Petualangan Seru Riska: Menemukan Inspirasi dari Tokoh Dunia

Posted on

Hai, semua! Siapa yang tidak suka cerita inspiratif tentang perjuangan dan kemenangan? Dalam artikel ini, kami mengajak kalian menyelami kisah Riska, seorang gadis gaul yang tidak hanya meraih juara dalam lomba menulis esai, tetapi juga menghadapi berbagai tantangan dan emosi yang mendalam.

Dari kebangkitan semangatnya di ruang perpustakaan hingga merayakan kemenangan dengan orang-orang terkasih, setiap detil perjalanan Riska akan memotivasi dan membuat kalian terinspirasi. Yuk, baca lebih lanjut dan temukan bagaimana semangat dan usaha bisa mengubah segalanya!

 

Petualangan Seru Riska

Mimpi di Tengah Keceriaan

Hari itu, matahari bersinar cerah di langit biru tanpa awan. Suara riuh rendah dari sekolah menengah di sudut kota membaur dengan kehangatan sinar matahari yang menyebar di halaman sekolah. Di antara kerumunan siswa yang berlalu-lalang, Riska melangkah dengan penuh semangat, mengisi udara pagi dengan gelak tawa dan keceriaan yang menular ke setiap orang di sekelilingnya.

Riska adalah pusat perhatian di sekolahnya yaitu gadis yang tidak hanya dikenal karena kepopulerannya tetapi juga karena energi positif yang ia bawa kemana pun ia pergi. Dengan rambut hitam legam yang sering diikat ekor kuda, dan gaya pakaian yang selalu terkini, Riska selalu tampil dengan percaya diri dan penuh warna. Dia adalah sosok yang bisa membuat hari-hari di sekolah menjadi lebih ceria.

Satu hal yang membuat Riska istimewa adalah kemampuannya untuk menjalin hubungan dengan siapa saja. Saat dia berjalan di koridor, dia berhenti sejenak untuk berbincang dengan teman-temannya, memberikan dorongan semangat untuk mereka yang tampak lesu, dan mendengarkan curhat tentang segala hal, dari masalah matematika hingga kisah cinta remaja. Semua orang merasa nyaman di dekatnya, dan itulah yang membuat Riska sangat dicintai.

Di jam istirahat, Riska duduk di bangku taman sekolah bersama sahabat-sahabatnya, Lila dan Maya. Mereka berbicara tentang semua hal yang menyenangkan, mulai dari rencana akhir pekan sampai tren terbaru yang mereka temui di media sosial. Riska bercerita dengan penuh semangat tentang pengalaman lucunya di kelas fisika, membuat teman-temannya tertawa terbahak-bahak. Tawa mereka yang riang memenuhi taman, seolah-olah tidak ada masalah di dunia ini.

Namun, di balik tawa dan keceriaan itu, ada sesuatu yang lebih mendalam yang jarang terlihat oleh teman-temannya. Riska memiliki mimpi besar yaitu mimpi untuk menjadi penulis terkenal yang bisa menginspirasi banyak orang. Tapi mimpi ini sering kali terasa seperti beban berat di bahunya. Di tengah semua keceriaan dan kegiatan sosialnya, Riska merasa tertekan oleh ekspektasi yang harus ia penuhi.

Suatu pagi, saat matahari baru saja mulai memanjat langit dan memberikan cahaya keemasan pada halaman sekolah, Riska menemukan sebuah pengumuman di papan pengumuman. “Lomba Menulis Esai tentang tokoh dunia yang menginspirasi.” bunyi pengumuman tersebut. Matanya berbinar-binar saat membaca informasi tersebut. Dia merasakan dorongan kuat di dalam hatinya ini adalah kesempatan yang selama ini dia tunggu-tunggu.

“Riska, kamu ngapain?” tanya Lila, yang datang mendekati dengan penuh rasa ingin tahu. Dia melihat Riska berdiri di depan papan pengumuman dengan ekspresi penuh semangat.

Riska berbalik dan tersenyum lebar. “Lila, ada lomba menulis esai tentang tokoh dunia yang menginspirasi! Aku mau ikut!”

Lila mengerutkan kening. “Menulis? Kamu serius?”

“Iya!” jawab Riska dengan penuh keyakinan. “Aku sudah lama pengen menulis ini tentang seseorang yang sangat menginspirasiku. Dan kali ini, aku merasa ini adalah kesempatan yang tepat.”

Selama sisa hari itu, Riska tidak bisa menghilangkan senyum dari wajahnya. Setiap kali dia berjalan di koridor sekolah atau duduk di kelas, pikirannya melayang pada ide-ide untuk esai tersebut. Dia membayangkan tokoh yang ingin dia tulis yaitu Malala Yousafzai, seorang gadis yang berjuang untuk pendidikan dan hak-hak anak perempuan di seluruh dunia. Bagi Riska, Malala adalah simbol kekuatan dan keberanian.

Namun, saat malam tiba dan keheningan menyelimuti rumah, Riska merasa sebuah kegugupan merayap masuk. Dia duduk di mejanya, menatap kertas putih yang bersih dengan kekhawatiran. Dia tahu betapa pentingnya lomba ini, dan ekspektasi yang dia rasakan menjadi beban di bahunya.

Dalam kesunyian malam, Riska meraih pena dan mulai menulis. Setiap kata yang ditulisnya penuh dengan emosi dan harapan. Dia menuliskan tentang betapa Malala telah mengubah pandangannya tentang perjuangan dan keberanian. Saat menulis, dia mengingat kembali dukungan dari teman-temannya, yang selalu mendorongnya untuk mengejar impian.

Riska menulis dengan semangat, membayangkan bagaimana kata-katanya akan mempengaruhi orang lain, sama seperti Malala menginspirasi dirinya. Dia tahu bahwa tidak peduli seberapa sulit perjalanan ini, ia harus berani melangkah dan menghadapi ketidakpastian. Dengan setiap kalimat yang ditulisnya, Riska merasa semakin dekat dengan mimpinya.

Di tengah malam, saat bintang-bintang bersinar di luar jendela, Riska menyelesaikan esainya dengan rasa puas dan harapan yang membara. Dia tahu perjalanan ini belum berakhir, tetapi dia merasa lebih dekat dengan tujuannya. Mimpi untuk menjadi penulis, untuk menginspirasi banyak orang, tampaknya semakin nyata.

Dengan hati yang lebih ringan dan tekad yang membara, Riska menutup laptopnya dan merebahkan diri di tempat tidur. Dia tahu bahwa jalan menuju impian ini mungkin penuh dengan rintangan dan tantangan, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak akan pernah menyerah. Dengan keberanian dan semangat yang baru, Riska siap menghadapi hari-hari berikutnya dengan keyakinan bahwa setiap langkah yang diambil adalah langkah menuju masa depan yang lebih cerah.

Dan dengan itu, Riska tidur dengan senyum di wajahnya, siap untuk menghadapi dunia dengan penuh semangat dan impian yang tak tergoyahkan.

 

Pengumuman yang Mengubah Segalanya

Pagi itu, seperti biasa, Riska memulai hari dengan semangat. Ia bangun lebih awal dari biasanya, merasa jantungnya berdebar penuh antisipasi. Hari ini adalah hari pengumuman hasil lomba menulis esai. Semua pikiran dan perasaan yang tertahan sejak malam ketika ia menulis esainya kini melayang-layang di kepalanya.

Riska mengenakan pakaian favoritnya: sebuah gaun merah cerah dengan motif bunga dan sepatu putih yang serasi. Penampilannya yang ceria, seperti biasanya, cocok dengan kepribadiannya yang penuh energi. Setelah sarapan dengan penuh semangat setumpuk pancake dengan sirup maple dan buah segar Riska bergegas menuju sekolah dengan rasa berdebar di dada.

Sesampainya di sekolah, suasana di halaman terasa berbeda. Teman-teman Riska sudah berkumpul di sekitar papan pengumuman yang dikelilingi oleh kerumunan siswa yang penasaran. Berita pengumuman hasil lomba menulis esai tampaknya sudah menyebar dengan cepat. Riska mendekati kelompok tersebut, berusaha menenangkan detak jantungnya yang terus berdetak cepat.

Di sekelilingnya, ada suara berbisik-bisik dan tawa ceria. Riska dapat melihat ekspresi penasaran di wajah teman-temannya, beberapa tampak sangat bersemangat, sementara yang lain tampak sedikit cemas. Dia merasakan campuran rasa khawatir dan kegembiraan yang menyelimuti dirinya. Apakah esainya akan mendapatkan penghargaan?

