Jakarta dan Suku Betawi. Seolah tidak bisa dipisahkan. Setiap menyebut Jakarta, hal pertama yang terlintas dalam pikiran adalah Suku Betawi. Iya kan?
Sampai sekarang, Jakarta bernama DKI Jakarta. Dinamai demikian karena kota ini adalah kota khusus yang ditunjuk sebagai ibukota dari Indonesia. Kota ini sering dijuluki sebagai kota metropolitan. Julukan tersebut seolah memang melabeli kota ini bahwa kemajuan zaman berkembang pesat di sini.
Tetapi tahukah kamu kalau di Jakarta bukan hanya sekadar tentang Suku Betawi?
Jakarta mempunyai ciri khas yang tersebar dalam budayanya. Salah satunya Rumah Adat Jakarta. Meskipun keberadaan rumah adat di kota ini semakin susah ditemukan, kamu tetap perlu tahu keragaman budaya rumah adat di Jakarta.
Daftar Isi
Ciri Khas Arsitektur
Sebelum mulai mengenal apa aja rumah adat Jakarta, kamu perlu mengenal terlebih dahulu keunikan disetiap bangunannya. Ada 5 poin khas arsitektur bangunan ini yang menjadi inspirasi beberapa pembangunan rumah adat di Jawa. Sebut saja rumah adat Jawa Timur yang atapnya masih serumpun dengan atap rumah adat di Jakarta.
Mulai dari tata ruang hingga ornamen yang melekat terlihat detail di bangunan ini. Dulunya penempatan setiap benda, pembuatan ukiran hingga ornamen di atap bangunan ini sangat diperhitungkan. Hal ini dilakukan supaya ciri khas masyarakat Betawi terlihat di rumah adat mereka.
Apa aja ciri khas arsitekturnya?
Tata Ruang dan Nama Khas
Penataan ruangan yang digunakan masyarakat Betawi cukup unik. Mereka menggunakan penamaan-penamaan khusus disetiap ruangannya. Pembagian ruangannya didasarkan pada fungsi dari masing-masing ruangan. Misalnya ruangan itu difungsikan sebagai ruang tamu, maka penamaanya berhubungan dengan sesuatu yang umum seperti publik.
Ruang dalam bangunan ini dibagi menjadi 5 yaitu paseban, amben, pangkeng, srodoyan dan ruang tidur. Paseban adalah kamar yang digunakan tamu menginap. Amben merupakan teras rumah di bagian depan. Ruang tempat bersantai diberi nama Pangkeng. Sedangkan dapurnya disebut srodoyan.
Penuh Filosofi dalam Ukirannya
Kalau kamu pernah melihat rumah khas Betawi, tentu kamu tahu bahwa bangunan ini memiliki banyak ukiran. Disetiap ukiran yang terdapat di dinding memiliki filosofi tersendiri. Beberapa arti ukiran yang ada di rumah adat Jakarta adalah sebagai berikut:
- Ukiran matahari menggambarkan bahwa kehidupan yang dijalani pemilik rumah harus mampu menginspirasi masyarakat sekitar.
- Ukiran melati biasanya ditempatkan pada tiang-tiang rumah. Filosofinya adalah sang pemilik harus mempunyai hati seharum bunga melati.
- Ukiran bunga tapak dara bermakna sebuah pengharapan supaya setiap penghuni rumah sehat.
- Ukiran Gunung bermakna sebuah kekuatan alam yang terdiri dari makrokosmos, mikrokosmos dan meakosmos.
Nama dari ukiran yang menempel diambil dari nama bunga dengan filosofi yang hampir serupa dengan makna bunga tersebut.
Terasnya Selalu Berpagar Rendah
Pernah lihat FTV dengan setting di rumah kuno dan antik? Coba perhatikan bagian amben, teras dan pagarnya.
Bangunan ini memiliki teras yang luas serta pagar yang cenderung rendah. Ciri khas ini masih bisa ditemukan pada setiap rumah adat khas Betawi di pedesaan. Teras yang luas bermakna bahwa masyarakat kota ini ramah dan menerima banyak tamu. Banyak pula yang mengartikan bahwa teras yang luas bermakna masyarakat terbuka dengan beragam perbedaan.
Sedangkan pagar yang mengelilingi teras bermakna sebuah tameng. Artinya masyarakat kota ini membatasi segala hal negatif yang berusaha merusak segala sesuat yang ada di rumah.
