Petualangan Si Kancil dan Singa di Dunia SMA: Rakha, Sang Pemimpin Gaul

Posted on

Hai semua, Siapa bilang dongeng klasik hanya cocok untuk cerita anak-anak? Dalam artikel kali ini, kita bakal ngulik bagaimana Rakha dan timnya, para siswa SMA yang enerjik, berhasil mengubah cerita si Kancil dan Singa menjadi sebuah pertunjukan yang bikin penonton terharu dan terkesima.

Dari persiapan penuh drama hingga momen-momen menegangkan di atas panggung, ikuti perjalanan seru mereka dalam kompetisi kreativitas yang penuh warna ini. Penasaran gimana mereka menghadapi segala tantangan dan berjuang untuk sukses? Yuk, simak kisah lengkapnya dan temukan inspirasi dari usaha dan semangat juang mereka!

 

Petualangan Si Kancil dan Singa di Dunia SMA

Sang Pemimpin Gaul

Rakha memandang sekeliling ruang kelas yang ramai dengan keributan siswa. Hari itu, suasana sekolah terasa lebih hidup dari biasanya. Siswa-siswa sibuk berdiskusi, memikirkan ide-ide kreatif mereka untuk kompetisi kreativitas tahunan yang diadakan oleh SMA mereka. Sebagai ketua kelas yang tak tertandingi dalam hal kepemimpinan dan kreativitas, Rakha tahu betul bahwa dia harus memimpin timnya dengan penuh semangat dan dedikasi.

Rakha, dengan rambut hitam yang tertata rapi dan senyum lebar yang tidak pernah lepas dari wajahnya, berdiri di depan papan tulis, di mana dia menuliskan berbagai ide dan rencana. Teman-teman sekelasnya, yang terdiri dari berbagai karakter dengan latar belakang dan minat yang berbeda, duduk melingkar di sekeliling meja. Suasana penuh semangat, namun Rakha juga bisa merasakan ketegangan yang menguar dari beberapa wajah.

“Jadi, teman-teman,” Rakha memulai dengan nada antusias, “Tahun ini kita akan mengangkat tema ‘Dongeng dan Legenda dalam Kehidupan Remaja.’ Kita harus memastikan bahwa drama kita tidak hanya menarik, tapi juga menginspirasi. Siapa di sini yang punya ide tentang dongeng yang bisa kita modernkan?”

Beberapa tangan terangkat dengan cepat, dan Rakha menunjuk salah satu temannya, Dimas, yang dikenal dengan ide-ide brilian dan kepribadian yang ceria. “Dimas, silakan.”

Dimas berdiri dengan percaya diri, “Bagaimana kalau kita mengangkat cerita si Kancil dan Singa? Kita bisa membuatnya menjadi kisah tentang persahabatan dan persaingan di sekolah, dengan karakter yang relevan dengan kehidupan remaja kita.”

Rakha tersenyum lebar. “Ide bagus, Dimas! Tapi kita perlu menambahkan sentuhan khusus agar cerita ini lebih memikat. Kita akan memodernkan karakter-karakter tersebut. Misalnya, si Kancil bisa jadi seorang siswa cerdas dan penuh akal, sedangkan Singa bisa menjadi sosok pemimpin yang sedikit arogan.”

Dengan ide yang sudah ditetapkan, Rakha dan teman-temannya mulai bekerja keras. Mereka membagi tugas bahwa ada yang menulis naskah, ada yang merancang kostum, dan ada pula yang memikirkan dekorasi panggung. Rakha memimpin dengan penuh semangat, memastikan setiap aspek produksi berjalan lancar. Dia menyadari bahwa meskipun ada banyak tantangan, dukungan dan kerja sama teman-temannya adalah kunci keberhasilan mereka.

Di tengah persiapan, Rakha menghadapi beberapa masalah. Beberapa anggota tim tidak sepenuhnya setuju dengan arahan yang diambil, dan ada juga kendala teknis yang muncul. Namun, Rakha tidak mudah menyerah. Dia menggunakan keterampilannya untuk memotivasi teman-temannya dan mencari solusi untuk setiap masalah.

