7 Legenda dari Bengkulu yang Harus Diketahui

Posted on

Bengkulu yang terkenal sebagai Bumi Rafflesia Arnoldi ini ternyata menyimpan berbagai legenda yang tersebar di masyarakat, berikut legenda asal Bengkulu yang wajib kamu ketahui.

Asal Mula Nama Bengkulu

Salah satu kisah menyebutkan bahwa nama Bengkulu lahir dari peperangan hebat antara dua kerajaan. Kala itu, pangeran kerajaan aceh hendak meminang putri dari kerajaan serut, namun hal tersebut ditolak oleh sang raja. Hal ini menyulut amarah sang pangeran sehingga dia memerintahkan prajuritnya untuk menyerang kerajaan serut. Kerajaan aceh sangat terkenal akan kerajaan yang tidak terkalahkan. Sayang, penyerangan itu sempat diketahui oleh sang raja sehingga dia memerintahkan prajuritnya untuk membuat persiapan.

Prajurit kerajaan serut dibagi menjadi dua sayap, satu kelompok sibuk menebangi pohon lalu dihanyutkan ke sungai agar menghalangi jalan kapal dari kerajaan aceh, kelompok yang lain mempersiapkan diri di perbatasan. Saat prajurit aceh sampai di hulu sungai, mereka sempat kebingungan bagaimana bisa melewati sungai yang penuh dengan batang pepohonan maka mereka berseru “Empang ka hulu!”. Hingga akhirnya mereka berhasil sampai didaratan dan berperang dengan lawan hingga banyak korban berjatuhan.

Setelah melewati peperangan yang tidak ada kata kalah dan menang tersebut, kedua kerajaan sepakat berdamai. Kalimat empang ka hulu berubah menjadi pangkahulu dan terus berubah menjadi bangkahulu hingga kini dikenal dengan provinsi Bengkulu.

Hikayat Putri Gading Cempaka

Putri Gading Cempaka
Sumber: ceritadinusantara.blogspot.com

Cerita ini erat kaitannya dengan cerita diatas, bahkan hanya melanjutkan kisah sang putri. Saat peperangan berlangsung, putri dan keenam kakaknya segera mengasingkan diri di Gunung Bungkuk. Mereka pergi kesana sesuai wasiat dari baginda raja yang kini telah meninggal dunia dan kedudukannya digantikan oleh raja anak dalam, salah seorang putranya. Kepergian raja anak dalam dan adiknya membawa malapetaka.

Kerajaannya menjadi kosong kekuasaan dan berhasil ditaklukan oleh empat bangsawan, lagi-lagi mereka bertikai karena perebutan wilayah. Para bangsawan memohon untuk Maharaja Sakti menjadi raja di kerajaan serut. Sebelum dirinya dinobatkan menjadi raja, malam itu dia bermimpi melihat seorang gadis cantik. Maka dia meminta peramal untuk menafsirkan mimpinya. Peramal itu mengatakan bahwa yang menjadi mimpinya adalah putri gading cempaka yang dahulu pernah menguasai kerajaan serut.

Akhirnya Maharaja Sakti segera ke gunung bungkuk untuk menjemput sang putri. Sesuai wasiat ayahandanya bahwa sang putri akan menemui jodohnya di gunung bungkuk. Putri dan keenam kakaknya segera kembali kekerajaan. Setelah Putri dan Maharaja Sakti menikah, mereka membangun kerajaan baru dengan nama kerajaan Sungai Lemau.

Pohon Enau

Pohon Enau
Sumber: jurnalasia.com

Di provinsi Bengkulu, terdapat sebuah kisah asal-usul pohon aren atau enau. Diceritakakan pohon ini berasal dari pusara kuburan Putri Sedaro Putih. Putri Sedaro Putih adalah anak bungsu yang memiliki 6 kakak laki-laki. Kepribadian Putri Sedaro Putih sangat baik, dia rajin membantu siapapun hingga sebelum meninggal dia berwasiat bahwa akan tumbuh pohon diatas pusara makamnya dan meminta kepada kakaknya untuk merawat pohon tersebut.

Tidak lama kemudian, setelah menyampaikan wasiat tersebut, ajal menjemputnya. Seperti yang dikatakan, selang beberapa waktu tumbuhlah sebuah pohon dari pusara kuburannya. Pohon tersebut menyerupai pohon kelapa. Namun, pohon tersebut terus terdorong oleh pohon kayu apung yang berada tepat disebelahnya. Gesekan yang timbul melukai pohon tersebut sehingga mengeluarkan getah. Kakaknya penasaran akan getah tersebut.

Mereka mencoba melakukan analisa dan mencicipi getah tersebut. Ternyata getah itu berasa manis. Suatu waktu mereka mendapat getah tersebut berasa asam jika dibiarkan dalam waktu yang lama, sehingga mereka sepakat memasak getah tersebut. Ketika dimasak, getah itu berubah menjadi warna coklat dan jika dibekukan jadilah gula merah. Berdasarkah kisah tersebut orang-orang menganggap bahwa inilah kisah dibalik pohon enau karena pohon enau sangat bermanfaat seperti pribadi Putri Sedaro Putih.

Putri Serindang Bulan

Putri Serindang Bulan
Sumber: Artstation.com

Putri Serindang Bulan adalah gadis cantik yang tersohor hingga penjuru negeri. Banyak pangeran yang ingin meminangnya. Namun, setiap kali dijodohkan dirinya selalu terserang penyakit kusta. Namun jika perjodohan dibatalkan maka akan kembali seperti semula. Hal ini membuat malu keluarga sehingga putri serindang bulan hendak dibuang kerajaan. Ki Karang Nio adalah kakaknya yang bertugas membuang adik cantiknya. Namun berkat kebaikan hati Ki Karang Nio, dia membuatkan perahu agar adiknya bisa selamat dan tinggal di pulau lain.

Putri serindang bulan berhasil menepi dan ditemukan oleh seorang raja, merekapun menikah. Saat upacar pernikahan, sang putri mengundang kakaknya untuk datang. Raja Indrapura tidak memiliki dendam pada para kakak sang putri, justru dia memberi hadiah emas kepada mereka. Namun saat diperjalanan pulang, kapal beserta emas milik mereka tenggelam, hanya emas milik Ki Karang Nio yang tersisa. Mereka berupaya merebut emas milik Ki Karang Nio, mengetahui niat jahat tersebut maka dia bergegas membagikan emas miliknya.

Saudaranya tertegun akan kebaikan hatinya hingga mereka ikhlas tinggal di pulau tersebut dengan Ki Karang Nio sebagai rajanya. Namun Ki Karang Nio lebih memilih untuk pergi, saat berpamitan salah satu kakaknya berkata “huo ite sa’okk, kami gigai belek” yang berarti saat ini kita akan berpisah dan tidak akan berjumpa lagi. Sejak saat itu pulau tersebut dinamakan teluk sarak. Kata itu diambil dari “sa o’kk” yang berarti berpisah.

Ular N’Daung

Ular N'Daung
Sumber: Cerita-rakyat.com

Ular N’Daung adalah ular yang terkenal akan keganasannya. Dia adalah ular yang menjaga gua diatas bukit gunung. Siapapun yang berani naik keatas puncak gunung, maka akan diserang olehnya. Hingga suatu hari, ada seorang gadis yang berupaya naik ke puncak gunung untuk mengambil bara gaib agar ibunya bisa sembuh dari penyakit keras. Gadis itu memberanikan diri ke gua tersebut dan mendapatkan apa yang dia inginkan dengan pulang dalam keadaan selamat. Dibalik berita baik tersebut, ternyata sang gadis membuat perjanjian dengan ular bahwa akan menikah dengannya.

Ibunya yang kini sudah sembuh merasa sedih mendengar perjanjian tersebut. Sang gadis segera menemui ular, betapa kagetnya dia saat ular ganas dihadapannya berubah menjadi pangeran gagah dan perkasa. Ternyata pangerang dikutuk oleh pamannya menjadi seekor ular karena dirinya menginginkan posisi raja. Keesokan harinya ibu dan kedua kakak sang gadis datang ke gua tersebut. Mereka terkejut melihat ular itu kini berubah wujud. Hingga kedua kakak gadis itu memiliki rencana jahat yaitu membakar kulit ular tersebut.

Siapa sangka, ternyata niat jahat tersebut membawa hikmah. Kini sang pangeran terlepas dari kutukan karena kulit ularnya telah dibakar secara sukarela. Sang pangeran bermaksud membawa gadis dan keluarganya kembali ke kerajaan dia. Namun kedua kakak sang gadis tidak ingin ikut karena malu akan kelakuan mereka. Akhirnya gadis tersebut menikah dengan sang pangeran yang dulu dikenal sebagai ular n’daung.

Danau Tes

Danau Tes
Sumber: pedomanbengkulu.com

Kisah ini dimulai saat salah seorang yang terkenal akan si lidah pahit hendak membuka lahan dipinggir sungai air ketahun. Kala itu si lidah pahit membuka lahan, namun tanah bekas cangkulannya dia timbun ke sungai. Para warga dan perangkat desa khawatir akan dampak perilaku yang dilakukan si pahit lidah. Maka mereka menyusun rencana untuk membohongi si pahit lidah agar dia segera pulang kampung menemui anaknya yang meninggal.

Si pahit lidah tidak mempercayai hal itu, sehingga dia terus melakukan usahanya membuka lahan. Hingga para sesepuh desa yang mendatanginya, dia seolah percaya dan berkata bahwa anaknya meninggal. Dia sebenarnya tidak percaya, namun dia khawatir atas ucapannya yang tidak sengaja dia sebutkan. Maka benar, sesampainya di kampung halaman ternyata anaknya meninggal akibat ucapannya.

Akhirnya tanah yang dia timbun menyebabkan sungai terhambat dan mengalirkan air ke lahan yang dibukanya hingga kini berubah menjadi sebuah danau. Danau tersebut kini dikenal sebagai danau tes.

Kramat Riak

Kramat Riak
Sumber: gln.kemdikbud.go.id

Suatu hari ada seorang kakek tua yang memiliki jala emas, dia baru saja pulang mencari ikan dan berniat untuk sholat dzuhur dulu di istana pendopo. Saat sang kakek sholat, kedua prajurit kerajaan mencoba mencurinya, namun hal tersebut tidak berhasil karena jala tersebut sulit diangkat dari tanah. Kemudian salah satu diantara mereka memberitahukan kejadian itu kepada sang raja. Sang raja segera menemui kakek selepas sholat dzuhur. Sang raja meminta jala itu namun sang kakek menolaknya.

Sang raja tidak kehabisan akal. Dia mengajak sang kakek sabung ayam, dimana jika dirinya menang akan mendapatkan jala, namun jika kalah maka seluruh hartanya akan dia limpahkan pada sang kakek. Awalnya sang kakek menolak, karena terus didesak akhirnya disanggupi oleh sang kakek. Beberapa hari kemudian terjadilah sabung ayam yang kian dinantikan sang raja. Tiada disangka bahwa ayam kakek yang kurus itulah pemenangnya. Sang raja tidak ingin hartanya raib begitu saja maka dia menantang sang kakek untuk tarung.

Sang kakek menolak permintaannya dan menyatakan bahwa dia tidak akan mengambil barang sang raja namun meminta untuk diperbolehkan pulang bersama jala miliknya. Sang raja menyetujui. Kakek itu sebelum pulang izin sholat dzuhur di pendopo istana. Namun saat sedang khusyuk, tiba-tiba sang raja menghunus kerisnya ke tubuh kakek hingga terluka parah. Anehnya sang kakek tidak terlihat kesakitan dan tetap meneruskan sholatnya hingga selesai.

Selesai sholat sang kakek manancapkan lidi disetiap sudut masjid lalu pergi. Namun tidak ada pengawal yang berhasil mencabut lidinya hingga sang raja turun tangan. Siapa sangka dari setiap cabutan lidi keluar air yang sangat deras. Semua penduduk desa berlari kegunung namun para pengawal dan raja hanya bergelantungan di pohon agar tidak tenggelam. Tiba-tiba ada suara dari langit yang mengutuk para raja dan pengawalnya menjadi seekor kera.

Benar, mereka berubah wujud dan air sudah surut. Kini desa kramat riak dihuni oleh puluhan kera yang konon katanya adalah jelmaan dari raja dan para pengawalnya. Beberapa tahun kemudian, beberapa awak kapal dari Cina datang untuk membuat makam yang sangat megah. Tertulis pada batu nisan nama Syekh Abdullatif yang dikenal sebagai sang kakek.


Sumber:

Damayanti, Astri. (2010). Kumpulan Legenda Nusantara Favorit. Depok: Penerbit Indria Pustaka.

Utami.N, Diyarto.R. (2013). 63 Legenda, Cerita, Mitos, Fabel Nusantara. Jakarta: Penerbit Transmedia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *