Cerpen SMA Penuh Drama, Cinta, dan Persahabatan: Kisah Seru yang Gak Akan Kamu Lupakan!

Posted on

Waktu SMA tuh emang penuh warna, kan? Gak cuma soal pelajaran dan ujian, tapi juga soal drama, persahabatan, dan cinta yang kadang nyeleneh. Di cerpen ini, kamu bakal nemuin semua itu, dari Rayhan yang bucin banget sampe Elvano yang selalu bodo amat soal cinta.

Tapi yang pasti, persahabatan mereka selalu jadi prioritas. Buat kamu yang lagi nostalgia atau pengen baca cerita seru, ini dia! Baca deh, pasti bisa bikin kamu senyum-senyum sendiri.

 

Kisah Seru yang Gak Akan Kamu Lupakan!

Awal yang Tak Terlupakan

SMA Garuda Jaya, hari pertama di kelas XII. Siswa-siswa baru memasuki kelas mereka dengan berbagai ekspresi, ada yang antusias, ada yang malas, ada juga yang hanya ingin segera lulus. Namun, di kelas XII-IPS 2, suasana sudah seperti rumah sendiri.

Di barisan belakang, empat siswa sudah menguasai tempat favorit mereka. Elvano duduk dengan tangan terlipat di meja, wajahnya bosan seperti biasa. Rayhan sibuk mengetik sesuatu di ponselnya, kemungkinan besar tentang Alesha, gebetan abadinya. Neira sedang membuka botol minuman isotonik sambil menyandarkan kaki di kursi sebelahnya, sementara Kiara sibuk mencoret-coret di bukunya.

“Aku heran kenapa kita selalu dapat kelas yang sama terus,” kata Neira sambil meneguk minumannya.

“Elu heran? Gue malah mikir ini konspirasi semesta biar kita gak bisa lepas dari satu sama lain,” balas Elvano tanpa menoleh.

“Bagus dong! Setidaknya hidup gue gak sepi,” ujar Rayhan, masih fokus ke ponselnya.

Kiara mendongak dari coretannya. “Lo emang gak akan pernah sepi, Ray. Lo selalu punya Alesha di pikiran lo.”

Rayhan langsung bersandar di kursinya dengan dramatis. “Ki, lu gak ngerti! Alesha itu… ah, gue gak bisa jelasin. Pokoknya, dia beda dari yang lain.”

Elvano mendengus. “Tiap lu bucin, alasan lu selalu sama. ‘Dia beda dari yang lain,’ tapi akhirnya sama aja. Lu berjuang sendirian, terus lu patah hati sendirian.”

“Beda kali ini, bro!” Rayhan bersikeras. “Gue yakin banget, Alesha itu cuman butuh waktu buat sadar kalau dia sebenernya suka sama gue.”

Neira terkekeh. “Dan dia bakal sadar setelah lu ngechat dia tiap hari, ngeladenin cueknya, dan nunggu dia bales chat dua hari sekali?”

Rayhan menunjuk Neira dengan ekspresi tersinggung. “Lu underestimate perjuangan gue!”

Sementara itu, Kiara hanya tertawa kecil sambil kembali ke coretan di bukunya. Dia memang tipe pendengar setia yang jarang berkomentar, tapi selalu menikmati obrolan mereka yang seperti ini.

Hari pertama sekolah tidak hanya diisi dengan perdebatan soal gebetan Rayhan. Ketika bel istirahat berbunyi, mereka segera menuju kantin, tempat mereka bisa melanjutkan obrolan yang lebih seru.

Kantin SMA Garuda Jaya selalu ramai, tapi mereka sudah tahu di mana spot terbaik—pojokan dekat jendela yang menghadap ke lapangan. Dari sana, mereka bisa melihat tim basket latihan, siswa lain yang berjalan mondar-mandir, dan tentu saja, geng-geng yang punya ‘territory’ masing-masing.

Elvano memilih menu sederhana: nasi goreng dengan telur ceplok. Neira dengan santainya mengambil mie ayam dan es teh. Kiara, seperti biasa, hanya memesan roti dan jus jeruk, sementara Rayhan masih sibuk mencari sesuatu.

“Ray, lama amat sih?” tanya Kiara.

Rayhan menoleh dengan ekspresi panik. “Alesha di sana. Gue harus beli makanan yang keliatan keren. Kira-kira, cewek kayak dia lebih suka cowok makan ayam geprek level pedas atau ramen Jepang?”

Elvano menghela napas panjang. “Bro, kalau lo jadian sama Alesha, lo bakal pacaran sama dia atau sama makanan pilihan dia?”

Neira tertawa terbahak-bahak. “Bener juga tuh!”

Rayhan mendengus, akhirnya menyerah dan membeli ayam geprek. Setelah mereka duduk, obrolan pun berlanjut.