“Riska, ayo sini! Pengumumannya sudah dipasang!” seru Lila, menarik tangannya sambil tersenyum lebar. Maya berdiri di samping Lila, matanya berbinar-binar penuh dukungan.

Riska mengangguk, mencoba mengabaikan rasa gugup yang menyelinap ke dalam dirinya. Dengan hati berdebar, ia melangkah mendekat ke papan pengumuman, berusaha membaca dengan seksama. Di tengah kerumunan yang semakin ramai, matanya mencari nama yang ia harapkan.

Dan akhirnya, dia melihatnya nama Riska tertulis di bagian pemenang utama. Suasana di sekelilingnya seakan melambat, dan semua suara menjadi samar. Riska merasa tubuhnya melayang, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Nama “Riska” tertera dengan jelas di bawah kategori “Juara 1: Lomba Menulis Esai.”

Tiba-tiba, sekelilingnya berubah menjadi riuh rendah dengan sorakan dan tepuk tangan. Teman-teman Riska memeluknya dengan penuh kegembiraan. “Selamat, Riska! Kamu menang!” teriak Lila, suaranya hampir tenggelam dalam sorakan teman-temannya.

Riska merasa air mata kebahagiaan menggenang di matanya. Dia tidak bisa menahan senyuman lebar yang menghiasi wajahnya. Selama ini, semua usahanya, semua ketegangan dan keraguannya, terbayar lunas dengan momen ini. Momen yang mengubah segalanya.

Namun, di tengah semua kegembiraan itu, Riska juga merasa campur aduk dengan rasa terharu dan bersyukur. Momen ini bukan hanya tentang kemenangan pribadi, tetapi juga tentang bagaimana usahanya telah dihargai. Esai tentang Malala Yousafzai bukan hanya sekadar tulisan baginya; itu adalah ungkapan dari seluruh perasaannya dan harapannya.

Setelah kerumunan mulai membubarkan diri dan suasana tenang kembali, Riska duduk sejenak di bangku taman, menarik napas dalam-dalam. Lila dan Maya duduk di sampingnya, masih tidak bisa menyembunyikan senyuman mereka.

“Gimana rasanya jadi pemenang?” tanya Maya, matanya bersinar dengan antusiasme.

Riska tersenyum dengan lembut. “Rasanya campur aduk. Aku sangat bahagia, tapi juga merasa sangat bersyukur. Aku benar-benar tidak menyangka bisa menang.”

Lila memeluk Riska erat. “Kamu pantas mendapatkan semua ini. Kamu sudah bekerja keras, dan kami semua sangat bangga denganmu.”

Riska mengangguk, menatap langit yang mulai memerah oleh sinar matahari sore. Dia merasa seolah-olah semua bintang di langit malam ini bersinar lebih terang hanya untuknya. Kemenangan ini bukan hanya tentang medali atau hadiah, tetapi tentang bagaimana dia telah melewati perjuangan dan ketidakpastian, dan akhirnya berhasil mewujudkan salah satu impian terbesarnya.

Saat pulang ke rumah, Riska merasakan perasaan yang mendalam di dalam hatinya. Ia tidak hanya merayakan kemenangan ini dengan keluarga dan teman-temannya, tetapi juga merenungkan arti dari perjalanan ini. Dia tahu bahwa langkah ini adalah awal dari banyak langkah lainnya.

Malam itu, Riska duduk di meja belajarnya, menulis di jurnalnya dengan penuh perasaan. “Hari ini adalah salah satu hari yang paling terindah dalam hidupku. Aku merasa sangat berterima kasih atas semua dukungan dari teman-temanku dan keluargaku. Kemenangan ini bukan hanya milikku, tetapi juga milik semua orang yang percaya padaku. Aku tahu masih banyak yang harus aku lakukan, tetapi aku siap untuk menghadapi semua tantangan yang akan datang dengan semangat dan keyakinan baru.”

Dengan hati yang penuh rasa syukur dan tekad yang membara, Riska menutup jurnalnya dan merapikan meja belajarnya. Dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan meskipun ada banyak hal yang harus dicapai, ia merasa siap menghadapi apa pun yang datang.

