Maharani dan Persahabatan Unik: Cerita Burung dan Ikan yang Tak Terpisahkan

Posted on

Hai semua, Sebelum kita masuk ke dalam ceritanya siapa nih yang bilang hidup itu mudah? Dalam cerpen “Menggapai Mimpi Bersama Burung dan Ikan,” kita diajak menyelami perjalanan Maharani, seorang gadis SMA yang penuh semangat dan harapan.

Di tengah kesibukan sekolah dan ujian yang menegangkan, Rani menemukan kekuatan dalam persahabatan dengan Ciko si burung dan Bubbles si ikan. Dalam cerita yang penuh emosi ini, kita akan melihat bagaimana Rani berjuang, berlapang dada, dan menemukan kebahagiaan meski dalam tekanan. Yuk, ikuti kisahnya dan rasakan betapa pentingnya arti persahabatan dan mimpi dalam menghadapi tantangan hidup!

 

Cerita Burung dan Ikan yang Tak Terpisahkan

Kisah Persahabatan Dimulai

Hari itu, matahari bersinar cerah di atas langit biru yang membentang sangat luas. Suara tawa teman-teman Maharani yang memenuhi udara di sekolah. Maharani, yang akrab dipanggil Rani, adalah sosok yang dikenal karena keceriaannya. Dengan rambut panjang yang diikat kuncir kuda dan gaun berwarna cerah, dia tampak siap untuk menjalani sebuah petualangan yang baru.

Saat jam istirahat, Rani dan teman-temannya berkumpul di bawah pohon besar di halaman sekolah. Mereka asyik bercerita tentang rencana liburan dan aktivitas seru yang akan mereka lakukan. Namun, di tengah kebahagiaan itu, mata Rani menangkap sesuatu yang berbeda. Di sudut halaman, dia melihat sekelompok anak yang berdiri mengelilingi sesuatu. Rasa penasaran mengalahkan rasa ingin tahunya untuk tetap bersama teman-teman.

“Eh, ada apa itu?” tanya Rani, menunjuk ke arah kerumunan. Teman-temannya hanya menggelengkan kepala. Tanpa berpikir panjang, Rani berlari ke arah kerumunan tersebut.

Ketika sampai, Rani menemukan seekor burung kecil yang terjebak di antara ranting-ranting. Burung itu tampak panik, mencoba terbang namun tidak bisa. Hatinya tergerak melihat makhluk kecil yang terdesak itu. “Kasihan sekali,” gumam Rani pelan.

“Jangan sentuh, itu burung liar!” teriak salah satu anak yang ada di situ, memperingatkan Rani. “Nanti dia bisa menyerangmu!”

Namun, Rani tidak peduli. Baginya, setiap makhluk hidup berhak mendapatkan kesempatan. Dia perlahan mendekati burung tersebut, berbicara lembut agar burung itu merasa tenang. “Tenang, aku akan membantumu,” katanya dengan suara yang menenangkan.

Setelah berjuang sebentar, Rani berhasil melepaskan burung itu dari ranting. Ketika burung itu terbang dengan bebas, hatinya sedang berbunga-bunga. Namun, rasa senang itu tidak akan bertahan lama. Di saat bersamaan, dia mendengar suara lain yang tidak kalah mengejutkan. Dari arah dekat kolam di belakang sekolah, dia melihat seekor ikan kecil melompat-lompat di luar air, terjebak di antara bebatuan.

“Oh tidak, ada lagi!” teriak Rani, tanpa berpikir panjang, dia berlari menuju kolam. Teman-temannya mengikuti di belakangnya, merasa cemas namun juga penasaran dengan apa yang akan dilakukan Rani.

Rani menghampiri ikan itu, yang terlihat kebingungan dan ketakutan. “Aku akan membantumu, tenanglah,” ujarnya, berusaha untuk tidak membuat ikan itu semakin panik. Dengan hati-hati, Rani menggunakan kedua tangannya untuk mengangkat ikan itu dan menempatkannya kembali ke dalam air.

Ketika ikan itu kembali ke kolam, Rani merasa seolah dia baru saja menyelamatkan hidupnya. Dan saat dia melihat ke atas, burung yang tadi diselamatkannya terbang rendah, seakan berterima kasih. Rani tersenyum lebar, hatinya dipenuhi kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

“Rani, kamu hebat!” puji teman-temannya dengan penuh kekaguman. Rani hanya tertawa malu. “Ini hanya hal kecil. Semua makhluk hidup berhak untuk hidup bahagia,” jawabnya dengan tulus.

