Daftar Isi
Hai semua, Sebelum kita masuk ke dalam ceritanya siapa nih yang nggak suka sama liburan sekolah? Apalagi kalau dihabiskan bareng teman-teman di tempat yang seru kayak kolam renang!
Dalam cerpen ini, kamu bakal diajak mengikuti petualangan Liam dan gengnya yang penuh keseruan, tawa, dan momen-momen emosional yang bikin hangat di hati. Penasaran gimana cerita mereka? Yuk, baca sampai habis, dijamin kamu bakal kebawa suasana dan nostalgia masa-masa indah bareng sahabat!
Serunya Liburan Sekolah di Kolam Renang
Rencana Liburan yang Tak Terduga
Liburan sekolah adalah momen paling dinanti oleh setiap anak SMA, termasuk aku. Nama gue Liam, anak yang dikenal cukup “gaul” di sekolah. Teman-teman sering bilang kalau gue ini sosok yang selalu punya ide gila untuk bikin suasana jadi seru. Tapi, jujur aja, liburan kali ini gue agak buntu. Biasanya gue udah punya daftar rencana dari jauh-jauh hari, tapi kali ini otak gue lagi seret.
Gue duduk di sofa ruang tamu, scroll media sosial sambil ngemilin keripik. Di layar, gue lihat beberapa teman posting liburan mereka ke tempat-tempat keren pantai, gunung, atau luar kota. Gue menghela napas panjang. Bukannya gue nggak mau pergi jauh, tapi izin orang tua agak ketat, apalagi kalau harus keluar kota sendirian.
Gue nyender, menatap langit-langit. “Gila, kok liburan kali ini nggak ada gregetnya ya?” gumam gue.
Belum selesai gue mengasihani diri, HP gue bergetar. Notifikasi grup WhatsApp teman-teman kelas masuk. Grup itu, yang biasanya rame soal tugas atau gosip sekolah, tiba-tiba jadi forum diskusi liburan.
“Guys, liburan ini ngapain, nih?” tulis Aldo, teman sekelas gue yang hobinya nggak jauh dari nongkrong dan makan.
“Ke tempat yang deket aja, biar semua bisa ikut,” jawab Farel.
Sekilas gue baca pesan-pesan mereka, ide-ide mulai bermunculan. Tapi semuanya terasa biasa aja nongkrong di kafe, main futsal, atau sekadar kumpul di rumah salah satu dari kami. Gue, yang biasanya jadi motor ide, kali ini malah diam. Gue nggak pengen liburan kali ini cuma jadi ‘biasa.’
Akhirnya, otak gue mulai jalan setelah baca pesan terakhir dari Gina, salah satu teman cewek di kelas. “Eh, gimana kalau ke kolam renang? Ada waterboom baru buka deket komplek gue!”
Gue refleks duduk tegak. Kolam renang? Ide ini cukup fresh, apalagi dengan cuaca yang lagi panas-panasnya. Gue langsung buka Google, cari info tentang tempat itu. Foto-fotonya keren banget ada seluncuran tinggi, lazy river, dan kolam ombak.
Gue mengetik dengan cepat di grup. “Setuju banget sama ide Gina. Ayo kita liburan ke sana!”
Responnya langsung meledak. Hampir semua setuju, bahkan yang biasanya pasif di grup langsung semangat. Gue mulai mengorganisir. Mulai dari jadwal, transportasi, sampai makanan yang harus dibawa. Gue nggak mau ini sekadar ide, gue mau ini jadi momen liburan terbaik kami.
Hari H pun tiba. Kami kumpul di parkiran sekolah sebagai titik start. Gue datang lebih awal, memastikan semuanya sesuai rencana. Dari kejauhan, Aldo datang sambil nyeret tas besar. “Bro, gue bawa speaker Bluetooth! Liburan nggak lengkap tanpa musik, kan?” katanya sambil ketawa.
Farel datang belakangan, membawa kotak penuh bekal makanan yang katanya dimasak ibunya. Yang lain mulai berdatangan, dan suasana makin riuh. Gue senyum tipis. Meski awalnya bingung, ternyata rencana ini berhasil bikin semua orang semangat.
