Daftar Isi
Apa yang khas dari Jambi?
Jambi adalah sebuah provinsi di Indonesia yang lahir pada 6 Januari 1957. Pulau ini terletak di bagian pesisir timur Pulau Sumatra. Ada banyak versi cerita sejarah pengambilan nama Jambi sebagai provinsi ini. Jadi nggak perlu heran kalau sejarah provinsi Jambi satu dengan yang lainnya berbeda.
Jambi memiliki bermacam-macam jenis wisata. Mulai dari wisata berbau adventure di alam ataupun wisata yang berbudaya. Wisata ‘kembali ke alam’ yang ditawarkan oleh Jambi seperti menunjungi Air Terjun Tegan Kiri, berjalan di Perkebunan The Kayu Aro dan menjelajah danau-danau di provinsi ini. Sedangkan wisata berbudaya misalnya menyaksikan tari adat Rentak Besampih dan mengenal arsitektur rumah adat Jambi.
Ngomong-ngomong soal rumah adat, Jambi memiliki 3 jenis rumah adat. Nah supaya kamu lebih mengenal tentang rumah adat di Jambi, yuk simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
1. Rumah Adat Jambi Kajang Leko
Diantara 2 jenis lainnya, Kajang Leko mejai perwkilan rumah adat yang paling populer di Jambi. Kalau kamu ingin melihat Kajang Leko, kamu bisa meneukan replikanaya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Secara umum, Kajang Leko berbentuk serupa dengan rumah panggung. Model ini dipilih supaya Kajang Leko terhindar dari air ketika banjir. Tiap detailnya mempunyai ukir serta arsitektur yang unik. Coba perhatikan gaya arsitektur dari Kajang Leko.
Arsitektur Kajang Leko
Kajang Leko memiliki bentuk bangunan yang disebut dengan Marga Batin. Model bangunannya berupa persegi panjang dengan luas berkisar 12 x 9 meter. Bangunannya ditopang dengan tiang sebanyak 30 buah. 24 tiang diantaranya menjadi tiang utama dan sisanya sebagai tiang pelamba atau sisa.
Untuk masuk ke dalam bangunan, Kajang Leko dilengkapi dengan 2 buah tangga pada sisi kanan dan kiri. Tangga di sisi kanan adalah tangga utama, sedangkan tangga di sisi kiri hanya sebagai akses tambahan.
Kemudian bagian atap Kajang Leko dibangun dengan desain mirip dengan perahu. Material pembuatannya didominasi dengan kayu serta anyaman dari ijuk. Masyarakat Jambi biasa menyebut atap Kajang Leko dengan Gajah Mabuk. Sisi yang melengkung pada atap dinamai dengan lipat kajang.
Fungsi dan Struktur Ruangan Kajang Leko
Kajang Leko terbagi menjadi 8 ruangan. Seperti rumah adat pada umumnya, masing-masing ruangan di Kajang Leko pun memiliki fungsi berbeda. Fungsinya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Jambi kala itu.
- Ruang Pelamban
Ruang Pelamban terleak di bagian kiri bangunan utama. Fungsi utamanya sebagai tempat menunggu tamu sebelum diizinkan masuk ke dalam bangunan utama. Lantai Pelamban terbuat dari babu yang dibelah dan sudah diawetkan. Penyusunannya pun sangat rapi dan dibeikan celah yang serupa antar bambunya.
- Ruang Masinding
Ruang Masinding adalah nama lai dari serambi depan rumah. Fungsinya hampir mirip dengan Pelamban, yaitu untuk menerima tamu dan mengadakan upacara adat seperti keduri. Masinding di setiap Kajang Leko dibangun dengan luas supaya mampu menampung banyak orang.
Uniknya dari Masinding adalah bagian dinding yang bermotif. Ada sekitar 3 motif, diantaranya adalah bungo tanjung, bungo jeruk dan tampuk manggis.
- Ruang Gaho
Gaho pu berada di sebelah kiri bangunan utama seperti Pelamban. Bentuknya memanjang ke arah belakang. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat penyimpanan beragam barang. Bisa juga digunakan untuk menyimpan persediaan makanan. Gaho memiliki ukiran berbentuk ikan pada dindingnya.
- Ruang Tengah
Letak ruang tengah bersampingan dengan Masinding. Di sebagian Kajang Lako, antara ruang tengah dengan Masinding hanya dibatasi dengan kain. Fungsi utama dari ruangan tengah sebagai tempat berkumpulnya perempuan kala upacara adat berlangsung.
- Ruang Dalem
Nama lain dari ruang Dalem adalah Menalam. Sesuai dengan namanya, ruangan ini termasuk ruang privat. Nggak setiap orang bisa masuk ke ruang dalem.
Dalam ruang dalem biasanya terbagi menjadi beberapa kamar serta ruang makan. Ada kamar tidur untuk orang tua, anak serta ruang untuk makan. Umumnya masyarakat Jambi tidak mengizinkan siapapu masuk ruangan ini selain keluarga.
- Ruang Penteh
Kalau di Jawa, ruang Penteh biasa disebut uga engan Loteng. Sesuai dengan namanya, Penteh terletak di atap bangunan. Penteh diguakan untuk menyimpan barang yang jarang dipakai oleh keluarga.
- Ruang Bauman
Ruang Bauman terletak di bawah tanah. Ruangan ini tidak berdinding dan tidak berlantai pula. Fungsi utamanya juga digunakan sebagai tempat menyimpan barang kebutuhan sehari-hari.
- Ruang Balik Malintang
Ruangan terakhir dari Kajang Leko adalah Balik Malintang. Menurut Masyarakat provinsi ini, Balik alintang memiliki kedudukan lebih tinggi daripada ruang Dalem. Ukurannya 2 x 9 meter. Bagian lantainya sengaja dibuat lebih tinggi ketimbang ruangan lainnya.
Nilai Filosofi Kajang Leko
Setiap detail yang ada pada Kajang Leko mengimplementasikan nilai filosofi dan budaya bagi masyarakat Jambi.
Kali ini nilai filosofinya terletak pada moif dan ukiran yang ada di dinding Kajang Leko. Umumnya masyarakat provinsi ini menggunakan motif hewan dan tumbuhan. Motif tumbuhan bermakna bahwa masyarakat mengakui peranan hutan dalam sendi-sendi kehidupan.
Sedangkan motif hewan seperti motif ikan mewakikan bahwa masyarakat Jambi banyak yang berprofesi sebagai nelayan.
2. Rumah Adat Merangin
Rumah adat ini berasal dari salah satu kabupaten di Jambi, yaitu Merangin. Rumah ini berasal dari Suku Batin dan memiliki nama lain Rumah Tuo Rantau Panjang.
Arsitektur Merangin
Konsep dari Merangin adalah rumah panggung. Desainnya berbentuk persegi panjang dengan arah memanjang ke samping. Untuk masuk ke dalam bangunan utama, masyarakat Suku Batin meletakkan tangga di bagian depan rumah. Selain itu jendela dari Merangin meiliki ukuran yang lebih lebar daripada ruah adat lainnya. Material untuk membuat rumah ini asih didominasi dengan kayu serta ijuk untuk atapnya. Namun karena zaman terus berkembang, maka fungsi ijuk digantikan oleh seng.
Hal unik lainnya dari rumah adat Merangin adalah pembangunannya yang tidak memakai paku. Jadi antar bangunan dan rangka saling terikat dengan pasak. Meskipun begitu, rumah adat ini sangat kuat.
Oh iya, Merangin juga memiliki beberapa ukiran di dinding rumahnya. Ukirannya biasa diberikan warna coklat terang sehingga terlihat mewah.
Nilai Filosofi Rumah Adat Merangin
Berbeda dengan Kajang Lako, filosofi terkuat pada Merangin terletak pada pintu rumahnya. Pintu rumahnya didesain rendah sekitar 1 meter. Pintu rumah yang pendek membuat setiap orang yang masuk ke dalam Merangin harus menudukkan kepala. Hal terebut merupakan simbol tamu yang menhormati sang pemilik rumah.
3. Batu Pangeran Wirokusumo
Rumah adat Jambi yang terakhir adalah Batu Pangeran Wirokusumo. Dinamakan batu sebab material utama pembangunan rumah ini adalah batu. Rumah adatini adalah warisan Pemerintah Belanda yang diberikan kepada masyarakat Jambi.
Gaya Arsitektur Batu Pangeran Wirokusumo
Karena merupakan warisan dari Belanda, maka rumah adat Batu Pangeran Wirokusumo ini menggabungkan 3 desain jadi 1. Perpaduan dari gaya melayu, tionghoa dan belanda menciptakan keunikan tersendiri.
Itu dia 3 jenis Rumah Adat Jambi beserta filosofinya. Sekarang kamujadi lebih tahu kan? Yuk mengembangkan ilmu dengan memahami beragam rumah adat di Indonesia!