Riska berbaring di tempat tidurnya, tersenyum pada bintang-bintang di luar jendela. Dia tahu bahwa dengan setiap langkah yang diambilnya, dia semakin mendekati impian dan tujuan hidupnya. Dengan penuh harapan, Riska tertidur dengan mimpi-mimpi baru yang penuh warna, siap untuk menghadapi hari esok dengan semangat yang tak tergoyahkan.

 

Menelusuri Jejak Malala

Pagi setelah pengumuman kemenangan esai, Riska merasakan semangat yang baru. Hatinya masih berdebar-debar penuh kegembiraan dari kemenangan lomba menulis yang baru saja diraihnya. Namun, hari ini, dia lebih fokus pada perjalanan selanjutnya meneliti dan menulis tentang Malala Yousafzai, sosok yang menginspirasinya.

Riska memutuskan untuk pergi ke perpustakaan kota, tempat yang selalu dia anggap sebagai surga pengetahuan. Perpustakaan itu terletak di ujung jalan utama, dengan gedung bersejarah yang megah dan jendela-jendela besar yang memungkinkan sinar matahari pagi menyinari setiap sudutnya. Ketika dia melangkah masuk, bau buku dan kertas yang khas langsung menyambutnya, membuatnya merasa seperti di rumah.

Dia melangkah menuju rak buku tentang biografi dan sejarah, dan segera menemukan buku-buku tentang Malala. Riska mengambil beberapa buku dan duduk di meja bacaan, menyebarkan buku-buku tersebut di hadapannya. Setiap halaman yang dia buka, dia merasakan kedekatan yang mendalam dengan perjuangan Malala. Seperti Malala, Riska juga merasakan betapa pentingnya pendidikan dan bagaimana kekuatan kata-kata bisa mengubah dunia.

Selama berjam-jam, Riska tenggelam dalam bacaan tentang Malala—dari masa kecilnya di Swat Valley hingga perjuangannya melawan kelompok Taliban dan keberaniannya dalam memperjuangkan hak pendidikan untuk anak perempuan. Setiap kisah, setiap pencapaian Malala, membuat Riska semakin terinspirasi dan merasa lebih terhubung dengan tujuan hidupnya.

Setelah hari yang panjang di perpustakaan, Riska pulang ke rumah dengan penuh antusiasme dan catatan-catatan yang padat. Dia memutuskan untuk memulai menulis esai finalnya, menggali semua informasi yang telah dikumpulkannya dan menyusun narasi yang akan menggambarkan perjuangan Malala dengan cara yang menyentuh hati.

Namun, semangat Riska segera diuji ketika dia mulai menulis. Dia menyadari betapa sulitnya merangkai kata-kata yang mampu menyampaikan kedalaman perjuangan Malala. Setiap kalimat yang dia tulis tampaknya tidak pernah cukup kuat untuk menggambarkan perjuangan yang begitu hebat. Dia merasa frustrasi dan kewalahan dengan keinginan untuk membuat esai yang tidak hanya memuaskan juri tetapi juga menghormati perjuangan Malala.

Dia menghabiskan berjam-jam di mejanya, memikirkan setiap kata dan frasa dengan hati-hati, tetapi hasilnya tidak seperti yang dia harapkan. Dalam keheningan malam, dia merasa terjebak dalam kebuntuan. Kertas-kertas berserakan di sekelilingnya, dan rasa putus asa mulai menyelimuti dirinya.

Ketika Riska hampir menyerah, ibunya mengetuk pintu kamar dan masuk. Melihat ekspresi putrinya yang lelah, ibu Riska duduk di sampingnya. “Ada apa, Nak? Kamu terlihat sangat lelah.”

Riska menghela napas panjang. “Aku merasa kesulitan untuk menulis. Aku ingin esai ini benar-benar mencerminkan betapa hebatnya Malala, tetapi sepertinya semua usaha ini sia-sia.”

Ibu Riska tersenyum lembut dan mengusap punggung putrinya. “Menulis tentang seseorang yang begitu inspiratif memang tidak mudah. Tapi kamu harus ingat, apa yang penting bukan hanya hasil akhirnya, tetapi juga prosesnya. Aku tahu kamu bisa melakukan ini.”