Dari situlah semuanya dimulai. Persahabatan yang tidak biasa antara Rani, burung kecil, dan ikan itu mulai terjalin. Sejak hari itu, Rani merasa seolah dia memiliki dua sahabat baru yang selalu menunggunya di taman setiap kali dia pulang sekolah. Rani berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga mereka, tak peduli apa pun yang terjadi.

Namun, tak lama setelah itu, Rani mulai menyadari bahwa tidak semua orang melihat hubungan ini dengan cara yang sama. Beberapa temannya mulai memperhatikan keanehan itu. “Rani, burung dan ikan tidak bisa berteman, mereka terlalu berbeda,” bisik salah satu temannya dengan nada meragukan. Meskipun merasa sedih dengan pendapat mereka, Rani tetap teguh pada keyakinannya.

“Jika hati kita terbuka, kita bisa menemukan persahabatan di mana saja,” jawab Rani dengan semangat. Dan di dalam hati, dia sudah memutuskan untuk membuktikan bahwa persahabatan tidak mengenal batas.

 

Persahabatan yang Tak Terduga

Hari-hari berlalu, dan Rani semakin akrab dengan dua sahabat barunya burung kecil yang ia namai Ciko dan ikan lucu yang diberi nama Bubbles. Setiap pulang sekolah, dia akan pergi ke taman di belakang sekolah, di mana Ciko akan terbang menyambutnya, dan Bubbles akan melompat-lompat ceria di dalam kolam. Mereka seolah menjadi satu kesatuan, mengajarkan Rani tentang arti persahabatan yang tak terduga.

Namun, tidak semua orang di sekolah untuk bisa mendukung sebuah kebahagiaan Rani. Beberapa temannya masih menganggapnya aneh, terutama setelah dia menghabiskan lebih banyak waktu di taman daripada bersama mereka. “Rani, burung dan ikan itu tidak akan bisa berbicara. Mereka tidak akan bisa jadi teman sejatimu!” sahut Lisa, sahabat Rani yang terlihat semakin khawatir. Rani hanya tersenyum, berusaha tidak membiarkan komentar negatif merusak mood-nya.

Suatu sore yang cerah, Rani kembali ke taman dengan hati bersemangat. Dia membawa beberapa potong roti untuk memberi makan Ciko dan sedikit makanan ikan untuk Bubbles. Saat dia melemparkan potongan roti, Ciko melompat-lompat dengan kegirangan, dan Bubbles meluncur dengan sangat lincah dari satu sisi kolam ke sisi lainnya. Melihat sebuah pemandangan itu, Rani merasa seolah semua beban di dunia ini menghilang.

Namun, kebahagiaan itu tidak bertahan lama. Pada hari Minggu, Rani datang ke taman seperti biasanya, tetapi kali ini, dia mendapati suasana yang sangat berbeda. Dia melihat sekelompok anak laki-laki sedang mengganggu Ciko. Mereka melemparkan batu kecil dan berteriak, berusaha menakut-nakutinya. Hati Rani bergetar. Dia tahu dia harus melakukan sesuatu.

“Hey! Apa yang kalian lakukan?” teriak Rani, berlari menghampiri mereka dengan marah. “Berhenti mengganggu burung itu!”

Anak-anak itu menatapnya dengan heran, seolah Rani adalah makhluk asing. “Oh, lihat! Si gadis aneh datang lagi!” ejek salah satu dari mereka. Rani merasa kemarahan dan rasa sakit menyatu dalam hatinya. Menghadapi intimidasi bukanlah hal yang mudah, tetapi dia tidak bisa membiarkan teman-temannya dalam bahaya.

Rani berdiri tegar, menatap anak-anak itu dengan tatapan penuh keberanian. “Kalian harus tahu bahwa semua ialah makhluk hidup yang berhak untuk bisa bahagia, termasuk burung kecil ini. Jika kalian terus mengganggunya, kalian akan mendapat masalah!”