“Gue masih gak percaya kita udah kelas XII,” ujar Kiara tiba-tiba.

Neira mengangguk. “Iya, dulu pas kelas X rasanya masih canggung-canggung, sekarang kita udah ngelewatin banyak hal bareng.”

Elvano, yang dari tadi diam sambil makan, menelan nasinya sebelum bicara. “Kalian sadar gak sih, kalau kita makin lama makin absurd? Maksud gue, dulu kita ngomongin soal tugas, sekarang lebih sering ngomongin drama percintaan Ray.”

Rayhan menunjuk Elvano dengan sumpitnya. “Gue gak drama! Gue serius.”

“Elu sih serius, tapi Alesha?” balas Elvano dengan nada datar.

Rayhan memutar matanya, sementara yang lain tertawa.

Hari pertama kelas XII mereka berlalu begitu saja, penuh obrolan, tawa, dan keabsurdan seperti biasa. Tidak ada perubahan besar, setidaknya belum. Tapi di dalam hati masing-masing, mereka tahu bahwa tahun terakhir ini akan menjadi sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang tidak akan mereka lupakan.

 

Bucin Vs. Bodo Amat

Hari-hari berlalu, dan kelas XII-IPS 2 tetap berjalan seperti biasa. Pelajaran, tugas, dan ulangan mulai berdatangan tanpa ampun. Namun, bagi geng Elvano, Rayhan, Neira, dan Kiara, hal paling seru dalam hidup sekolah bukanlah mata pelajaran, melainkan drama yang mereka ciptakan sendiri.

Pagi itu, kelas sedang tenang ketika Rayhan masuk dengan wajah cerah. Seperti anak kecil yang baru saja dapat hadiah, dia langsung duduk di bangkunya dan menatap teman-temannya penuh semangat.

“Guys,” katanya sambil menepuk meja. “Gue ada kabar gila.”

Neira menguap, belum siap menerima energi berlebihan di pagi hari. “Kabar apa lagi? Lo akhirnya sadar kalau Alesha gak bakal suka sama lo?”

Rayhan mencibir. “Bukan, dasar pesimis! Gue berhasil ngobrol sama Alesha tadi pagi di parkiran.”

Elvano yang duduk di sebelahnya menoleh malas. “Terus?”

“Terus… dia gak ngacuhin gue!” Rayhan menjelaskan dengan penuh emosi. “Dia bales pertanyaan gue dengan jawaban lebih dari tiga kata! Ini kemajuan besar, bro!”

Kiara mengernyit. “Ray… lo sadar gak sih, standar lo makin lama makin ngenes?”

Rayhan mengabaikan komentar itu. “Pokoknya, ini awal dari sesuatu yang bagus. Gue yakin, kalau gue terus berusaha, dia bakal jatuh hati sama gue.”

Neira menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan ekspresi bosan. “Udah setahun lo bilang kayak gitu, bro. Dan selama itu juga, Alesha tetep cuek.”

Elvano, yang dari tadi mendengarkan dengan wajah datar, akhirnya membuka mulut. “Ray, ada satu pertanyaan penting yang harus lo jawab.”

“Apa?”

Elvano menyandarkan sikunya ke meja dan menatap Rayhan serius. “Lo tuh suka sama Alesha karena beneran suka, atau karena lo gak mau kalah?”

Rayhan terdiam.

Kiara dan Neira saling pandang, menunggu jawaban.

Rayhan akhirnya bersuara, tapi nada suaranya lebih pelan. “Gue… gak tahu.”

Neira mengangkat alis. “Serius?”

Rayhan menggaruk kepalanya. “Awalnya sih gue kagum, terus lama-lama makin penasaran. Dia kayak tantangan buat gue. Gue gak tahu ini cinta atau obsesi, tapi gue pengen tahu gimana rasanya kalau dia akhirnya suka sama gue.”

Elvano menghela napas. “Yaudah, kalau lo masih mau kejar dia, kejar. Tapi jangan sampe lo lupa hidup, bro.”

Rayhan tersenyum. “Santai aja. Gue ini bucin profesional, tapi tetep punya harga diri.”

Saat istirahat, mereka kembali ke kantin dan menduduki tempat favorit mereka di pojokan. Kali ini, suasana lebih santai, sampai tiba-tiba Neira bertanya, “Eh, Van, lo beneran gak pernah suka sama siapa pun?”

Elvano yang sedang makan hampir tersedak. Dia menatap Neira dengan ekspresi ‘kenapa tiba-tiba nanya gitu?’.

Kiara juga ikut menoleh. “Iya, gue juga penasaran. Lo tuh kayaknya gak pernah ada urusan sama yang namanya cinta.”

Elvano mengangkat bahu. “Bukan gak pernah, sih. Cuma… males aja.”