Riska merasa sedikit terhibur dengan dukungan ibunya. Dia memutuskan untuk tidur sebentar dan menyegarkan pikirannya. Saat dia tertidur, dia mulai bermimpi tentang Malala yang melihatnya berdiri dengan teguh, berbicara kepada ribuan orang, penuh keberanian dan keyakinan.

Keesokan paginya, Riska bangun dengan perasaan yang lebih ringan dan semangat yang baru. Dia kembali ke mejanya dan mulai menulis lagi, tetapi kali ini dengan pendekatan yang berbeda. Dia tidak hanya berfokus pada data dan fakta, tetapi juga berusaha merasakan dan menyampaikan emosi yang mendalam dari perjuangan Malala.

Hari-hari berikutnya dihabiskan dengan penuh dedikasi. Riska menulis dan merevisi, mencari cara untuk menyatukan semua informasi yang telah dia pelajari dengan cara yang penuh makna. Dia menulis tentang kekuatan Malala, tentang bagaimana dia berdiri melawan segala rintangan, dan bagaimana perjuangannya memberikan inspirasi bagi banyak orang.

Ketika akhirnya esai itu selesai, Riska merasa bangga dengan apa yang telah dia capai. Meskipun perjalanan itu penuh dengan tantangan, dia merasa telah memberikan yang terbaik dan menyampaikan pesan yang ingin dia sampaikan. Esai itu bukan hanya tentang Malala, tetapi juga tentang bagaimana perjuangan dan keberanian seseorang dapat menginspirasi orang lain untuk mengejar impian mereka.

Riska mengirimkan esainya dengan rasa lega dan puas. Meskipun dia tahu bahwa tidak ada jaminan tentang hasilnya, dia merasa telah melakukan yang terbaik untuk menghormati Malala dan mengejar mimpinya sendiri. Dengan hati yang penuh harapan, Riska menantikan masa depan, siap untuk menghadapi tantangan berikutnya dengan semangat dan tekad yang tak tergoyahkan.

 

Kemenangan yang Lebih dari Sekadar Penghargaan

Hari pengumuman pemenang lomba menulis esai akhirnya tiba. Riska merasa campur aduk antara kegembiraan dan kecemasan saat dia melangkah ke ruang aula sekolah yang telah didekorasi dengan bendera dan spanduk yang menyatakan penghargaan. Aula tersebut dipenuhi oleh siswa, guru, dan beberapa orang tua yang datang untuk menyaksikan acara tersebut. Suasana hangat dan penuh semangat, namun Riska masih merasa sedikit gugup.

Riska duduk di tempat duduknya bersama teman-teman dan keluarganya, merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia melihat sekeliling, melihat ekspresi penuh harapan di wajah teman-temannya dan senyuman bangga di wajah orang tuanya. Lila dan Maya duduk di sampingnya, memberikan dorongan semangat dengan tatapan penuh percaya diri.

Panggung di depan aula dihiasi dengan bunga segar dan podium di mana juri lomba akan mengumumkan pemenang. Setiap kali seseorang dari panitia mengumumkan kategori pemenang, Riska merasa seolah-olah waktu berjalan sangat lambat. Dan ketika panitia mulai membacakan pemenang untuk kategori utama, rasa deg-degan Riska semakin meningkat.

“Kategori Juara 1 untuk Lomba Menulis Esai,” suara panitia menggema di seluruh aula, “dengan judul ‘Kekuatan dan Keberanian: Kisah Malala Yousafzai’…”

Riska merasa tubuhnya bergetar ketika nama “Riska” disebutkan. Seluruh aula langsung diselimuti dengan tepuk tangan dan sorakan. Riska berdiri dengan penuh keyakinan dan melangkah ke panggung, meskipun dia merasa dunia seakan berputar sejenak. Matanya berkedip-kedip, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang.

Di atas panggung, Riska menerima medali dan sertifikat dari salah satu juri sambil tersenyum lebar. Dia melirik ke arah teman-teman dan keluarganya, melihat ekspresi bahagia dan bangga di wajah mereka. Saat ia melangkah kembali ke tempat duduknya, teman-temannya melompat dan memeluknya dengan penuh kegembiraan. “Kamu luar biasa, Riska!” seru Lila dan Maya serentak.