Kami naik angkot sewaan menuju kolam renang. Di perjalanan, speaker Aldo mulai memutar lagu-lagu hits, dan kami nyanyi bareng dengan suara fals tanpa peduli. Saat itu, gue sadar, liburan nggak perlu jauh-jauh. Yang penting kebersamaannya.
Sampai di lokasi, semua mata langsung tertuju pada seluncuran raksasa di tengah area. “Gila, itu tinggi banget!” seru Rian, sambil menatap kagum.
“Ayo, siapa yang berani duluan?” tantang gue, mencoba membakar semangat mereka.
Tapi yang terjadi malah semua saling tunjuk. Gina, yang biasanya kalem, malah nyeletuk, “Liam aja duluan! Kamu kan yang ngajak kita ke sini.”
Gue nyengir. “Oke, gue terima tantangan ini!”
Sambil berjalan menuju tangga seluncuran, gue merasakan adrenalin meningkat. Ini baru awal dari liburan kami, tapi gue tahu, ini bakal jadi hari yang nggak akan gue lupakan.
Misi Kejutan di Kolam Renang
Langkah gue makin mantap menuju tangga seluncuran raksasa, meskipun jujur aja, ada sedikit gugup yang mulai merayap. Dari bawah, suara teman-teman terus menggema. “Liam, lo harus selamat ya!” teriak Farel sambil ngakak, bikin gue cuma bisa geleng kepala.
Gue menengadah, menatap spiral seluncuran yang terlihat seperti naga raksasa siap menelan siapa pun yang berani. Semakin naik, tangan gue mulai basah bukan cuma karena air, tapi juga keringat. Bukan takut, sih lebih ke tegang, apalagi teman-teman di bawah udah bersiap merekam aksi gue.
Sampai di puncak, gue berhenti sejenak, mengatur napas. Petugas di atas memberi aba-aba. “Siap, Mas?” tanyanya dengan senyum santai. Gue hanya mengangguk sambil mengencangkan pegangan.
“Let’s go, Liam!” suara Gina menggema dari bawah. Gue tahu, nggak ada jalan mundur.
Dan, BOOM! Gue meluncur dengan kecepatan gila. Angin menghantam wajah gue, air menyembur ke segala arah, sementara gravitasi seperti nggak peduli sama keberadaan gue. Jeritan gue bercampur tawa pecah begitu aja. Begitu gue mencapai dasar, air menyambut dengan percikan besar, dan gue langsung disoraki teman-teman.
“Liam berhasil!” Gina dan Aldo langsung bertepuk tangan, sementara Rian nyodorin HP dengan wajah puas. “Tuh, liat, ekspresi lo waktu meluncur bikin gue pengen ketawa sampe besok!”
Gue ngambil nafas, rambut gue basah kuyup. “Hahaha, itu kan baru pemanasan. Yang lain kapan nyusul?”
Satu per satu teman-teman akhirnya nyoba seluncuran itu, dan tawa kami nggak pernah berhenti. Tapi, di tengah keriuhan itu, gue sadar kalau hari ini nggak cuma tentang bersenang-senang. Gue punya rencana kecil yang pengen gue eksekusi untuk bikin momen ini lebih spesial.
Setelah puas main di seluncuran, kami berkumpul di kolam arus. Di sana, suasana santai mulai terasa. Gina dan teman-teman cewek duduk di ban pelampung sambil ngobrol santai. Gue, Aldo, Farel, dan Rian malah main adu dorong di atas pelampung. “Siapa yang jatuh duluan harus traktir es krim!” tantang gue.
“Awas lo, Liam!” teriak Aldo, yang akhirnya jadi korban pertama tercebur dengan dramatis. Kami ngakak puas sambil terus menghabiskan waktu di kolam itu.
Di sela-sela itu, gue mendekati Gina. “Eh, Gi, lo bawa speaker, kan? Gue punya ide.” Gue bisik-bisik, bikin Gina melongo sebelum akhirnya tersenyum lebar. “Wah, seru juga tuh! Ayo, gue bantu.”
Rencana gue simpel. Gue pengen bikin kejutan kecil buat Aldo, yang minggu lalu ulang tahun tapi nggak sempat dirayakan karena ujian sekolah. Gue dan Gina buru-buru mengumpulkan yang lain. “Guys, kita punya misi rahasia. Siap?”
Mereka langsung penasaran. Setelah gue jelasin idenya, semua antusias bantu. Kami sepakat ngerjain ini diam-diam, sambil memastikan Aldo nggak curiga.
Saat matahari mulai turun, suasana kolam renang jadi lebih tenang. Gue minta Gina memutar lagu ulang tahun lewat speaker-nya. Kami semua kumpul di tepi kolam, dan begitu Aldo mendekat, lagu itu mulai terdengar.
“Apa-apaan nih?” tanya Aldo, bingung.
Gue maju sambil nyodorin kue kecil yang tadi gue beli di kantin. “Surprise, bro! Selamat ulang tahun!”
Aldo melongo, lalu senyum lebar. “Gila, kalian sempet-sempetnya!”
“Ya iyalah, ulang tahun lo nggak bisa dilewatkan begitu aja,” tambah Farel sambil tepuk pundaknya.
Kami nyanyikan lagu ulang tahun bareng-bareng, diiringi gelak tawa dan semangat. Aldo jelas terharu, meskipun dia sok-sokan nyembunyiin ekspresinya. Gue merasa momen ini berhasil banget bikin liburan kami makin berkesan.
Malam itu, kami pulang dengan perasaan bahagia. Gue duduk di pojok angkot, memandang wajah teman-teman yang penuh tawa. Gue sadar, nggak ada yang lebih berharga dari kebersamaan ini. Bukan soal tempat atau aktivitasnya, tapi gimana kami saling bikin satu sama lain merasa spesial.
Perjalanan ini baru setengah jalan, tapi gue yakin, momen ini akan terus kami ingat sebagai bagian terbaik dari liburan sekolah kami.
Tantangan Seru dan Gelak Tawa
Malam itu, perjalanan pulang dari kolam renang penuh dengan cerita. Aldo masih nggak berhenti ngomongin kejutan ulang tahunnya. “Gue bener-bener nggak nyangka kalian bakal ngelakuin itu,” katanya sambil memeluk kotak kue yang tinggal separuh.
“Gila aja kalau kita nggak ngerayain ulang tahun lo, bro,” jawab gue sambil ketawa kecil.
Tapi, di balik semua tawa itu, gue merasa ada sesuatu yang kurang. Meski hari ini seru, gue pengen bikin momen yang lebih besar sesuatu yang bakal jadi cerita buat dikenang sampai bertahun-tahun. Gue mulai mikir, apa lagi yang bisa kami lakukan sebelum liburan ini benar-benar berakhir?
Keesokan harinya, grup WhatsApp kembali rame. Gina, seperti biasa, yang pertama nyalain obrolan. “Guys, kemarin seru banget, tapi rasanya masih kurang, deh. Ada ide buat lanjutin?”
Gue langsung terpikir sesuatu. Di kolam renang kemarin, gue sempat ngelihat satu zona khusus yang nggak sempat kami coba: kolam kompetisi. Kolam itu punya jalur-jalur panjang, kayak buat lomba renang profesional. Waktu itu, gue cuma mikir, “Kapan ya gue punya keberanian buat nyoba ini?”
Dan sekarang, gue tahu jawabannya.
“Ayo kita bikin lomba renang!” tulis gue di grup.
“Lomba? Seriusan?” balas Rian.
“Iya, serius. Biar makin seru, kita bikin hadiahnya juga,” balas gue cepat.
Gina langsung mendukung ide gue. “Setuju! Tapi siapa yang bakal ikut?”
“Semua yang berani,” balas gue santai.
Hari H pun tiba. Kami kembali ke kolam renang, kali ini dengan persiapan yang lebih matang. Gue bawa stopwatch, Gina nyiapin papan kecil buat nulis skor, dan Farel… dia bawa kantong besar penuh cemilan.
“Ini buat motivasi, biar semangat renangnya,” katanya sambil ketawa.
Kolam kompetisi yang kemarin cuma gue pandangi dari jauh, sekarang berdiri di depan mata gue. Airnya biru jernih, dengan garis-garis putih panjang di dasarnya. Gue bisa merasakan adrenalin mulai naik.
“Siapa aja yang mau ikut?” tanya Gina, yang langsung mengambil posisi sebagai panitia.
Gue, Aldo, dan Rian langsung maju. “Kita bertiga dulu, ya. Nanti yang lain nyusul,” kata gue.
“Yang kalah harus traktir es teh di kantin,” tambah Aldo sambil nyengir.
Gue nyengir balik. “Siap. Tapi kalau gue menang, lo semua yang traktir gue.”
Perlombaan dimulai. Posisi gue di jalur tengah, Aldo di kiri, Rian di kanan. Gina berdiri di pinggir kolam, memegang stopwatch, sementara yang lain bersorak memberi semangat.
“Siap… tiga, dua, satu!” teriak Gina.
Gue langsung melompat ke air, tangan dan kaki bergerak secepat mungkin. Tapi, ternyata nggak semudah yang gue kira. Air dingin langsung menyentak tubuh gue, dan gue mulai merasa lelah di tengah jalan. Dari sudut mata, gue bisa lihat Aldo berenang dengan gaya bebas yang cepat.
“Fokus, Liam,” gue bicara ke diri sendiri, mencoba mengatur napas. Tangan gue terus mengayuh, kaki gue menendang air. Gue tahu, ini lebih dari sekadar lomba. Gue pengen buktiin ke diri sendiri kalau gue bisa ngasih yang terbaik, nggak peduli sesulit apa jalannya.
Sorakan teman-teman makin keras. “Ayo, Liam! Cepetan!” teriak Farel.
Dalam hitungan detik, gue nyentuh dinding kolam. Nafas gue tersengal, tapi gue langsung menoleh ke kanan dan kiri. Aldo baru sampai beberapa detik setelah gue. Rian menyusul tak lama kemudian.
“Liam menang!” teriak Gina sambil mengangkat tangannya.
Gue mengangkat tangan dengan penuh kemenangan, meski otot gue terasa terbakar. Teman-teman langsung menyerbu gue, memberi selamat. Aldo, meski kalah, ngakak sambil menepuk punggung gue. “Gila lo, bro. Gue nggak nyangka lo secepat itu.”
Perlombaan ini bikin hari kami penuh gelak tawa. Yang kalah harus rela ditraktir, dan tentu saja, gue menikmati es teh gratis dengan rasa puas. Tapi yang lebih penting, gue merasa hari ini lebih dari sekadar kemenangan. Ini adalah momen di mana gue bisa melihat perjuangan dan semangat teman-teman gue yang luar biasa.
Malam itu, saat perjalanan pulang, gue duduk sambil memandang bintang di langit. Gue tahu, liburan ini bakal jadi salah satu kenangan terbaik dalam hidup gue. Dan meski capek, gue nggak sabar buat rencana seru berikutnya.
Kenangan Tak Terlupakan
Setelah lomba renang yang penuh tawa dan semangat, gue pikir hari itu udah selesai. Tapi ternyata, Gina, si otak kreatif geng kami, punya rencana lain. Waktu kami lagi duduk santai di kantin kolam renang, dia mendekat sambil membawa kertas kecil. “Guys, sebelum liburan selesai, kita harus bikin momen yang nggak akan terlupakan,” katanya dengan wajah serius.
“Apalagi, Gi? Kan tadi udah seru banget,” tanya Rian sambil mengunyah keripik.
Gina hanya nyengir sambil menaruh kertas itu di tengah meja. “Ini peta kecil buat ke taman belakang. Kata petugas kolam renang, di sana ada air terjun kecil yang jarang orang tahu. Gimana kalau kita eksplor?”
“Air terjun?” Mata gue langsung berbinar. Gue emang suka banget sama tempat-tempat alami, apalagi kalau itu tersembunyi.
Aldo langsung berdiri. “Oke, gue setuju. Tapi siapa tahu jalannya susah, lo yakin kita bisa?”
Gina mengangguk mantap. “Kalau nggak nyoba, kapan lagi?”
Kami mulai perjalanan ke taman belakang sore itu. Jalan setapaknya kecil dan penuh dedaunan, bikin gue harus hati-hati melangkah. Gina berjalan di depan, memimpin dengan semangat, sementara gue dan Aldo di belakang, memastikan nggak ada yang tertinggal.
“Ayo, cepetan! Masa kalah sama cewek?” ejek Gina sambil menoleh ke belakang.
“Kami cuma ngasih lo kesempatan menang duluan,” balas Aldo, bikin kami semua ketawa.
Meski jalanan menanjak dan bikin kaki gue mulai pegal, gue nggak nyerah. Gue tahu, perjalanan ini bakal sepadan sama hasilnya. Suara gemericik air mulai terdengar, bikin semangat kami semakin membara.
Akhirnya, kami sampai. Di depan kami, air terjun kecil mengalir dengan indah, dikelilingi bebatuan dan pepohonan hijau. Cahayanya pas banget karena matahari mulai terbenam, bikin airnya berkilau keemasan.
“Wow… ini lebih bagus dari yang gue bayangin,” kata Gina dengan mata berbinar.
Tanpa pikir panjang, gue langsung melepas sepatu dan menyentuh airnya. Dingin dan segar, seperti ngilangin semua rasa capek yang gue rasain tadi. “Guys, ini wajib dicoba!”
Kami semua akhirnya nyemplung ke air, main siram-siraman sambil tertawa lepas. Rian, si jahil, malah nyipratin Gina sampai dia teriak-teriak. “Rian! Tunggu pembalasan gue!”
Di tengah keceriaan itu, gue mendekati Aldo yang duduk di salah satu batu besar sambil memandang air terjun. “Lo kenapa diem aja, bro?” tanya gue.
Dia tersenyum kecil. “Nggak, gue cuma mikir… jarang-jarang, ya, kita bisa kayak gini. Abis ini, mungkin kita bakal sibuk lagi sama sekolah, tugas, ujian.”
Gue mengangguk. “Iya, makanya kita nikmatin momen ini sepuasnya.”
Aldo menepuk bahu gue. “Thanks, Liam. Lo yang bikin semua ini mungkin. Kalau nggak ada ide lo, liburan ini bakal biasa aja.”
Gue cuma tersenyum, ngerasa bangga dalam hati.
Setelah puas bermain, kami duduk melingkar di sekitar air terjun. Gina mengeluarkan termos kecil berisi teh hangat yang dia bawa, sementara Farel mengeluarkan beberapa cemilan. Suasana sore itu terasa damai.
“Eh, gimana kalau kita bikin time capsule?” usul Rian tiba-tiba.
“Time capsule? Maksudnya gimana?” tanya gue.
“Kita tulis kenangan atau harapan kita di kertas, terus simpen di tempat ini. Suatu hari, kalau kita balik lagi, kita buka,” jelasnya.
Semua setuju dengan ide itu. Kami menulis sesuatu di kertas kecil yang Gina bawa, lalu menggulungnya dan memasukkannya ke dalam botol plastik yang kami temukan di tas Aldo. Setelah itu, kami menggali lubang kecil di dekat pohon besar dan mengubur botol itu.
“Janji ya, suatu hari nanti, kita balik ke sini,” kata Gina.
“Janji,” kami semua mengangguk.
Hari itu benar-benar jadi puncak liburan kami. Dalam perjalanan pulang, gue merasa seperti orang yang baru aja menyelesaikan perjalanan epik. Momen di air terjun itu nggak cuma bikin liburan ini berkesan, tapi juga memperkuat persahabatan kami.
Gue tahu, ketika liburan selesai dan kami kembali ke rutinitas sekolah, memori ini akan jadi pelipur lara saat gue lelah. Gue tersenyum sambil memandang teman-teman gue yang duduk di angkot. Di antara tawa dan canda mereka, gue sadar satu hal: bukan tempatnya yang bikin liburan ini luar biasa, tapi kebersamaan kami yang bikin semuanya sempurna.
Jadi, gimana semua ada nggak nih diantara kalian yang bisa menyimpulkan cerita cerpen diatas? Liburan sekolah memang jadi momen terbaik buat menciptakan kenangan tak terlupakan, apalagi bareng teman-teman dekat seperti cerpen Liam ini. Dari tawa, perjuangan, hingga kejutan yang bikin hati hangat, semuanya terasa sempurna. Jadi, kapan terakhir kali kamu seru-seruan bareng sahabat? Yuk, rencanain momen seru kalian berikutnya! Karena kenangan indah nggak akan pernah terganti.