Daftar Isi
Salah satu daerah yang patut untuk mendapat sorotan lebih mengenai legenda daerahnya adalah Sulawesi Utara. Provinsi ini juga tak mau ketinggalan dengan provinsi lain dilihat dari koleksi legenda-legenda daerahnya. Misalnya saja 8 legenda berikut dengan cerita-cerita terbaik yang dipilihkan untuk menambah wawasanmu mengenai Sulawesi Utara.
Legenda Tulap dan Kakek Tua
Di sebuah hutan di Sulawesi Utara, ada seorang raksasa yang suka memakan manusia dan hewan yang masuk ke hutan. Seorang kakek tua yang sedang mencari kayu bakar pun menjadi incarannya hari itu. Raksasa pura-pura mengajaknya berjalan bersama, namun kakek tua itu tahu kalau itu hanya trik dari si raksasa.
Selain kakek tua itu, raksasa juga berhasil mengelabui dan mengajak tikus, lipan, dan burung mutuo ke rumahnya. Mereka juga sadar kalau raksasa itu akan menyantap mereka kapan pun. Oleh karena itu, saat si raksasa sedang tidur, mereka yang sudah menyiapkan rencana matang itu menyerang si raksasa. Dengan pukulan kuat si kakek tua, raksasa itu pun tewas. Akhirnya, mereka bisa melarikan diri dari jeratan si raksasa.
Legenda Danau Tondanu
Dahulu, sebelum terjadinya Danau Tondanu, ada sebuah gunung yang dikelilingi oleh wilayah utara dan selatan. Masing-masing wilayah tersebut dipimpin oleh Tonaas. Tonaas wilayah utara mempunyai anak perempuan bernama Marimbow. Sedangkan, Tonaas wilayah selatan punya anak laki-laki bernama Maharimbow. Si Maharimbow ini pernah bersumpah jika dia tak akan menikah sebelum orang tuanya meninggal.
Namun, saat dia bertemu dengan Marimbow, dia malah jatuh cinta dan memutuskan untuk menikahi Marimbow. Akibat perbuatan Maharimbow yang menyalahi sumpahnya, terjadi gempa dahsyat sekaligus gunung meletus yang mengakibatkan seluruh warga di wilayah utara dan selatan musnah. Lama kelamaan, letusan gunung berapi tersebut telah membentuk sebuah danau yang sekarang dikenal dengan Danau Tondanu.
Legenda Gunung Lokon dan Gunung Klabat
Dahulu sekali sebelum kawasan Minahasa dihuni oleh banyak manusia, terdapat dua gunung yaitu Gunung Lokon dan Gunung Klabat. Gunung Lokon ini punya ukuran lebih tinggi dibandingkan dengan Gunung Kelabat. Warga yang menghuni Gunung Klabat merasa jika wilayah gunung mereka begitu rendah.
Hal ini membuat mereka mendatangi para pemimpin yang mendiami Gunung Lokon untuk meminta sedikit bagian Gunung Lokon. Dengan murah hati, pemimpin tersebut mempersilahkan warga Gunung Kelabat untuk memindahkan sebagian tanah Gunung Lokon ke Gunung Klabat. Saat proses memindahkan tanah ini, banyak sekali tanah yang tercecer membentuk gunung-gunung lainnya. Gunung Lokon pun kini tak lagi menjadi gunung tertinggi di Minahasa, digantikan oleh Gunung Klabat.
Legenda Sigarlaki dan Limbat
Sigarlaki, seorang pemburu dan ahli menombak itu mempunyai pelayan bernama Limbat. Pelayan itu begitu setia pada Sigarlaki. Di suatu sore ketika Limbat melaporkan ada daging buruan yang hilang, Sigarlaki justru menuduh Limbat yang sengaja mencuri daging tersebut. Limbat yang tak merasa melakukannya pun mengelak.
Lantas, Sigarlaki ingin membuktikan kebenarannya dengan menyuruh Limbat mencebur ke kolam bersamaan dengan Sigarlaki yang juga melempar tombak ke kolam. Apabila Limbat lebih dulu muncul ke permukaan, maka Limbat memang mencuri. Namun, jika tombaknya yang muncul duluan, berarti Limbat tidak mencuri. Saat Limbat mulai menceburkan diri, begitu juga dengan tombak Sigarlaki, Sigarlaki malah digigit kepiting, sehingga reflek dia menarik tombaknya ke permukaan. Nah, terbukti lah jika Limbat memang tidak mencuri daging.
Legenda Burung Moopo
Legenda ini terjadi di Minahasa pada seorang anak pincang bernama Nondo yang hidup bersama kakeknya. Nondo yang pincang ingin sekali ikut ke hutan bersama kakeknya, tetapi selalu saja tidak diizinkan. Setelah merengek dan membujuk kakeknya, akhirnya kakeknya mengizinkan dengan berat hati.