Kemenangan ini bukan hanya tentang medali atau sertifikat, tetapi juga tentang perjalanan panjang dan perjuangan yang telah Riska lalui. Dia tahu bahwa dia telah menghadapi banyak tantangan—dari menulis esai yang penuh emosi hingga mengatasi rasa putus asa dan ketidakpastian. Semua itu merupakan bagian dari proses yang membuat kemenangan ini terasa lebih berarti.

Setelah acara selesai, Riska dan teman-temannya merayakan kemenangan dengan makan malam di restoran favorit mereka. Mereka duduk di meja yang dikelilingi oleh lampu-lampu gantung yang berkilauan, dikelilingi oleh tawa dan cerita-cerita tentang pengalaman hari itu. Riska merasa bagaikan dalam mimpi, dikelilingi oleh orang-orang yang mendukung dan mencintainya.

Selama makan malam, ibunya memberikan sebuah kotak kecil yang terbungkus dengan kertas kado berwarna cerah. “Ini untukmu, Riska. Sebagai hadiah untuk pencapaianmu,” kata ibunya sambil tersenyum penuh kebanggaan.

Riska membuka kotak tersebut dengan penuh rasa ingin tahu, dan di dalamnya terdapat sebuah buku catatan kulit yang indah, dengan nama “Riska” terukir di sampulnya. “Ini buku catatan yang bagus untuk ide-ide menulismu berikutnya. Aku yakin kamu akan menulis banyak cerita hebat di sini,” kata ibunya.

Riska merasa sangat terharu. Buku catatan itu tidak hanya simbol dari kemenangan, tetapi juga dukungan yang berkelanjutan untuk impian-impian masa depannya. Dia memeluk ibunya erat-erat, merasakan kasih sayang dan dukungan yang mendalam.

Selama beberapa hari setelah kemenangan, Riska terus merasa terinspirasi dan termotivasi untuk terus mengejar impian menulisnya. Dia memulai proyek baru, menulis cerita pendek yang terinspirasi oleh berbagai kisah yang dia pelajari selama ini. Setiap kali dia menulis di buku catatannya yang baru, dia merasa seolah-olah dia sedang melanjutkan perjalanan yang telah dia mulai, dengan setiap kata dan kalimat menjadi langkah menuju impian yang lebih besar.

Di sekolah, Riska semakin aktif dalam kegiatan-kegiatan penulisan dan berbagi pengalaman dan inspirasi dengan teman-temannya. Dia mulai mengadakan klub penulisan di sekolah, mengajak siswa lain untuk berbagi ide dan mendukung satu sama lain dalam mengejar impian mereka.

Suatu sore, saat Riska duduk di bangku taman, menulis di buku catatannya, dia melihat sekeliling dan merasa damai. Dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan meskipun ada banyak tantangan yang akan datang, dia merasa siap untuk menghadapinya dengan semangat dan tekad yang tak tergoyahkan.

Kemenangan dalam lomba menulis esai bukan hanya tentang prestasi akademis, tetapi juga tentang perjalanan pribadi yang penuh emosi dan perjuangan. Riska merasa berterima kasih atas setiap momen, setiap pelajaran, dan setiap dukungan yang membantunya mencapai tujuannya.

Dengan bintang-bintang yang mulai muncul di langit malam dan angin lembut yang menyapu wajahnya, Riska menutup buku catatannya dan tersenyum. Dia tahu bahwa setiap hari adalah kesempatan baru untuk belajar, tumbuh, dan mengejar impian. Dan dengan hati yang penuh rasa syukur dan harapan, dia siap untuk menghadapi masa depan dengan keberanian dan semangat yang tak tergoyahkan.

 

Jadi, gimana semua sudah ada yang paham belum nih sama cerita cerpen di atas? Terima kasih telah mengikuti perjalanan mengesankan Riska dalam lomba menulis esai! Dari ketegangan saat menulis hingga kebahagiaan saat diumumkan sebagai pemenang, cerita ini membuktikan bahwa dengan semangat dan kerja keras, semua impian bisa menjadi kenyataan. Semoga kisah Riska memberi kalian dorongan dan inspirasi untuk terus mengejar impian kalian sendiri. Jangan lupa untuk berbagi artikel ini dengan teman-teman kalian dan terus kunjungi kami untuk lebih banyak cerita motivasi dan inspirasi. Sampai jumpa di artikel berikutnya!

Leave a Reply