Salah satu momen yang paling menegangkan terjadi saat mereka harus berlatih adegan kunci di mana si Kancil dan Singa berhadapan dalam sebuah konflik besar. Rakha merasa tertekan karena waktu semakin mendekat, dan dia takut tidak akan bisa menyelesaikan semuanya tepat waktu. Namun, dia tahu bahwa dia harus tetap positif dan memberikan semangat kepada timnya.

“Ini adalah saatnya kita menunjukkan kemampuan terbaik kita!” Rakha berteriak penuh semangat saat latihan. “Kita sudah bekerja keras untuk ini, dan kita tidak boleh menyerah sekarang!”

Teman-temannya merespons dengan semangat yang baru. Mereka bekerja lebih keras, melakukan latihan ekstra, dan mendengarkan setiap masukan yang diberikan Rakha. Meskipun ada banyak hal yang harus diperbaiki, semangat tim tetap terjaga berkat kepemimpinan Rakha.

Hari H kompetisi akhirnya tiba. Rakha merasa gugup namun juga bersemangat. Dia melihat ke arah panggung yang telah mereka persiapkan dengan penuh usaha dan berdoa agar semuanya berjalan lancar. Ketika tirai dibuka dan pertunjukan dimulai, Rakha berdiri di belakang panggung dengan hati berdebar-debar. Setiap adegan berlalu dengan sangat baik, dan penonton terpesona oleh drama yang mereka tampilkan.

Ketika pertunjukan berakhir dan tepuk tangan bergemuruh di seluruh auditorium, Rakha merasa lega dan bangga. Dia melihat ke arah teman-temannya, yang semua tersenyum lebar dan saling berpelukan. Semua kerja keras mereka terbayar.

Rakha tahu bahwa kemenangan bukanlah segalanya. Yang paling berharga baginya adalah bagaimana mereka semua bekerja sama sebagai sebuah tim dan menghadapi setiap tantangan dengan semangat dan kreativitas. Momen ini adalah salah satu pencapaian terbesar dalam hidupnya, dan dia merasa bersyukur memiliki teman-teman yang begitu luar biasa di sampingnya.

Dengan pertunjukan yang sukses dan hati yang penuh kebanggaan, Rakha merasa siap menghadapi petualangan berikutnya dalam dunia SMA mereka yang penuh warna.

 

Tema Dongeng yang Tak Terduga

Satu minggu sebelum kompetisi, ruang kelas Rakha berubah menjadi sebuah bengkel kreatif. Meja yang biasanya rapi kini dipenuhi dengan tumpukan kertas, cat warna-warni, dan berbagai peralatan kreatif. Rakha, yang duduk di sudut meja dengan tumpukan naskah di depannya, merasa tanggung jawabnya semakin berat. Dengan tema “Dongeng dan Legenda dalam Kehidupan Remaja,” dia tahu bahwa mereka harus memberikan sentuhan modern yang segar pada cerita klasik si Kancil dan Singa.

Rakha memandang ke arah papan tulis yang penuh dengan catatan dan sketsa. Di salah satu sudut, dia mencatat ide-ide penting untuk dialog dan alur cerita. Dimas, yang dikenal dengan ide-idenya yang brilian, sedang berdiskusi dengan teman-temannya tentang bagaimana mengadaptasi karakter si Kancil menjadi sosok siswa yang cerdas namun seringkali merasa tertekan dengan tuntutan sosial.

“Aku rasa kita perlu menunjukkan bagaimana si Kancil merasa tertekan dengan harapan dari orang-orang di sekelilingnya,” kata Dimas, menjelaskan dengan penuh semangat. “Jadi, mungkin dia harus menghadapi beberapa konflik pribadi dan sosial yang mempengaruhi kepercayaan dirinya.”

Rakha mengangguk. “Itu ide yang sangat bagus. Kita harus memperlihatkan bahwa meskipun si Kancil cerdas dan kreatif, dia tetap manusia dengan kekurangan dan perjuangan. Dan Singa, sebagai pemimpin sekolah yang sedikit arogan, bisa menjadi simbol dari tekanan sosial dan persaingan yang kita hadapi di kehidupan nyata.”

Saat Rakha dan timnya mulai menulis ulang naskah, mereka menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah membagi peran yang adil dan mengatur jadwal latihan yang padat. Rakha merasakan beban tanggung jawab yang semakin berat karena banyak anggota tim yang mengalami kesulitan dengan jadwal mereka. Ada beberapa anggota yang harus berlatih ekstra, sementara yang lain merasa kurang percaya diri dengan peran mereka.

“Teman-teman,” Rakha berujar dengan penuh semangat saat latihan sore, “kita sudah dekat dengan hari H. Kita perlu memastikan bahwa semua latihan kita efektif dan bahwa setiap orang tahu perannya dengan baik. Ini adalah momen kita untuk bersinar!”

Namun, semangat Rakha diuji ketika Leo, yang memerankan si Kancil, mengalami masalah pribadi yang membuatnya tidak bisa hadir di latihan selama beberapa hari. Leo adalah salah satu pemain utama yang diandalkan, dan ketidakhadirannya memaksa Rakha dan timnya untuk menyesuaikan peran yang ada.

Dengan rasa cemas yang menyelimuti pikirannya, Rakha memutuskan untuk bertindak cepat. Dia mengumpulkan teman-temannya dan merancang strategi baru. “Kita harus berbagi peran Leo sementara dia tidak ada di sini,” katanya. “Ini mungkin akan lebih merepotkan tapi kita harus tetap tenang dan fokus.”

Selama beberapa hari berikutnya, Rakha memimpin tim dalam latihan ekstra. Mereka menggantikan beberapa bagian adegan Leo dengan pemain lain dan mempercepat latihan untuk memastikan semuanya berjalan lancar. Meskipun sulit, Rakha tidak pernah kehilangan semangat. Dia berusaha keras untuk memotivasi teman-temannya, membagikan kata-kata penyemangat dan memastikan bahwa setiap orang merasa dihargai.

Di tengah-tengah kesibukan, Rakha juga harus menghadapi tantangan pribadi. Dia merasa stres dengan banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan dan tekanan dari tanggung jawab sebagai ketua kelas. Namun, dia tahu bahwa dia harus terus maju dan memberikan yang terbaik untuk timnya. Rakha menemukan dukungan dari teman-teman dekatnya, yang selalu ada untuk memberikan dorongan dan semangat ketika dia merasa lelah.

Hari H akhirnya tiba, dan Rakha berdiri di belakang panggung dengan jantung berdebar-debar. Semua usaha dan kerja keras mereka akan diuji. Rakha melihat ke arah timnya, yang terlihat sedikit gugup namun penuh semangat. Mereka siap untuk mempresentasikan drama yang telah mereka kerjakan dengan penuh dedikasi.

Ketika tirai panggung dibuka, Rakha menyaksikan penampilan mereka dengan rasa bangga. Meskipun ada beberapa kesalahan kecil, keseluruhan pertunjukan berjalan dengan baik. Penonton terlihat terhibur dan terinspirasi oleh adaptasi modern dari dongeng klasik tersebut. Rakha merasa lega dan bahagia saat melihat teman-temannya yang tersenyum lebar di atas panggung, merasakan kepuasan dari hasil kerja keras mereka.

Setelah pertunjukan selesai, Rakha berkumpul dengan timnya di belakang panggung. Mereka semua saling berpelukan, berbagi kebanggaan atas pencapaian mereka. Meskipun mereka menghadapi banyak perjuangan, Rakha merasa bahwa semua usaha mereka tidak sia-sia. Momen ini adalah simbol dari kerja keras, semangat, dan persahabatan yang telah mereka bangun.

Rakha tahu bahwa tantangan dan perjuangan adalah bagian dari perjalanan. Namun, apa yang membuatnya lebih berarti adalah bagaimana mereka saling mendukung dan mengatasi setiap rintangan bersama. Dengan pertunjukan yang sukses dan hati yang penuh kebanggaan, Rakha merasa siap untuk menghadapi tantangan berikutnya dalam dunia SMA mereka yang penuh warna.

 

Transformasi Si Kancil dan Singa

Sepekan setelah pertunjukan yang sukses, Rakha merasa dunia seolah berputar dengan cepat di sekelilingnya. Kompetisi tahunan yang menjadi ajang unjuk kreativitas telah berlalu, tetapi sekarang, dia dan timnya harus menghadapi tantangan baru. Dengan respons positif dari penonton dan juri, mereka memutuskan untuk terus mengembangkan drama mereka dan mempersiapkan penampilan ulang untuk acara sekolah yang lebih besar.

Rakha duduk di meja belajarnya, dikelilingi oleh tumpukan naskah dan catatan. Tugas mereka kali ini adalah mengembangkan cerita lebih jauh, memperbaiki elemen yang belum sempurna, dan menambahkan beberapa memutar untuk membuat drama mereka lebih menarik. Setiap kali Rakha membaca naskah, dia merasa campur aduk antara kebanggaan dan kecemasan. Dia tahu bahwa perubahan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar bisa mencapai hasil yang lebih baik.

Ketika Rakha bertemu dengan timnya di ruang latihan, suasana terasa lebih serius dibandingkan saat persiapan awal. Rakha, Dimas, Sendi, dan teman-teman lainnya berkumpul di sekitar meja yang dipenuhi dengan sketsa dan ide-ide baru. Rakha memulai rapat dengan penuh energi.

“Teman-teman, kita punya kesempatan untuk membuat pertunjukan ini lebih luar biasa lagi,” kata Rakha dengan nada penuh semangat. “Sekarang kita harus lebih fokus pada detail dan memperdalam karakter-karakter kita. Terutama si Kancil dan Singa. Kita akan memberikan mereka transformasi yang lebih mendalam agar cerita kita semakin kuat.”

Dimas, yang duduk di samping Rakha, membuka catatannya dan mulai menjelaskan beberapa ide. “Aku pikir kita harus menambahkan beberapa adegan di mana si Kancil lagi berjuang dalam menghadapi konflik internalnya. Mungkin dia merasa tidak dihargai dan harus menghadapi ketidakadilan di sekolah.”

Sendi, yang dikenal dengan ide-idenya yang kreatif, menambahkan, “Dan untuk Singa, kita bisa menunjukkan sisi kemanusiaannya. Mungkin dia punya latar belakang yang membuatnya jadi seperti itu mungkin ada tekanan dari orang tua atau masalah pribadi yang dia coba sembunyikan di balik sikap arogan.”

Rakha mengangguk setuju. “Itu ide yang sangat bagus. Kita akan menggali lebih dalam ke dalam karakter-karakter ini dan menunjukkan bahwa di balik setiap tindakan mereka, ada alasan dan emosi yang mendalam.”

Selama beberapa hari ke depan, tim Rakha bekerja keras untuk menyempurnakan naskah mereka. Mereka melakukan latihan ekstra, membahas setiap adegan dengan seksama, dan memperbaiki dialog agar lebih kuat dan menyentuh. Rakha sering kali terjaga hingga larut malam, memikirkan setiap detail dan mencari cara untuk meningkatkan kualitas pertunjukan mereka.

Namun, perjuangan bukan hanya datang dari sisi kreatif. Rakha juga harus menghadapi tantangan pribadi. Beberapa anggota timnya mulai merasa kelelahan dan stres karena banyaknya latihan dan persiapan. Rakha harus berusaha keras untuk menjaga semangat timnya tetap tinggi, meskipun dia sendiri juga merasa lelah.

Di satu malam yang dingin, setelah latihan yang panjang, Rakha duduk di luar sekolah bersama Dimas. Mereka berdua menghabiskan waktu berbicara tentang tantangan yang mereka hadapi dan kekhawatiran mereka tentang pertunjukan mendatang.

“Aku benar-benar berharap semua usaha kita terbayar,” kata Rakha dengan nada lelah. “Kadang-kadang aku merasa bahwa semua ini terlalu berat dan kita mungkin tidak akan bisa berhasil.”

Dimas menatap langit malam dengan penuh keyakinan. “Rakha, kita sudah melewati banyak hal bersama. Kita sudah berjuang keras dan bekerja sebagai tim. Aku yakin kalau kita terus berusaha, kita bisa membuat sesuatu yang luar biasa. Jangan biarkan rasa lelah menghentikan kita.”

Kata-kata Dimas memberi Rakha dorongan yang dia butuhkan. Dia menyadari bahwa meskipun perjuangan itu berat, mereka tidak boleh menyerah. Dengan semangat baru, Rakha kembali ke latihan dengan tekad yang lebih kuat.

Saat hari penampilan ulang tiba, Rakha merasa campur aduk antara antusiasme dan kecemasan. Seluruh tim berkumpul di belakang panggung, mempersiapkan diri untuk penampilan yang sangat dinanti-nanti. Rakha melihat ke arah teman-temannya, yang semuanya terlihat siap dan bersemangat.

Pertunjukan dimulai dengan tirai yang terbuka, dan Rakha menyaksikan setiap adegan dengan penuh perhatian. Perubahan yang mereka buat pada karakter si Kancil dan Singa terlihat jelas dalam penampilan mereka. Si Kancil, yang kini digambarkan dengan lebih banyak emosi dan perjuangan internal, memukau penonton dengan penampilannya yang mendalam. Singa, dengan latar belakang yang lebih kompleks dan sisi kemanusiaannya yang ditampilkan, membuat karakter tersebut lebih bisa dipahami dan dikaitkan dengan kehidupan nyata.

Penampilan tersebut berjalan lancar, dan Rakha merasa bangga melihat betapa baiknya semua elemen yang telah mereka kerjakan. Ketika tirai ditutup dan penonton mulai bertepuk tangan, Rakha merasakan campuran kebanggaan dan lega. Semua kerja keras mereka, semua malam-malam yang melelahkan, dan semua perjuangan yang telah mereka hadapi terasa sepadan dengan hasilnya.

Di belakang panggung, Rakha dan timnya saling berpelukan, merayakan pencapaian mereka. Rakha merasa sangat bersyukur memiliki teman-teman yang luar biasa dan berbakat di sampingnya. Mereka telah menghadapi banyak tantangan dan berhasil mengatasi semuanya bersama.

Dengan penampilan yang sukses dan momen-momen yang tak terlupakan, Rakha tahu bahwa perjalanan mereka belum berakhir. Mereka telah berhasil membuat sebuah drama yang penuh makna dan emosi, dan itu adalah pencapaian yang sangat berarti. Rakha merasa siap untuk menghadapi petualangan berikutnya, dengan semangat baru dan keyakinan bahwa apa pun tantangan yang datang, mereka bisa menghadapinya bersama.

 

Pentas dan Kejutan Akhir

Hari H yang telah lama dinantikan akhirnya tiba. Ruang auditorium di SMA Rakha sudah dipenuhi oleh penonton yang penuh antusias, termasuk siswa, guru, dan orang tua. Semua mata tertuju pada panggung yang sudah dihias dengan cermat yaitu panggung yang telah menjadi saksi dari semua kerja keras dan dedikasi tim Rakha.

Rakha berdiri di belakang panggung, menatap penuh perhatian ke arah kostum, properti, dan skenario yang sudah dipersiapkan dengan sangat baik. Dia bisa merasakan detak jantungnya yang berdentum kencang. Setiap detik terasa lebih panjang dari biasanya. Teman-temannya, yang juga merasa gugup namun penuh semangat, sibuk mempersiapkan diri untuk penampilan mereka. Rakha berusaha untuk menjaga ketenangan dan memberikan dorongan terakhir kepada timnya.

“Kita sudah sampai di sini setelah semua kerja keras kita,” kata Rakha kepada teman-temannya, saat mereka berkumpul di belakang panggung. “Ini adalah momen kita untuk bersinar. Ingat, kita sudah melakukan yang terbaik. Semua orang di sini akan melihat betapa hebatnya pertunjukan kita. Jangan biarkan rasa gugup menghentikan kita.”

Dimas, yang memerankan si Kancil, mengangguk dengan penuh keyakinan. “Kita bisa melakukannya. Semua latihan, semua malam tanpa tidur, semuanya akan terbayar hari ini.”

Penampilan dimulai dengan lampu panggung yang menyala, dan tirai perlahan-lahan terbuka. Rakha memandang dengan cemas namun penuh harapan saat adegan pertama dimulai. Mereka telah memperkenalkan karakter si Kancil dan Singa dengan cara yang segar dan emosional, mengaitkan mereka dengan situasi di sekolah. Rakha melihat bagaimana setiap aktor membawa karakter mereka dengan hidup, menghidupkan konflik dan transformasi yang telah mereka rencanakan.

Momen-momen kritis datang satu per satu. Rakha merasakan campur aduk antara ketegangan dan kebanggaan saat si Kancil menghadapi tantangan besar, dan Singa menunjukkan sisi kemanusiaannya yang membuat penonton lebih bisa memahami karakter tersebut. Setiap adegan disampaikan dengan penuh perasaan, dan penonton tampak sangat terhubung dengan cerita yang dipertunjukkan di depan mereka.

Namun, tidak semua berjalan mulus. Pada satu titik, ketika si Kancil dalam perannya Leo yang digantikan oleh Dimas harus melakukan sebuah monolog penting, sebuah masalah teknis kecil terjadi. Mikrofon tiba-tiba mati, dan Dimas harus berbicara tanpa alat bantu suara di tengah panggung. Rakha merasa panik sejenak, tetapi Dimas, dengan ketenangan dan kemampuannya, tetap melanjutkan monolog tersebut dengan suara yang jelas dan penuh emosi. Momen tersebut mungkin tidak sempurna, tetapi keteguhan Dimas dan dukungan dari timnya membuat semuanya tetap berjalan dengan baik.

Saat pertunjukan mendekati akhir, Rakha bisa melihat reaksi penonton. Mereka terlihat terharu dan terkesan dengan penampilan yang disajikan. Rakha merasa lega dan bahagia, mengetahui bahwa semua usaha dan perjuangan mereka terbayar. Ketika adegan terakhir dimulai, Rakha mengamati dari belakang panggung dengan mata yang penuh harapan.

Tirainya akhirnya ditutup, dan penonton mulai bertepuk tangan dengan meriah. Rakha merasakan campuran kebanggaan dan kelegaan yang mendalam saat melihat teman-temannya yang berpelukan dan saling memberi selamat. Semua stres dan kelelahan yang mereka alami selama persiapan terasa sepadan dengan hasil yang mereka capai.

Ketika Rakha dan timnya berdiri di depan panggung untuk menerima tepuk tangan dan pujian, mereka semua merasakan momen keberhasilan yang luar biasa. Rakha melihat ke arah wajah-wajah teman-temannya, yang semuanya tampak bersinar dengan kebanggaan dan kepuasan. Dia tahu bahwa mereka telah melewati banyak tantangan dan menghadapi berbagai rintangan, tetapi mereka berhasil membuat sesuatu yang benar-benar istimewa.

Setelah pertunjukan selesai, Rakha dan timnya berkumpul di ruang belakang panggung. Mereka saling berbagi cerita tentang momen-momen berharga dan tantangan yang mereka hadapi. Semua orang merasa senang dan puas dengan hasil akhir, dan mereka merayakan pencapaian mereka dengan penuh keceriaan.

Rakha merasa sangat bersyukur memiliki teman-teman yang luar biasa dan berbakat di sampingnya. Mereka telah bekerja keras, saling mendukung, dan menghadapi setiap rintangan dengan semangat dan dedikasi. Momen ini adalah simbol dari kerja keras dan persahabatan yang telah mereka bangun selama ini.

Ketika semua orang akhirnya pulang ke rumah, Rakha duduk sendiri di aula sekolah yang kosong, merenung tentang perjalanan mereka. Dia merasa bangga dengan pencapaian mereka dan bersemangat untuk petualangan berikutnya. Rakha tahu bahwa apa pun tantangan yang datang di masa depan, mereka akan selalu bisa menghadapinya bersama, dengan semangat yang sama dan tekad yang kuat.

Malam itu, Rakha berbaring di tempat tidurnya dengan senyum puas di wajahnya. Dia merasa bahwa perjalanan mereka, meskipun penuh perjuangan dan tantangan, telah membawa mereka pada sesuatu yang luar biasa. Dia tertidur dengan rasa bahagia dan keyakinan bahwa apa pun yang terjadi, dia dan timnya akan selalu bisa membuat sesuatu yang luar biasa bersama.

 

Jadi, gimana menurut kamu? Rakha dan timnya menunjukkan bahwa dengan kreativitas, kerja keras, dan semangat juang yang tinggi, bahkan dongeng klasik seperti si Kancil dan Singa bisa diubah menjadi pertunjukan yang mengesankan dan penuh makna. Mereka berhasil menghadapi berbagai tantangan, dari masalah teknis hingga tekanan emosional, dan meraih hasil yang luar biasa. Semoga kisah mereka menginspirasi kamu untuk berani mencoba hal-hal baru dan terus berusaha meskipun menghadapi rintangan. Jangan lupa untuk share artikel ini dan beri tahu teman-temanmu tentang betapa serunya perjuangan Rakha dan tim dalam menghidupkan dongeng klasik di panggung sekolah!

Leave a Reply