Semula Nondo terus berjalan di belakang kakeknya saat menelusuri hutan. Namun, karena terlalu asyik memperhatikan sekitar, Nondo tersesat dan tak tahu arah pulang. Di sisi lain, kakeknya juga kebingungan. Setelah mencari-cari cucunya dan tak kunjung berjumpa, si kakek memutuskan untuk pulang dulu.
Saat di jalan pulang, suara burung aneh muncul terus-terusan mengikutinya. Burung itu seolah berkicau ‘moopo, moopo’. Ketika si burung hinggap di ranting pohon, si kakek mencoba menangkap burung itu. Diamatinya burung tersebut dan betapa terkejutnya karena kakinya pincang mirip cucunya. Lalu, si kakek juga mulai mengerti kalau kicauannya tadi maksudnya adalah opoku atau kakekku.
Asal Mula Napombalu
Lawongo, seorang pemburu babi yang pandai bermain suling itu menikahi gadis Desa Dumau. Di suatu malam yang panjang, Lawongo bermimpi menusuk-nusuk tubuh babi dengan pisaunya hingga tewas. Mimpi itu telah membuatnya begitu ketakutan.
Keesokan harinya, Lawongo tetap pergi bekerja. Namun, dia merasa ganjal dengan pisau miliknya yang berlumuran darah. Lawongo pun langsung mendatangi istrinya. Siapa sangka, istri Lawongo telah meninggal dengan banyak luka tusukan. Lawongo pun menyadari mimpinya semalam, dia langsung menangis tersedu.
Besarnya cinta yang dimiliki Lawongo membuat dia ingin dikuburkan dengan istrinya. Dia juga berpesan kepada pawa warga, jika dia akan bermain suling saat dikuburkan. Jika sulingnya sudah berhenti, itu berarti dia telah wafat. Lalu, warga harus datang ke arah tepi pantai dan melihat kemunculan benda yang menjadi jelmaannya.
Para warga dengan berat hati menuruti perintah Lawongo. Benda itu benar-benar muncul dan ternyata berupa sebuah pulau karang yang dinamai dengan Napombalu. Berasal dari kata ‘napo’ atau karang dan ‘nawalu’ atau benda aneh yang berubah menjadi pulau.
Kekekow dan Gadis Miskin
Hiduplah seorang janda dengan dua anak yang sangat menderita karena kemiskinan mereka. Bagaimanapun juga, Tuhan tidak akan membiarkan manusia hidup tanpa pertolongan. Dua gadis miskin itu bertemu dengan burung kekekow yang begitu baik hati selalu membawakan buah-buahan bagi keluarga mereka.
Kebaikan Kekekow ini ternyata diketahui oleh warga kampung, mereka juga ingin mendapat berkah dari burung kekekow itu. Anehnya, burung kekekow tak mau memberikan apapun kepada mereka. Hal ini membuat para warga ramai-ramai membunuh burung dan memakannya.
Dua gadis miskin itu begitu sedih mengetahui burung kekekow yang baik hati itu dimakan oleh para warga. Mereka lantas mengubur burung tersebut. Di atas kuburan burung itu, lambat laun muncul pohon yang berbuah tanpa henti-hentinya tiap tahun.
Abo Mamongkuroit
Abo Mamonkuroit hidup dalam kemiskinan bersama istrinya hingga membuatnya ingin merantau ke luar dari desanya. Selama Abo merantau, istrinya didatangi dan diculik oleh si Brengos, si raksasa besar. Abo yang tiba-tiba pulang dari rantau, mendapati istrinya tidak ada di rumah. Dia punya firasat buruk jika istrinya mungkin dibawa hewan buas.
Lalu, Abo mulai mencari istrinya di hutan dan diketahuilah kalau istrinya itu ditawan oleh si Brengos. Dengan bekal kesaktian dan jurus-jurus silat yang dia kuasai, Abo mencoba sekuat tenaga mengalahkan si Brengos. Alhasil, si Brengos berhasil dia kalahkan dan tewas. Abo pun akhirnya bisa menyelamatkan istrinya.
8 legenda Sulawesi Utara tadi membuktikan jika Sulawesi Utara juga tak ketinggalan dengan provinsi lain mengenai koleksi legendanya. Nah, dari kedelapan legenda di atas, adakah yang ceritanya berkesan untukmu? Tentunya dari setiap legenda yang sudah diceritakan tadi diharapkan bisa semakin membuatmu ingin lebih jauh lagi mengenal budaya-budaya yang ada di Indonesia.