Telaga Biru Halmahera
Sumber: indonesia-tourism.com

8 Legenda dari Maluku

Posted on

Legenda daerah seringkali muncul dalam salah satu mata pelajaran di sekolah. Ini menandakan kalau legenda adalah bagian dari budaya daerah yang tidak boleh disia-siakan. Usaha tersebut juga untuk mengenalkan kepada para anak-anak juga melestarikan legenda itu sendiri.

Apalagi di era sekarang ini, mudah sekali untuk melupakan kisah-kisah legenda yang sudah ada. Nah, sebagai upaya untuk melestarikan legenda daerah, berikut akan diceritakan 8 legenda daerah yang berasal dari Maluku.

Legenda Batu Berdaun

Legenda Batu Berdaun
Sumber: youtube.com

Tersebutlah kisah nenek tua yang merawat kedua cucunya sejak ayah ibu mereka meninggal. Pada saat laut sedang surut, si nenek mengajak kedua cucunya untuk mencari kepiting di pinggir pantai. Setelah berhasil mendapat kepiting, dua cucunya itu disuruh nenek untuk pulang terlebih dulu dan menyisahkan capit kepiting untuknya.

Namun, si bungsu justru menghabiskan semuanya tanpa menyisahkan sedikit pun untuk si nenek. Akibatnya si nenek marah karena dia belum makan sama sekali sejak pagi. Diam-diam si nenek pergi ke sebuah bukit. Di sana dia melihat batu yang wujudnya mirip daun.

Batu itu bisa memakan siapa saja, oleh karena itu si nenek menangis dan memohon pada si batu agar memakannya akibat kesal dan tak kuat merawat cucunya. Sementara itu, kedua cucunya tak tahu kemana perginya sang nenek. Mereka bersedih dan menangis tiap harinya menantikan sang nenek kembali. Untungnya, ada tetangga mereka yang baik hati merawat kedua anak tersebut.

Legenda Batu Belah

Legenda Batu Belah
Sumber: dongengceritarakyat.com

Legenda ini bisa dikatakan tidak beda jauh dengan legenda Batu Berdaun. Bermula dari seorang ayah yang mendapatkan ikan papayan dari laut. Si ayah berpesan pada istrinya agar telur dari ikan papayan itu disisahkan untuknya saat dia pulang. Kemudian, si istri pun berpesan kepada kedua anaknya, karena dia akan pergi ke ladang.

Ternyata si bungsu malah menghabiskan telur papayan itu, sehingga membuat ibunya begitu marah. Si ibu pun lari ke pinggir pantai dan menghadap ke batu besar sambil memohon agar batu itu menelannya saja. Kedua anaknya menangis meminta maaf atas perbuatannya, tetapi semuanya sudah terlambat dan ibunya telah dimakan oleh batu itu. Peristiwa ini membuat batu tadi dinamai sebagai Batu Belah.

Legenda Telaga Biru Halmahera

Telaga Biru Halmahera
Sumber: indonesia-tourism.com

Alkisah, sepasang kekasih bernama Magohiduuru dan Majojaru tinggal di Desa Mamuya. Magohiduuru berniat untuk merantau, mencari bekal untuk menikahi Majojaru. Dia juga berpesan agar Majojaru menunggunya sampai dia pulang. Selepas setahun kepergian Magohiduuru, belum ada kabar tentang kepulangan pemuda itu.

Saat ada satu kapal yang menepi ke desa tersebut, Majojaru nekat bertanya bilamana ada Magohiduuru di sana. Tak diduga-duga, justru dia mendapat kabar kalau Magohiduuru telah meninggal 1 bulan. Majojaru bak disambar petir mendengar kabar itu. Dia lantas berlari dan menumpahkan kesedihannya menangis di atas batu.

Tangisan Majojuru tak dapat dibendung hingga membentuk sebuah telaga dan dia pun tenggelam di sana. Keberadaan telaga itu baru diketahui oleh warga sekitar sehari setelahnya. Warna air dari telaga yang biru membuat telaga itu disebut dengan telaga biru.

Asal Mula Tanifal Pulau Buru

Asal Mula Tanifal Buru
Sumber: hipwee.com

Di Pulau Buru, terdapat Gunung Garuda yang dijadikan tempat tinggal oleh dua elang raksasa yaitu Elang Jantan Merah dan Elang Betina Coklat. Kedua elang itu suka mengincar mangsa dari kapal-kapal yang mendekat ke Pulau Buru. Kedua burung elang tersebut juga terkenal akan keganasannya hingga ke Cina.

Ini membuat para nelayan Cina yang resah pun menyiapkan strategi untuk membasmi dua elang tadi. Mereka lantas datang ke Pulau Buru dan melancarkan aksinya. Dengan persenjataan yang mutakhir, dua elang tadi berhasil ditembak mati. Bangkai dari kedua elang yang tergeletak di Pulau Buru itu pun lama-lama menjadi tanifal atau daratan pasir putih halus. Kisah inilah yang dipercayai oleh masyarakat setempat sebagai asal mula tanifal Pulau Buru.