Rayhan menepuk bahu Elvano. “Bro, lo belum nemu orang yang tepat aja. Ntar juga ada saatnya lo bakal bucin kayak gue.”

Elvano menggeleng. “Gue rasa enggak. Gue lebih nyaman kayak gini. Gak ada drama, gak ada beban.”

Neira terkekeh. “Tapi jujur, lo tuh tipe cowok yang kalau jatuh cinta pasti bakal denial abis.”

Kiara mengangguk setuju. “Dan pasti nyebelin.”

Elvano mendecak. “Kenapa kalian semua kayak yakin banget gue bakal jatuh cinta?”

Rayhan tertawa. “Karena gak ada orang yang bisa selamanya bodo amat, bro. Tunggu aja waktunya.”

Elvano hanya menggeleng dan kembali fokus pada makanannya. Cinta bukan hal yang ada dalam prioritasnya sekarang.

Setidaknya, begitulah pikirnya.

 

Rahasia yang Terbongkar

Hari-hari di kelas XII-IPS 2 terus berjalan, dan seperti biasa, hidup diisi oleh Rayhan yang semakin bucin, Elvano yang tetap bodo amat, serta Neira dan Kiara yang selalu menjadi saksi drama di antara mereka. Tapi, ada satu hal yang perlahan mulai berubah.

Kiara.

Dia selalu menjadi pendengar setia, selalu menjadi yang paling tenang di antara mereka, tapi belakangan ini, dia lebih sering diam dari biasanya. Bahkan ketika Rayhan mulai membahas betapa luar biasanya Alesha, Kiara hanya tersenyum tipis tanpa benar-benar berkomentar.

Neira adalah orang pertama yang menyadarinya.

Saat jam pelajaran kosong, mereka berempat duduk di belakang kelas seperti biasa. Elvano sibuk menggambar sesuatu di bukunya, Rayhan sedang melihat Instagram Alesha untuk mencari ‘kode tersembunyi’, sementara Kiara hanya menatap jendela dengan pandangan kosong.

Neira mendekat dan mendorong pundaknya pelan. “Ki, lo kenapa?”

Kiara tersentak, lalu cepat-cepat menggeleng. “Gak kenapa-kenapa.”

“Tapi lo diem terus belakangan ini.”

Elvano ikut menoleh. “Iya, gue juga perhatiin.”

Rayhan, yang biasanya paling sibuk dengan urusannya sendiri, akhirnya meletakkan ponselnya dan memperhatikan Kiara dengan serius. “Jangan bilang lo naksir seseorang tapi lo takut ngomong ke kita.”

Kiara terdiam sejenak.

Neira dan Rayhan langsung membulatkan mata. “Jangan bilang iya!”

Kiara menggigit bibirnya, lalu menutup wajahnya dengan tangan. “Ugh, kalian menyebalkan.”

Rayhan langsung bangkit dan menunjuknya dengan dramatis. “GUE TAU! KIARA JATUH CINTA!”

Neira menepuk jidat. “Udah, gak usah lebay.”

Elvano menatap Kiara dengan ekspresi datar. “Siapa?”

Kiara menghela napas panjang. “Gak penting.”

“Penting buat kita,” kata Neira sambil melipat tangan di dada.

Rayhan menyipitkan mata, berpikir keras. “Hmm, siapa ya? Siswa di sekolah ini? Anak kelas kita? Atau—”

Kiara buru-buru berdiri. “Udah ah, gue ke toilet.”

Dia langsung pergi sebelum mereka sempat menahannya.

Setelah dia menghilang di balik pintu, Neira berbisik, “Gue curiga dia naksir orang yang gak boleh dia suka.”

Rayhan mengangguk. “Iya. Kalau bukan, kenapa dia harus ngumpet?”

Elvano masih diam, tapi matanya sedikit menyipit.

Saat pulang sekolah, Kiara berjalan sendirian di koridor. Biasanya dia pulang bareng yang lain, tapi kali ini dia sengaja mengulur waktu. Dia butuh waktu untuk menenangkan pikirannya.

Namun, langkahnya terhenti ketika dia melihat seseorang berdiri di dekat tangga.

Seseorang yang menjadi rahasia kecilnya selama ini.

Kiara menggigit bibirnya. Dia tahu ini salah. Dia tahu seharusnya dia tidak merasa seperti ini. Tapi bagaimana kalau perasaan itu datang tanpa bisa dikendalikan? Bagaimana kalau dia jatuh cinta pada seseorang yang seharusnya tidak dia sukai?

Dia menarik napas dalam, lalu berjalan pergi sebelum orang itu menyadari keberadaannya.

Tapi, yang tidak dia sadari adalah… Elvano melihat semuanya.

Dari ujung koridor, Elvano menyipitkan mata ke arah Kiara yang berjalan pergi. Ada sesuatu yang aneh.

Dan dia akan mencari tahu apa itu.

 

SMA Tak Akan Terulang

Minggu-minggu terakhir di SMA Garuda Jaya terasa begitu cepat berlalu. Siswa-siswa mulai sibuk mempersiapkan ujian, sementara yang lain, termasuk geng Elvano, Rayhan, Neira, dan Kiara, lebih sibuk menikmati waktu yang tersisa. Mereka tahu, setelah ini, semuanya akan berubah.

Hari itu, di pojokan kantin, mereka kembali duduk bersama. Wajah mereka lebih serius dari biasanya. Panggung hidup mereka sudah hampir selesai, dan mereka tahu tidak banyak waktu lagi untuk membuat kenangan.

Rayhan menatap ponselnya, tapi kali ini dia tidak sibuk mencari tahu apa yang Alesha lakukan. Dia hanya memandangi layar kosong. “Gue gak ngerti deh, kenapa semuanya harus berakhir. Kayak, kenapa gak ada yang bisa dipertahanin?”

Neira mengangkat alis. “Lo ngomong apa sih?”

Rayhan menatap Neira dengan mata agak kosong. “Maksud gue, hubungan itu selalu ada yang berubah. Gak ada yang bisa bertahan selamanya.”

Kiara yang dari tadi diam akhirnya membuka mulut. “Tapi kenangan itu tetap ada, Ray. Gak ada yang bisa ngambilnya.”

Elvano menatap Kiara, lalu mengangguk pelan. “Gue setuju. Kita gak bakal bisa ngelewatin masa SMA ini lagi, tapi apa yang kita jalanin, itu bakal selalu ada di kepala kita. Kita bakal inget momen-momen yang bikin kita ketawa, yang bikin kita berantem, yang bikin kita ngerasa hidup.”

Neira tersenyum kecil. “Iya, jadi jangan nyesel. Kita hidup dengan cara kita sendiri. Gak ada yang salah.”

Rayhan akhirnya meletakkan ponselnya dan menatap teman-temannya. Ada kesedihan di matanya, tapi juga rasa syukur yang mendalam. “Gue gak nyesel kok. Cuma aja… gue bakal kangen banget sama kalian.”

Kiara tersenyum lembut. “Kita bakal tetap temenan, Ray. Jangan khawatir.”

Seperti ada beban yang dilepaskan, mereka semua saling pandang. Tiba-tiba suasana terasa lebih hangat, lebih dekat.

Elvano menarik napas dalam. “Dulu gue gak pernah ngerti kenapa orang-orang tuh suka ngerasa berat pas SMA berakhir. Sekarang gue ngerti. Karena semuanya bakal berubah, tapi gak semuanya bisa kita kontrol.”

Rayhan mengangguk. “Iya, elunya kayak gini aja, tapi nanti kita udah mulai hidup masing-masing. Kalau kita gak sempat ketemu lagi, gimana?”

Neira mengangkat bahu. “Itu sih nanti kita pikirin. Yang penting sekarang, kita nikmatin aja masa yang tersisa.”

Kiara melirik keluar jendela, melihat langit sore yang mulai gelap. “Betul. Kita punya waktu sekarang. Dan itu cukup.”

Mereka melanjutkan percakapan, membicarakan hal-hal ringan, dan mengingat kembali kenangan-kenangan lucu mereka selama ini. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Saat mereka berpisah di depan gerbang sekolah, setiap langkah terasa berat.

Namun, meskipun mereka akan melangkah ke jalan yang berbeda, ada satu hal yang tidak akan berubah—persahabatan mereka. Mereka tahu, meski SMA berakhir, kenangan itu akan tetap hidup dalam hati mereka.

Elvano, Rayhan, Neira, dan Kiara tidak pernah tahu bagaimana masa depan mereka akan berjalan. Tapi yang pasti, mereka telah menjalani tahun-tahun SMA mereka dengan penuh warna, penuh tawa, dan penuh arti.

Karena mereka tahu, tidak ada yang lebih penting dari persahabatan yang tetap bertahan, meski waktu terus berjalan.

 

Udah selesai baca kan? Gimana? Seru kan? SMA itu gak cuma soal belajar, tapi juga tentang momen-momen yang bakal terus kamu inget. Terutama kalau punya geng seru yang bikin hari-hari kamu penuh warna.

Cerpen ini ngebahas semua itu—dari drama remaja, kisah cinta yang gak biasa, sampai persahabatan yang enggak bakal tergantikan. Jadi, buat kamu yang pengen baca cerita yang ringan, penuh pelajaran hidup, dan pastinya bikin kamu ketawa, cerpen ini wajib masuk daftar bacaan kamu!

Leave a Reply