Jenis Rumah Adat Jakarta
Setelah paham ciri khas dari rumah adat Jakarta, kurang afdol bila kamu belum tau jenis-jenisnya. Rumah Adat Jakarta memiliki 4 jenis. Apakah setiap jenisnya memiliki arsitektur yang sama? Coba cari tahu dalam penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Joglo
Bangunan dengan atap mirip rumah adat Joglo Jawa Tengah ini dinamai Joglo juga di Jakarta. Material atapnya berupa genteng yang berasal dari tanah liat. Arsitekturnya masih terpengaruh kental dengan pulau Jawa. Joglo berbentuk bujur sangkar.
Baca juga: Rumah Adat Jawa Tengah
Pembagian ruangan di Joglo ada 3. Ruang depan berfungsi sebagai tempat menerima kunjungan tamu. Ruang tengah digunakan sebagi tempat bersantai dan bercengkrama dengan keluarga. Sedangkan ruang belakang difungsikan sebagai kamar mandi dan dapur.
Zaman dulu setiap orang yang menghuni Joglo berarti cenderung mapan atau seorang pejabat.
Kebaya
Kebaya adalah rumah adat Jakarta yang desainnya terinspirasi dari pakaian adat Kebaya. Kebaya biasa disebut juga dengan rumah Bapang. Bagian paling khas adalah bentuk pelana rumah ini yang menyerupai lipatan rok kebaya.
Setiap sudut Kebaya terdapat ornamen klasik sebagai ciri khas bangunan tersebut. Biasanya ornamen berbentuk seperti balang dan banji. Gigi balang disusun berjajar secara rapi mengitari pinggiran rumah. Sedangkan ornamen banji berada di setiap celah-celahnya.
Kedua ornamen ini ternyata memiliki makna bagi masarakat Jakarta. Gigi balang menandakan kerja keras dan kejujuran sang pemilik rumah. Sedangkan ornamen banji yang berbentuk bunga matahari adalah penanda bahwa pemilik mampu menjadi panutan bagi tetangga sekitar.
Arsitektur Kebaya masih didominasi dengan kayu. Tiang-tiang penyangga dibuat dari kayu yang kuat sehingga tidak mudah keropos. Bagian teras terdapat meja dan kursi untuk menerima tamu. Kebaya adalah rumah adat Jakarta yang paling populer.
Gudang
Gudang merupakan rumah adat Jakarta yang masih orisinil dan belum terjamah budaya luar. Desain arsitekturnya pun masih menggunakan gaya rumah panggung. Tiang penyangga rumah berasal dari batu yang disusun persegi.
Material pembangunannya masih didominasi kayu dan batu. Gudang juga memiliki ornamen-ornamen di sekeliling sudut rumahnya. Atap bangunan ini berbentuk serupa pelana kuda. Atap pada bagian depan dibuat miring. Fungsinya untuk membuat air hujan mudah turun dari atap dan menahan sinar matahari. Bagian yang miring ini disebut dengan Markis.
Gudang terlihat lebih sederhana daripada rumah adat Jakarta lainnya. Ruangannya dibagi menjadi 2 yaitu bagian depan dan tengah. Ruang depan atau amben digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu. Ruang belakang difungsikan sebagai tempat bersantai, bercengkrama dengan keluarga.
Zaman dahulu Gudang tidak memiliki kamar mandi. Hanya beberapa Gudang saja yang membangun kamar mandi di ruang belakang.
Panggung
Rumah Adat Jakarta yang terakhir adalah Panggung. Sesuai namanya, Panggung berbentuk rumah panggung. Yang membedakan dengan Gudang adalah penyangga rumahnya lebih tinggi. Tinggi tiang penyangganya 1 hingga 1,5 meter di atas permukaan tanah. Tujuan pembangunan Panggung adalah menghindari luapan air laut serta ombak yang tinggi.
Baca juga: Rumah Adat Jawa Timur
Material pembangunannya masih didominasi dengan kayu. Kayu tiang penyangga sengaja dipilih dari yang kuat supaya tidak mudah lapuk. Rumah Panggung memiliki tangga belakang yang disebut Balaksuji. Balaksuji berfungsi sebagai tangga untuk naik ke rumah. Pembangunan Balaksuji juga memiliki makna yang cukup penting. Masyarakat Jakarta zaman dulu percaya bahwa Balaksuji adalah sebuah tolak bala. Tolak bala adalah penghalang bencana masuk ke rumah.
Sekarang kamu sudah paham kan apa aja jenis rumah adat Jakarta? Semoga bermanfaat ya!