Anak-anak itu mulai tertawa, tetapi Rani tidak mundur. Dia melangkah lebih dekat, suara tegasnya menggema di udara. “Berhenti bersikap seperti anak kecil! Jika kalian terus bersikap seperti ini, kalian tidak akan pernah tahu arti dari persahabatan yang sebenarnya!”

Mendengar kata-kata itu, beberapa anak mulai merasa canggung. Rani tahu bahwa dia sedang berjuang tidak hanya untuk Ciko, tetapi juga untuk dirinya sendiri. Dia harus menunjukkan bahwa dia tidak akan membiarkan siapa pun merendahkan apa yang ia percayai.

Akhirnya, beberapa anak itu mulai menjauh, sementara yang lain tetap berdiri menantang. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang berani melanjutkan perilaku buruk mereka. Rani bergegas menghampiri Ciko yang tampak ketakutan. Dia meraih burung itu dengan lembut dan menempatkannya di tangan. “Semua sudah selesai, Ciko. Kau aman sekarang,” bisiknya, sambil mengusap lembut kepala burung itu.

Setelah insiden itu, Rani merasa lebih kuat. Dia tahu bahwa perjuangannya untuk melindungi Ciko dan Bubbles adalah bentuk nyata dari cinta dan persahabatan. Namun, dia juga menyadari bahwa tantangan baru akan muncul, dan dia harus siap untuk menghadapinya.

Keesokan harinya di sekolah, Rani mendapati beberapa temannya mulai mendekatinya dengan ragu. Lisa, yang tadinya skeptis, datang dengan ekspresi berbeda. “Rani, aku melihat apa yang sedang kau lakukan kemarin. Itu sangat berani,” ujarnya, dan Rani bisa melihat kekaguman di matanya.

“Terima kasih, Lisa. Tapi itu bukan hanya tentang keberanian. Ini tentang melakukan hal yang benar,” jawab Rani, merasakan rasa hangat di dalam hati.

Mulai saat itu, pelan-pelan, lebih banyak teman Rani yang mulai menghargai hubungannya dengan Ciko dan Bubbles. Mereka datang ke taman untuk melihat langsung dan bahkan membantu Rani memberi makan burung dan ikan. Momen itu memberi Rani harapan baru, seolah persahabatan mereka bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga bisa menjadi inspirasi bagi orang lain.

Dalam setiap interaksi dengan teman-teman barunya, Rani belajar bahwa terkadang, perjuangan dan pengorbanan yang kita lakukan untuk makhluk hidup lain bisa membawa perubahan yang lebih besar. Dia bertekad untuk terus melindungi dan merawat Ciko dan Bubbles, tidak peduli apa pun yang terjadi. Persahabatan tidak hanya tentang saling memahami; ini adalah tentang sebuah berjuang untuk bisa satu sama lain dan belajar untuk bisa saling mendukung, bahkan dalam kesulitan.

Di tengah perjalanan ini, Rani menyadari bahwa hidup ini adalah tentang menemukan keindahan dalam hubungan yang mungkin tampak tidak biasa. Dia semakin memahami bahwa setiap makhluk, tidak peduli sekecil apa pun, memiliki tempat di dunia ini dan layak untuk dicintai. Dan dia, Maharani, akan terus memperjuangkan hal itu dengan semangat yang tak terbatas.

 

Kebangkitan Cita-Cita

Hari-hari di taman terus berjalan penuh warna, dan hubungan Rani dengan Ciko dan Bubbles semakin kuat. Setiap sore, mereka bertiga menjadi satu kesatuan tak terpisahkan. Rani merasakan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ciko terbang mengelilingi Rani sambil berkicau ceria, sementara Bubbles melompat-lompat di dalam kolam, membuat percikan air yang menambah keseruan. Rani menjadi sangat menikmati momen-momen sederhana ini, merasa seolah hidupnya memiliki arti baru.

Namun, semangatnya untuk melindungi sahabat-sahabatnya juga harus diimbangi dengan tanggung jawab di sekolah. Di tengah kesenangan dan kebersamaan mereka, Rani juga merasakan tekanan dari teman-teman sekelasnya. Ujian akhir semester semakin dekat, dan semua orang berlomba-lomba untuk belajar dan mempersiapkan diri. Rani merasa tertekan, terutama karena dia adalah salah satu siswa yang aktif, terlibat dalam banyak kegiatan ekstrakurikuler.