Petualangan 4 Kapitan Maluku

Kapitan Maluku
Sumber: netz.id

Dikisahkan ada 4 kapitan dari Maluku yang tinggal di Nusa Ina, Pulau Seram. 4 kapitan tersebut adalah Wattimena, Wattimury, Nanlohy, dan Talakua. Mereka bersepakat untuk melakukan sebuah perjalanan hingga tiba di sebuah Sungai Tala. Di sungai ini, Nanlohy dan Talakua terpisah dari rombongan dan terpencar di tempat berbeda. Konon, mereka tinggal di sana dan menamai tempat tersebut.

Di lain sisi, Wattimena dan Wattimury cukup kehilangan dua koleganya, namun tetap melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, mereka selalu berpindah tempat tinggal demi menghindar dari serangan musuh. Hingga akhinya, Wattimena lebih dulu memutuskan untuk menetap di Japisuru atau kini Mahariki. Sedangkan, Wattimury melanjutkan perjalanan lagi dan menetap di Ruta.

Legenda 4 Sultan Maluku

Legenda 4 Sultan Maluku
Sumber: dongengceritarakyat.com

Di setiap daerah, biasanya tak lepas dari legenda yang mengisahkan tentang pemuda yang menikah dengan bidadari akibat mengambil selendang mereka. Begitu juga dengan Maluku yang mempunyai kisah Jafar Sadik yang menikah dengan bidadari dari kahyangan. Dari pernikahan itu, mereka dikarunia 4 orang anak.

Di suatu waktu, si bidadari menemukan selendangnya yang selama ini disembunyikan oleh Jafar. Alhasil, dia pun meninggalkan keempat anaknya dan suaminya. Selepas kepergian istrinya, Jafar mencurahkan segala tenaganya untuk merawat keempat anaknya. Didikan Jafar kepada 4 anaknya telah menjadikan putra sulungnya menjadi sultan di Bacan, putra kedua menjadi sultan Jailolo, putra ketiga menjadi sultan di Tidore, dan putra bungsu menjadi sultan Ternate.

Legenda Bulu Pamali

Legenda Bulu Pamali
Sumber: mollucastimes.com

Legenda ini mengisahkan tentang pemuda sebatang kara bernama Yongker yang bekerja mencari kayu bakar untuk dijual di pasar. Pada suatu hari, dia ingin mencari kayu di gunung yang ada di Pantai Latulahat. Banyak sekali kayu yang berhasil dia kumpulkan, sehingga gunung itu terlihat sedikit gersang.

Saat malam hari, dia beristirahat di bawah pohon, tiba-tiba saja ular menelan mentah-mentah Yongker dan memuntahkannya ke hadapan seorang kakek. Kakek itu mulanya marah dengan Yongker yang suka seenaknya menebang pohon. Namun, Yongker menjelaskan jika yang dia lakukan semata-mata untuk membiayai hidupnya sendiri.

Iba dengan perkataan Yongker, si kakek berbaik hati melepaskan Yongker dan membekalinya dengan kesaktian yang dia berikan lewat sehelai bulu. Yongker sangat berterima kasih pada si kakek. Dia pun pulang ke kampungnya keesokan harinya. Bulu yang dipakai oleh kakek yang berasal dari sebuah pohon misterius itu dikenal dengan nama pohon bulu pamali.

Legenda Nenek Luhu

Legenda Nenek Luhu
Sumber: kompasiana.com

Negeri Luhu yang makmur itu tiba-tiba diserang oleh pasukan belanda hingga seluruh warga kerajaan tewas, kecuali putri Raja Luhu, Ta Ina Luhu. Meskipun dia selamat, Ta Ina Luhu disandera oleh Belanda dan justru diperkosa oleh panglima Belanda. Tak mau tinggal dalam kesengsaraan, Ina Luhu segera kabur dari pasukan Belanda itu.

Dia melarikan diri hingga diselamatkan oleh Raja Soya. Namun, Ina Luhu tahu kalau dirinya hamil, sehingga dia diam-diam juga melarikan diri dari Kerajaan Soya. Dia menempuh banyak perjalanan karena pasukan Raja Soya yang dikerahkan mencari Ina Luhu. Saat mulai terkepung oleh pasukan Raja Soya, Ina Luhu berdoa kepada Tuhan agar dia bisa menghilang dan tak merepotkan orang lain.

Persis seperti doanya, Ina Luhu tiba-tiba menghilang entah kemana. Hilangnya Ina Luhu ini kemudian dipercaya oleh masyarakat dengan sebagai legenda Nenek Luhu. Nenek ini konon akan muncul saat hujan di tengah terik matahari. Bahkan, ada yang mengatakan kalau Nenek Luhu akan mengambil anak-anak saat hujan di tengah terik matahari itu.

Dari legenda Batu Berdaun hingga legenda Nenek Luhu, pastinya ada satu cerita yang menurutmu menarik bukan? Dengan cerita yang begitu menarik, legenda Maluku ini juga seharusnya tidak dibiarkan menghilang ditelan zaman. Alangkah baiknya untuk tetap melestarikan bagian dari kebudayaan Indonesia ini sehingga generasi selanjutnya masih bisa mengenal legenda-legenda tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *