Berbicara mengenai Kalimantan Barat, pernahkah kamu mendengar nama Sungai Kapuas? Sungai yang satu ini menjadi sungai yang terpanjang di Kalimantan dan terletak di Kalimantan Barat. Perlu kamu ketahui jika ada sebuah legenda yang dipercayai oleh masyarakat setempat mengenai Sungai Kapuas ini.
Bukan hanya itu saja, beberapa tempat di Kalimantan Barat ternyata juga memiliki legendanya masing-masing, seperti halnya Bukit Kelam dan Sungai Landak. Nah, sebenarnya seperti apa legenda yang melatarbelakangi tempat-tempat tersebut? Mari simak kisah selengkapnya sebagai berikut.
Daftar Isi
Legenda Sungai Kapuas
Legenda pertama dari Kalimantan Barat datang dari sungai terpanjang di Kalimantan, yakni Sungai Kapuas. Alkisah, dulu ada seorang raja yang begitu pemurah diuji dengan meninggalnya permaisurinya akibat mengalami sakit parah.
Untuk mengobati kesedihannya, raja hendak melakukan perjalanan dan menitipkan kerajaan pada kedua anak kembarnya. Naga dan Buaya, dua anak kembar raja itu dengan senang hati menerima permintaan ayahnya. Akan tetapi, selama raja tersebut pergi, Naga, justru suka menghabiskan uang rakyat dengan melakukan penarikan pajak dalam jumlah besar.
Hal ini membuat Buaya geram dan memicu pertengkaran keduanya. Alhasil, terjadilah pertumpahan darah. Siapa sangka ayah mereka kembali lebih cepat dan menyaksikan pertengkaran mereka. Dengan begitu murka, sang ayah mengecam kedua putranya disambut dengan petir yang mengubah mereka menjadi wujud naga dan buaya. Sementara itu, masyarakat setempat meyakini jika Naga yang telah menjelma menjadi seekor naga itu bersembunyi dan tinggal di Sungai Kapuas.
Legenda Batu Menangis
Legenda ini bermula dari seorang gadis yatim dengan paras cantik bernama Darmi. Suatu hari, Darmi merajuk minta dibelikan bedak ke pasar oleh ibunya. Dikarenakan sang ibu tidak tahu tempat penjual bedak itu, mereka pun akhirnya pergi bersama. Dalam perjalanan menuju ke pasar, Darmi sering disapa oleh orang yang membandingkan ibunya dan dirinya.
Darmi merasa sangat kesal, apalagi ibunya memang tidak secantik dirinya, sehingga dia tak mau mengakui jika orang yang pergi bersamanya itu ibunya. Saat perjalanan pulang, Darmi tiba di puncak kekesalannya. Dia merasa tidak suka berjalan di samping ibunya, dia mengumpat ibunya hingga suara petir terus menyambar.
Ibunya mengajak Darmi untuk segera berlari, namun Darmi ternyata tidak bisa bergerak. Kakinya begitu kaku dan sekujur badannya tiba-tiba membatu. Tentu saja ibu Darmi merasa kaget dan tak percaya. Darmi yang telah menjadi batu itu pun menangis terus-terusan. Oleh karena itu, legenda ini dinamai dengan legenda batu menangis.
Legenda Bukit Kelam
Jika kamu sedang melakukan perjalanan wisata ke Kalimantan Barat, Bukit Kelam haruslah menjadi salah satu tempat yang ada di daftar kunjungan. Legenda ini bercerita tentang Bujang Beji dan Tumenggung Marubai yang merupakan seseorang yang sangat berpengaruh di masyarakat.
Mereka berdua sama-sama pencari ikan, tapi Bujang Beji selalu merasa iri dengan perolehan ikan milik Tumenggung. Ketika rasa iri itu telah membakar hatinya, Bujang Beji gelap mata dan mengangkat sebuah batu yang amat besar untuk membendung Sungai Melawai.
Hanya saja, sebelum batu yang dia pikul itu tiba di Sungai Melawai, batu tersebut sudah jatuh duluan di suatu tempat oleh karena dia tergoda dengan godaan dari Dewi Kahyangan. Batu yang jatuh tersebut pun dinamai sebagai Bukit Kelam oleh masyarakat. Bahkan, dalam catatan dunia, batu Bukit Kelam ini dijuluki sebagai batu terbesar di dunia.
Legenda Putung Kempat
Dahulu, ada enam bersaudara yang tinggal di Gunung Kujau, Kalimantan Barat. Dari enam bersaudara ini, hanya Putung Kempat saja yang merupakan seorang perempuan. Mereka mendapat wasiat dari ayahnya untuk melakukan cocok tanam. Dalam cocok tanam itu, ada satu ritual pemercikan air kepada seluruh saudara, namun salah satu saudara Putung Kempat justru lupa memercikkan air pada Putung sehingga Putung mengalami penyakit kusta.
Hal ini membuat semua saudaranya menghanyutkan Putung di Sungai Sepauk. Untunglah, ada Aji Melayu yang menyelamatkan dan mengobati Putung. Aji Melayu pun menjadikan Putung Kempat istrinya. Setelah mengetahui jika Putung telah sembuh, saudara-saudaranya bertemu dengan Aji Melayu dan meminta agar Putung bisa kembali ke Gunung Kujau.
Permintaan itu dituruti oleh Aji dan Putung. Namun, saat Putung kembali pulang, sebuah gong yang disiapkan untuk menyambut kedatangannya justru membuatnya sakit kepala dan pusing. Putung yang sedang hamil tua jatuh sakit, sehingga Aji Melayu kembali menjemputnya. Lantas, Putung menceritakan cerita sebenarnya jikalau dia pusing karena ulah kakak-kakaknya.
Aji merasa kesal dan mendatangi saudara-saudara Putung. Terjadi pertikaian yang sayangnya membuat Aji Melayu kalah dan tenggelam di Sungai Sepauk. Tiba-tiba selepas Aji tenggelam, terjadi sebuah banjir besar yang membuat Gong Tengkang juga ikut tenggelam ke dasar sungai. Ada juga yang menyebutkan jika Gong Tengkang masih bisa terlihat jika Sungai Sepauk sedang mengalami surut.
Legenda Dara Hitam
Legenda ini bermula dari Kampung Jaring, Kerajaan Tembawang. Dara Hitam merupakan anak seorag Patih Gumantar yang gugur saat perang. Dalam pembantaian Patih tersebut, kepalanya disembunyikan dalam sebuah guci. Untungnya, dalam peristiwa itu, Dara Hitam masih diselamatkan oleh seorang nenek-nenek, lantas saat Dara dewasa, dia justru menjadi Balian atau dukun.
Baca juga: 8 Legenda NTB
Seorang raja tertarik dengan Dara Hitam, kemudian memutuskan untuk menyuntingnya. Dara Hitam pun mengajukan syarat, kalau raja tersebut harus bisa mencari di mana kepala ayah Dara Hitam. Kabar itu sampai ke telinga Riasinir. Dia pun berusaha dengan segala cara hingga dapat menemukan kepala ayah Dara. Kemudian, atas usaha Riasinir itu, Dara pun lebih memilih Riasinir itu dibanding dengan sang raja.
Asal Mula Sungai Landak
Seorang sepasang suami istri yang bekerja sebagai petani palawija tinggal di sebuah desa di Kalimantan Barat. Lewat mimpi istrinya, mereka mendapat petunjuk jika ada sesuatu yang berharga di lubang dekat rumah mereka. Benar saja, mereka menemukan patung landak dari emas. Petunjuk lain dari mimpi sang suami pun muncul dan mengatakan jika landak itu bisa mengabulkan permintaan.
Mereka lalu mencoba meminta beras, dan terwujudlah permintaan itu. Sepasang suami istri itu kini menjadi orang yang kaya raya. Seorang perampok tergiur dengan kekayaan mereka lalu mencuri sebuah barang yang paling mencolok, yaitu patung landak tersebut. Dia juga tahu jika patung tersebut sakti.
Saat sebuah desa dalam masa kekeringan, si perampok itu justru unjuk kebolehan jika dia bisa memunculkan air hanya dengan menggosok patung. Air memang benar-benar keluar tapi jumlahnya begitu banyak hingga menenggelamkan desa itu menjadi sebuah sungai. Dari kejadian inilah, sungai tersebut dinamai dengan Sungai Landak.
Asal Mula Sungai Kawat
Asal mula salah satu anak Sungai Kapuas yakni Sungai Kawat dimulai dari kisah seorang nelayan miskin yang sedang mencari ikan di sungai dari pagi hari. Sampai malam hari, nelayan itu tak kunjung mendapatkan ikan. Tiba-tiba saja, ada sesuatu yang menyangkut dikailnya, betapa kagetnya, ternyata itu adalah sebuah kawat emas.
Sang nelayan antusias menarik kawat tersebut hingga begitu banyak jumlahnya. Suara dari dasar sungai lantas menyeruak menyuruh sang nelayan untuk berhenti. Jika tidak, dia akan celaka, tetapi si nelayan tetap tak mengindahkan peringatan itu. Akibatnya, perahunya pun terguling dan dia tenggelam ke dasar sungai tanpa bisa menyelamatkan diri. Atas kejadian ini, masyarakat menjuluki sungai ini sebagai Sungai Kawat.
Asal Mula Bukit Kampung Batu
Kampung Batu berlokasikan di Desa Pakumbang, Kalimantan Barat. Dahulu, seorang nenek yang tinggal bersama cucunya mendapat undangan untuk membantu hajatan desa. Dikarenakan sang nenek yang sudah tua, maka dia memilih untuk mengutus cucunya.
Ternyata, di tempat acara si cucu tersebut sangat banyak makan. Orang-orang desa pun kesal sehingga memberikan karet yang serupa daging untuk dibawa pulang oleh cucu nenek itu. Setibanya di rumah, nenek justru jengkel pada warga desa saat tahu cucunya memakan karet bukan daging.
Kemurakaan nenek itu membuatnya mengirimkan anjing yang didandani dan dikalungi lonceng kepada warga desa itu. Mereka justru malah menertawakan dan mengejek anjing itu. Sementara itu, nenek dan cucunya melarikan diri melalui gua yang bisa tembus ke Gunung Samabue. Tak lama, kampung itu beserta warga desanya menjadi batu akibat menyalahi pantangan untuk tidak menghina hewan. Akan tetapi, mengenai keberadaan cucu dan nenek itu tidak diketahui apakah masih hidup atau tidak.
Baca juga: 8 Legenda Jakarta
Nah, itulah 8 legenda yang ada di Kalimantan Barat yang lebih didominasi oleh cerita asal mula terjadinya suatu tempat. Cerita-cerita tersebut berdasarkan cerita turun temurun yang dikisahkan oleh sesepuh di Kalimantan Barat serta diyakini oleh masyarakat setempat pula.