“Rani, kita harus belajar bareng!” ajak Lisa suatu sore, saat mereka sedang beristirahat setelah pelajaran. “Ujian sejarah besok, dan aku masih belum paham!”

Rani mengangguk, tetapi pikirannya melayang ke taman. “Oke, aku akan belajar,” katanya, meskipun hatinya berbisik bahwa dia lebih ingin berada di sana, menikmati waktu bersama Ciko dan Bubbles.

Malam itu, Rani duduk di meja belajar, buku-buku berserakan di sekelilingnya. Dia membaca dan mencoba memahami materi yang terasa sulit. Namun, pikirannya terus melayang. “Bagaimana ya Ciko dan Bubbles malam ini? Apa mereka merindukanku?” Dia tidak bisa menahan rasa rindu untuk mereka.

Akhirnya, setelah merasa frustasi, Rani memutuskan untuk memberi diri sedikit waktu. Ia keluar menuju taman, melihat Ciko yang sedang bertengger di dahan pohon dan Bubbles yang meluncur dengan riang di kolam. “Maaf, teman-teman. Aku harus berjuang untuk ujian,” ucapnya dengan nada penuh harap. “Tapi aku juga butuh kalian.”

Keesokan harinya, Rani terbangun dengan semangat baru. Dia menyadari bahwa meskipun ujian penting, persahabatan mereka juga sangat berarti. Dia mulai menyusun rencana untuk bisa menggabungkan dua hal ini belajar sambil bersenang-senang. Rani mengajak teman-temannya, termasuk Lisa, untuk belajar di taman setelah sekolah.

Dengan antusiasme yang menggebu, Rani mempersiapkan segala sesuatunya. Ia membawa buku-buku dan alat tulis, sementara Lisa membawa camilan yang mereka nikmati di bawah pohon rindang. Mereka belajar bersama, di tengah-tengah burung-burung yang berkicau dan gemericik air kolam yang menenangkan. Rani merasakan atmosfer yang berbeda; belajar sambil bersenang-senang membuat mereka lebih mudah memahami pelajaran.

Namun, di tengah kebahagiaan itu, Rani juga tidak bisa menghindari beberapa komentar sinis dari teman-temannya yang masih skeptis. “Kalian mau belajar sambil bermain dengan ikan dan burung? Itu kan aneh!” protes seorang anak laki-laki bernama Ardi, yang berdiri jauh dari mereka dengan senyum mengejek.

Rani menatapnya dengan tegas. “Kenapa aneh? Kita bisa belajar di mana saja. Yang penting kita bisa menikmati prosesnya!” Rani mengingatkan dirinya untuk tetap percaya diri. Dia tahu bahwa pengalaman ini bukan hanya untuknya, tetapi juga untuk semua orang yang ingin menikmati belajar dengan cara yang berbeda.

Hari demi hari berlalu, dan semangat belajar mereka tumbuh semakin besar. Rani, Lisa, dan teman-teman lainnya menemukan cara untuk belajar lebih efektif dan bersenang-senang di taman. Ciko menjadi bagian dari pembelajaran mereka, karena mereka sering membahas perilaku burung dan ikan dalam biologi. Setiap kali mereka berhasil menjawab soal dengan benar, Ciko akan berkicau seolah merayakan kebersamaan mereka. Bubbles pun ikut melompat-lompat, seakan merasakan energi positif dari para sahabatnya.

Suatu hari, menjelang ujian, Rani dan teman-temannya berencana untuk mengadakan sesi belajar terakhir di taman. Semua merasa bersemangat, terutama setelah mendapatkan hasil latihan yang memuaskan. Namun, ketika mereka tiba, Rani terkejut melihat kolam tempat Bubbles tinggal tampak keruh. “Apa yang terjadi?” pikirnya, panik.

Dia segera mengamati dan menemukan bahwa beberapa sampah plastik tersangkut di dalam kolam, membuat Bubbles sulit bergerak. Rani merasa sangat bersalah. “Oh tidak! Kita harus menyelamatkannya!” teriak Rani. Teman-temannya segera membantu. Mereka bekerja sama, mengangkat sampah dan membersihkan kolam. Meskipun keadaan menjadi kacau, Rani merasakan kehangatan di dalam hatinya karena semua teman-temannya bersatu untuk tujuan yang sama.

