Jogja, kota istimewa dengan sejuta kenangan. Dari zaman dulu hingga sekarang Jogja selalu meninggalkan kesan yang istimewa bagi penghuninya. Nggak heran kalau kota setingkat provinsi ini dinamai dengan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jogja syarat akan sesuatu yang istimewa dan unik. Mulai dari atmosfir yang masih kental dengan nuansa klasik hingga makanan dan minuman dengan harga merakyat. Nggak hanya itu, dari segi budaya dan adat pun Jogja patut diacungi jempol. Masih banyak dijumpai rumah-rumah dengan inspirasi rumah adat Jogja. Masyarakat kota ini memodifikasi rumah mereka sehingga cocok digunakan masa sekarang namun tetap nggak meninggalkan budaya.
Di beberapa desa yang masih jauh dari kebisingan kota, kamu dapat menemukan rumah adat Jogja yang belum dimodifikasi. Rumah adat masyarakat kota ini memiliki atap yang hampir serupa dengan rumah adat Jawa Tengah. Material pembangunannya pun masih berkutat dengan kayu. Namun bagian gaya dan arsitektur rumah adat kota ini menggambarkan ciri khas yang paling menonjol dari masyarakat Jogja. Istimewa, unik, dan ramah.
Seperti apa sih rumah adat Jogja? Ada berapa jenisnya? Coba simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Daftar Isi
1. Rumah Adat Jogja Bangsal Keraton Kencono
Bangsal Keraton Kencono adalah salah satu rumah adat di Jogja. Sesuai namanya, rumah adat ini dulunya digunakan sebagai tempat tinggal para Raja Keraton Kencono. Rumah ini sangat luas dengan lebar halaman mencapai 14.000 meter persegi. Bangsal Keraton Kencono dibangun pada tahun 1756 masehi oleh Sultan Hamengku Buwono I. Pembangunan awalnya dikhususkan untuk tempat berkumpul saat acara kesultanan ataupun keagamaan.
Arsitektur Bangsal Keraton Kencono adalah perpaduan dari Portugis, Cina, Belanda dan Jawa. Meskipun begitu, aksen Jawa sangat kental di bangunan ini.
Atap Bangsal Keraton Kencono mirip dengan rumah adat Jawa Tengah. Bagian tengah atap yang lebih tinggi daripada samping kanan dan kirinya. Biasanya atap bangunan ini disangga oleh 4 tiang pondasi. Masyarakat Jogja menyebut tiang ini dengan nama Soko Guru. Sedangkan pada material atapnya berasal dari genteng tanah liat yang disusun mengikuti rangka.
Bagian dinding dan tiang penyangga dibuat dari kayu yang awet dan tahan lama. Kebanyakan tiang penyangga berwarna hitam dan hijau tua. Sedangkan untuk lantainya dibuat dari marmer granit yang menambah nilai kesultanan di bangunan ini.
Ciri Khas Rumah Adat Jogja Bangsal Keraton Kencono
Sangking istimewanya Bangsal Keraton Kencono, bangunan ini memiliki 3 ciri khas keunikan yang jarang ditemui di rumah adat Jogja lainnya.
- Fungsi dari rumah adat Bangsal Keraton Kencono adalah sebagai tempat pertemuan dan kegiatan keagamaan. Tetapi tempat ini pun digunakan sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan di Jogja.
- Ukuran rumah mirip dengan padepokan sebab setiap ruangannya memiliki ukuran yang luas.
- Tata letak dari rumah ini didominasi dengan unsur alam. Di pekarangan banyak terdapat rerumputan hijau dan sangkar burung.
Tata Letak Bangsal Keraton Kencono
Secara umum, Bangsal Keraton Kencono dibagi menjadi 3 bagian ruangan. Masing-masing bagian terdiri dari beberapa ruang dengan fungsi yang berbeda-beda. Apa aja?
- Bagian depan Bangsal Keraton Kencono dibagi menjadi 3. Terdapat Gladhag Pengurakan yang berupa gerbang utama. Setelahnya terdapat Alun-alun Lor sebagai tempat diadakan upacara. Ruang yang terakhir adalah Kompleks Masjid Gedhe yang digunakan sebagai tempat beribadah.
- Bagian inti dibagi lagi menjadi 7 bagian. Apa saja?
-
- Ada Bangsal Pagelaran yang berfungsi sebagai tempat punggawa menghadap pada sultan.
- Ada Siti Hinggil Ler yang digunakan sebagai tempat melaksanakan upacara adat resmi.
- Sri Manganti yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu-tamu penting.
- Kedhaton yang digunakan sebagai tempat tinggal.
- Kemagangan yang berfungsi sebagai tempat untuk melaksanakan ujian, apel pagi dan berlatih.
- Bagian yang terakhir adalah Siti Hinggil Kidul yang digunakan sebagai tempat melihat atraksi dan hiburan.
- Bagian belakang dibagi menjadi 2 yaitu Alun-alun Kidul dan Plengkung Nirbaya. Tidak jelas fungsi dari 2 bagian ini. Biasanya masyarakat Jogja menyebut mereka sebagai poros utama arah selatan.
Baca juga: Rumah Adat Jawa Timur
2. Rumah Adat Limasan
Rumah adat nomor 2 adalah Limasan. Bedanya dengan Bangsal Keraton Kencono adalah yang menempati. Limasan biasanya ditempati oleh masyarakat Jogja biasa. Msyarakat Jogja mengartikan Limasan adalah lima belasan. Lima belasan menandakan bahwa rumah adat ini berukuran 5 x meter saja. Sederhana, kan?
Yang paling khas dan unik dari Limasan adalah Molo. Molo merupakan sebutan kerangka atap rumah adat Limasan. Bentuknya panjang dan lurus pada bagian ujung atap. Masyarakat Jogja zaman dahulu mengumpamakan Molo seolah kepala dari manusia. Sebab itulah sebelum Molo dipasang, masyarakat di sana pantang untuk melangkahinya.
Tata letak dalam Limasan dibagi menjadi 3 bagian. Bagian depan berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamu. Bagian tengah untuk bersantai dan difungsikan sebagai ruang keluarga. Dan pada bagian Belakang ada sentong kiwo dan sentong tengah.
3. Rumah Adat Kampung
Rumah adat Jogja yang ketiga adalah Rumah Kampung. Rumah ini memiliki bentuk yang lebih sederhana ketimbang Limasan dan Bangsal Kerton Kencono.
Rumah Kampung mempunyai maksimal 8 tiang penyangga. Biasanya dalam ukuran yang lebih kecil, jumlah tiang lebih sedikit daripada 8. Penyangga tiang dalam rumah ini disebut sebagai Soko. Arsitektur atapnya terbagi menjadi 2 sisi yaitu bubungan ataupun wuwung.
Dalam perkembangannya, Rumah Adat Kampung memiliki beberapa jenis. Apa aja jenisnya?
- Kampung Klabang Nyander
- Kampung Sroting
- Kampung Dara Gepak
- Kampung Pacul Gowang
- Kampung Lambang Templok
- Kampung Lambang Teplok Semar Tinandhu
- Kampung Gajah Njerum
- Kamung Cere Gancet
- Kampung Semar Pinondhong
4. Joglo
Joglo banyak ditemukan di beberapa provinsi di Pulau Jawa, salah satunya di Jogja. Namun aslinya, Joglo berasal dari Jawa Tengah.
Arsitektur Joglo di Jogja juga serupa dengan Joglo yang ada di Jawa Tengah. Pembagian dan tata letaknya pun hampir serupa. Hanya ada beberapa hal yang disesuaikan dengan adat dan budaya masyarakat Jogja. Coba perhatikan bagian-bagian Joglo di bawah ini.
- Gandhok adalah pelengkap bangunan bagi rumah induk. Berfungsi sebagai bangunan tambahan.
- Sethong tengen adalah ruang sisa yang berada di bagian kanan.
- Senthong tengah berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan hasil tani dan beberapa benda pusaka pemilik rumah.
- Senthog Kiwa befungsi sebagai tempat tidur yang berada di bagian kiri.
- Rumah dalam berfungsi sebagai tempat tinggal atau pusat rumah.
- Teras berfungsi sebagai tempat bersantai dan menerima tamu.
- Pringitan berupa lorong yang berguna sebagai penghubung.
- Pendopo terletak di bagian depan rumah. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat menayangkan hiburan semisl wayang kulit atau tari-arian.
8 Bagian ruangan tersebut hampir seluruhnya terdapat di setiap jenis Joglo. Meskipun terkadang terdapat Joglo yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Baca juga: Rumah Adat Jawa Tengah
Bagaimana? Sudah paham belum bentuk keunikan Jogja lewat Rumah Adat Jogja? Semoga ulasan ini bermanfaat ya.