. Saat si ayah sadar kalau kata-katanya keterlaluan, dia segera menyusul si ibu bersama anaknya.
Siapa sangka, si ibu malah berubah menjadi pohon sagu. Si anak begitu sedih melihat hal itu dan dia ikut menceburkan diri ke telaga dan menjadi poon sagu juga. Sementara itu, si ayah yang tak kuasa kehilangan istri dan anaknya juga menyusul terjun ke telaga dan menjadi pohon palem.
Tadulako Bulili
Di Desa Bulili, terdapat 3 orang tadulako bulili atau panglima perang. Mereka selalu dimintai bantuan oleh warga desa. Termasuk saat Moro, istri dari Raja Sigi menyuruh untuk mengabarkan kepada Raja Sigi jika dia telah melahirkan anaknya. Tadulako Bulili itu pun langsung mengabarkan pada Raja Sigi sekaligus meminta lumbung padi untuk putranya.
Tetapi, Raja Sigi malah mencurigai jika Tadulako Bulili itu berbohong dan memberikan lumbung padi yang begitu berat. Dengan kekuatan dari Taduko Bulili itu, lumbung yang berat itu pun dengan mudah mereka angkat. Hal ini semakin membuat Raja Sigi marah dan akhirnya menyuruh prajurit untuk mengejar mereka. Sayangnya, usaha pengejaran itu gagal karena hujan badai.
Setelah itu, Raja Sigi yang dendam dengan Tadulako Bulili pun menjebak mereka dan membuat keributan di Desa Bulili. Namun, sekali lagi dengan kekuatan Tadulako Bulili, Raja Sigi dapat dikalahkan dan tak mau mengganggu Desa Bulili lagi.
Sesentola dan Burung Garuda
Sesentola merupakan anak yang mampu makan dengan porsi banyak. Berkat bakat makannya itu, dia mempunyai kesaktian yang begitu kuat. Suatu hari, dia memutuskan untuk merantau ke suatu kampung. Ternyata kampung itu sangat sepi sehingga membuat Sesentola heran. Dibalik sepinya kampung itu ternyata ada serangan dari Raja Garuda yang menyuruh seekor burung garuda untuk membinasakan warga kampung itu.
Sesentola pun tak tega melihat perlakuan itu lantas menyerang garuda itu dengan segenap kekuatannya. Beruntunglah, akhirnya Sesentola bisa mengalahkan garuda itu, sehingga Raja Garuda tak lagi mengganggu kampung tersebut.
Baca juga: 8 Legenda dari Sulawesi Selatan
Setelah membaca 8 legenda dari Sulawesi Tengah tadi, pastinya pengatahuanmu tentang legenda daerah di Indonesia akan semakin bertambah bukan? Jangan lupa untuk tetap melestarikan legenda-legenda daerah yang ada di Indonesia, mengingat legenda juga bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang patut untuk dilestarikan.