Setelah kolam bersih, Rani melepaskan Bubbles kembali ke air. “Kau baik-baik saja, Bubbles?” tanyanya lembut, sementara ikan itu melompat-lompat ceria di air. Rani merasa bangga bahwa mereka berhasil membantu teman kecilnya.

Ketika mereka duduk bersama di bawah pohon, Rani mengingat semua perjuangan mereka. “Kita mungkin menghadapi banyak tantangan, tapi kita bisa menghadapinya bersama,” katanya, mengingatkan semua orang akan arti dari persahabatan sejati.

Sesi belajar mereka berakhir dengan tawa dan kebahagiaan. Rani tidak hanya belajar banyak tentang pelajaran, tetapi juga tentang pentingnya menjaga lingkungan dan saling mendukung satu sama lain. Persahabatan mereka semakin erat, dan Rani semakin yakin bahwa cinta dan sebuah kepedulian tidak akan hanya hadir dalam bentuk kata-kata, tetapi juga dalam sebuah tindakan nyata.

Di malam hari, saat Rani pulang, dia merasa hatinya penuh dengan kebahagiaan. Dia tahu ujian akan datang, tetapi dia tidak merasa sendirian. Dia memiliki Ciko, Bubbles, dan teman-teman baru yang siap berjuang bersamanya. Dan dengan semangat itu, Rani menatap langit yang berbintang, merasa siap untuk menghadapi tantangan yang ada di depan. Dia tidak akan pernah melupakan betapa berartinya persahabatan dan perjuangan untuk kebahagiaan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk teman-temannya.

 

Ujian Cinta dan Harapan

Ujian akhir semester akhirnya tiba, dan seluruh sekolah dipenuhi dengan suasana tegang. Rani merasa perutnya bergejolak setiap kali membayangkan hari yang dinanti-nanti itu. Meski dia sudah belajar dengan baik dan memiliki teman-teman yang mendukungnya, rasa cemas tetap menggelayuti pikirannya. Namun, semangatnya tidak padam. Dia tahu, di balik semua tekanan ini, ada pelajaran berharga yang telah dia dapatkan selama ini.

Hari pertama ujian tiba, dan Rani berdiri di depan cermin dengan rapi, memperhatikan penampilannya. Dia mengenakan kaos berwarna cerah dan celana jeans yang nyaman, memantapkan diri untuk tampil percaya diri. “Ini bukan hanya tentang ujian,” bisiknya pada dirinya sendiri. “Ini tentang semua usaha yang telah kita lakukan bersama.” Dengan semangat itu, dia berjalan menuju sekolah, bersiap menghadapi tantangan.

Di sekolah, suasana di ruang ujian terasa mencekam. Semua siswa duduk dengan wajah yang serius, buku catatan dan pensil tergeletak di depan mereka. Rani mengambil tempat duduknya dan berusaha untuk tidak melihat sekeliling. Di sampingnya, Lisa duduk dengan ekspresi penuh harap. Mereka bisa saling bertukar senyuman, berusaha untuk menghilangkan sebuah ketegangan di udara.

Saat ujian dimulai, Rani merasa detak jantungnya meningkat. Dia menatap lembar ujian yang dibagikan. Meskipun soalnya sulit, dia mencoba mengingat semua yang telah dipelajarinya di taman bersama teman-teman. “Bubbles dan Ciko pasti menunggu,” pikirnya, memberi dirinya semangat untuk bisa  tetap fokus.

Setelah satu jam berlalu, Rani merasa semakin percaya diri. Ia berhasil menjawab sebagian besar pertanyaan. Namun, saat melihat ke arah lembar jawaban, ia tiba-tiba merasakan ketidakpastian. Sebuah pertanyaan tentang ekosistem membuatnya bingung. “Bagaimana jika aku salah menjawab?” pikirnya, cemas. Namun, dia mengingat bagaimana mereka bersenang-senang saat membahas ekosistem ikan dan burung, dan itu memberinya ketenangan.

Dengan cepat, Rani menenangkan dirinya dan mulai mengisi jawaban yang dia rasa benar. Ketika bel berbunyi, Rani menghela napas lega. Dia tahu telah memberikan yang terbaik. Setelah ujian selesai, dia dan Lisa bergegas keluar ruangan dengan senyum lebar.

“Mari kita rayakan! Kita sudah melewati ujian!” ajak Lisa dengan semangat.

Di taman, Rani dan teman-teman berkumpul untuk merayakan keberhasilan mereka. Mereka membawa makanan ringan dan menikmati waktu bersama. Rani memandang Ciko yang terbang tinggi, merasakan kebebasan yang sama. “Ini semua berkat persahabatan kita,” ungkapnya, dan semua orang setuju.

Namun, di balik kebahagiaan itu, Rani tidak bisa menahan rasa khawatir. Dia memikirkan hasil ujian. “Bagaimana jika semua usaha ini sia-sia?” hatinya bertanya. Meski dia berusaha untuk optimis, keraguan masih menghantuinya.

Malam setelah ujian, saat Rani berbaring di tempat tidurnya, pikirannya melayang ke masa lalu. Dia teringat saat pertama kali bertemu Ciko dan Bubbles. Betapa bersyukurnya dia memiliki mereka di hidupnya. Persahabatan dan cinta mereka memberinya sebuah kekuatan saat dia sedang merasa sangat lemah. Rani menatap langit malam yang berbintang, berharap agar semua hasil ujian mereka menggembirakan.

Hari pengumuman hasil ujian tiba, dan Rani merasa jantungnya berdegup kencang. Sekolah dipenuhi dengan suara riuh rendah siswa yang menunggu dengan penuh harap. Rani berdiri di antara teman-temannya, gemetar dengan cemas. Ketika hasil diumumkan, semua siswa berlari ke papan pengumuman.

Rani maju perlahan, merasa seperti dunia ini akan berputar. Dia mencari namanya di daftar. “Di mana? Di mana?” pikirnya, nyaris tidak bisa bernapas. Tiba-tiba, dia sedang melihat namanya yang sudah tercantum di kolom yang bisa membuatnya terkejut. “Akhirnya!” Dia melompat gembira, melupakan semua ketegangan yang menggelayuti hatinya.

“Rani! Kita berhasil!” teriak Lisa, pelukannya membuat Rani terharu. Di sekeliling mereka, teman-teman bersorak, dan Rani merasakan kebahagiaan yang tidak tertandingi. “Semua usaha kita terbayar!” Rani berteriak sambil tersenyum lebar, merasakan kebanggaan atas perjuangan mereka bersama.

Saat mereka kembali ke taman untuk merayakan keberhasilan, Rani merasa hatinya dipenuhi rasa syukur. Dia berjanji untuk terus menjaga Ciko dan Bubbles dengan penuh kasih, karena mereka telah menjadi bagian penting dalam hidupnya.

Keesokan harinya, saat Rani bangun, dia merasa segar dan bersemangat. Dia memandang taman dengan penuh cinta. Rani menyadari, meskipun hidup kadang dipenuhi dengan tantangan, dia akan selalu bisa memiliki sahabat-sahabat yang siap untuk berjuang bersamanya. Dengan hati yang penuh harapan, Rani berlari ke luar, menyambut Ciko dan Bubbles, merasakan betapa berartinya setiap detik yang dihabiskan bersama mereka.

“Selamat datang hari baru!” ucap Rani, merasa bersemangat untuk menjalani apa pun yang akan datang. Di balik semua kesulitan dan perjuangan, dia tahu bahwa cinta dan persahabatan adalah kunci untuk menghadapi segalanya.

 

Jadi, gimana semua ada nggak nih diantara kalian yang bisa menyimpulkan cerita cerpen diatas? Nah, itulah dia perjalanan menarik Maharani bersama sahabat-sahabatnya, Ciko dan Bubbles, dalam mengejar mimpi dan mengatasi tantangan. Cerita ini bukan hanya tentang burung dan ikan, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa menemukan kekuatan dalam diri dan persahabatan. Jadi, buat kamu yang sedang berjuang menghadapi ujian hidup, ingatlah bahwa ada harapan dan keindahan di sekitar kita. Mari terus berusaha dan bercita-cita tinggi, karena siapa tahu, di ujung perjalanan, kebahagiaan itu akan menanti! Jangan lupa untuk berbagi cerita ini dengan teman-temanmu, ya!

Leave a Reply