Berlomba dalam Kebaikan: Kisah Cakra dan Tania

Posted on

Jadi gini, guys! Bayangin deh, kamu sama temen-temen di sekolah berusaha bikin acara yang nggak cuma seru, tapi juga bisa bantu anak-anak yang butuh. Ini bukan cuma tentang lomba-lomba, tapi lebih ke berlomba-lomba dalam kebaikan! Siapa sih yang nggak pengen jadi bagian dari hal keren ini? Yuk, ikutin cerita Cakra dan Tania yang bakal bikin kamu terinspirasi dan mungkin bikin kamu pengen berbuat baik juga!

 

Kisah Cakra dan Tania

Awal Pertarungan

Di suatu pagi yang cerah di kota Lembayung, suara kicauan burung dan embun pagi menghangatkan suasana. Di sekolah SMA Harapan, semua murid tampak bersemangat. Di antara mereka, ada Cakra, pemuda berambut keriting yang selalu punya senyuman lebar. Dia terkenal di kalangan teman-temannya sebagai sosok yang peduli lingkungan. Setiap kali ada kegiatan bersih-bersih, dia selalu yang paling pertama mendaftar.

Cakra sedang duduk di bangku taman sekolah, merencanakan sesuatu di buku catatannya. Tiba-tiba, sahabatnya, Rian, datang dengan nafas terengah-engah. “Cakra, udah denger tentang lomba kebaikan yang diadakan pemerintah kota? Katanya setiap sekolah harus ikut!” seru Rian.

Cakra mengangguk, senyumnya semakin lebar. “Iya, Rian! Aku baru mau bikin rencana untuk program kita. Aku pengen adain penanaman pohon di seluruh kota. Gimana menurutmu?”

Rian tampak berpikir sejenak. “Wah, itu ide bagus! Tapi kita harus bikin sesuatu yang keren biar bisa menarik perhatian. Kita harus bisa jadi yang terbaik!”

“Benar, tapi ingat, kita bukan cuma mau menang. Tujuan kita itu buat bikin lingkungan lebih baik,” kata Cakra dengan tegas. Rian mengangguk, menyadari betapa pentingnya tujuan itu.

Di sisi lain kota, di SMA Pelangi, suasana juga tak kalah meriah. Tania, gadis berkacamata dengan rambut panjang yang selalu rapi, sedang mempersiapkan presentasi di ruang kelas. Dia dikenal sebagai aktivis sosial yang penuh semangat. Dia mengumpulkan dana untuk membantu anak-anak kurang mampu dan selalu berusaha untuk membuat perbedaan.

“Tania, ada kabar baik! Lomba kebaikan itu udah resmi dibuka! Kita harus segera mulai!” sahabatnya, Mira, berteriak sambil masuk ke ruang kelas.

Tania mengangkat alisnya. “Serius? Kita udah siap kok! Aku udah punya ide untuk penggalangan dana. Kita bisa bikin acara amal di taman kota. Kita bisa ajak semua orang untuk ikut berpartisipasi!”

“Setuju! Kita bisa bikin poster dan mengundang semua orang. Pokoknya, kita harus menunjukkan bahwa kita bisa bikin perubahan,” Mira balas semangat.

Kembali ke SMA Harapan, Cakra dan Rian duduk berdiskusi di kantin. “Rian, aku baru dapet info kalau SMA Pelangi juga ikut lomba. Kita harus hati-hati, mereka juga punya program yang menarik,” kata Cakra sambil menggigit burgernya.

“Gak masalah, Cakra. Kita tetap fokus sama rencana kita. Yang penting, kita bisa bikin dampak positif,” Rian menjawab sambil mengangguk.

Saat itu, di tengah pembicaraan mereka, Cakra merasa ada sesuatu yang kurang. Dia ingat akan pentingnya kerja sama. “Rian, kita bisa coba ajak SMA Pelangi untuk kolaborasi. Mereka kan punya program amal juga.”

Rian terkejut, “Kolaborasi? Tapi mereka kan rival kita!”

“Justru itu, Rian! Kita bisa tunjukkan bahwa kebaikan itu lebih penting daripada kompetisi,” jawab Cakra penuh semangat.

Keesokan harinya, di sebuah acara seminar di balai kota, Cakra tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu Tania. Dia melihat Tania berdiskusi dengan teman-temannya di sudut ruangan. Dengan hati-hati, dia mendekati mereka.

“Hai! Kamu Tania, kan?” sapa Cakra dengan senyum ramah.

Tania menoleh dan tersenyum balik. “Iya, aku Tania. Kamu dari SMA Harapan, ya?”

Cakra mengangguk. “Iya. Kita semua lagi nyiapin program untuk lomba kebaikan ini. Gimana kalau kita coba kerja sama? Aku dengar kalian juga punya rencana yang bagus.”

Tania terlihat berpikir sejenak. “Kerja sama? Hmm… bisa jadi ide yang menarik. Kita bisa gabungin program kita!”

Cakra tampak senang. “Jadi, gimana kalau kita bikin program yang menggabungkan penanaman pohon dan penggalangan dana untuk anak-anak kurang mampu? Setiap pohon yang kita tanam bisa mewakili donasi.”

Tania tersenyum lebar. “Setuju! Mari kita ajak teman-teman kita untuk bergabung. Ini akan jadi sesuatu yang keren!”

Keduanya pun menyusun rencana bersama. Mereka mengumpulkan teman-teman mereka, dan semangat mulai menyebar di antara murid-murid SMA Harapan dan SMA Pelangi. Masing-masing merasa bersemangat untuk membuat perubahan yang lebih baik.

Hari-hari berikutnya penuh dengan aktivitas. Cakra dan Tania saling bertukar ide, mendesain poster, dan mempersiapkan semua yang diperlukan untuk program gabungan mereka. Suasana di sekolah-sekolah semakin meriah.

Namun, di balik semangat itu, ada juga tantangan yang muncul. Beberapa siswa dari SMA Harapan merasa harus bersaing dengan SMA Pelangi. Rumor pun mulai beredar bahwa program gabungan mereka tidak akan berhasil.

Cakra mendengar rumor itu dari teman-temannya dan merasa tidak terima. Dia mengumpulkan timnya dan berkata, “Kita tidak boleh terpengaruh dengan rumor ini. Tujuan kita adalah kebaikan, bukan menang atau kalah. Mari kita buktikan bahwa kerja sama kita lebih berharga daripada persaingan!”

Tania yang mendengar semangat Cakra pun semakin yakin. “Iya, kita harus terus maju! Yang terpenting adalah dampak positif yang kita buat!”

 

Kerja Sama yang Tak Terduga

Hari yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Cuaca cerah dan angin berhembus lembut, sempurna untuk acara penanaman pohon dan penggalangan dana yang akan digelar di Taman Harmoni. Cakra dan Tania telah mempersiapkan semua hal dengan baik, dan mereka berdua bersemangat untuk menyaksikan hasil kerja keras mereka.

Cakra berdiri di depan panggung kecil yang telah disiapkan. Dia mengenakan kaos berwarna hijau dengan tulisan “Bersama untuk Kebaikan.” Tania di sampingnya, mengenakan aksesori daun yang lucu, tersenyum bangga. “Cakra, semuanya sudah siap? Teman-teman dari SMA Pelangi sudah datang?”

“Siap banget! Mereka semua udah ngumpul di sana,” jawab Cakra, sambil menunjuk ke arah kerumunan yang berkumpul. “Kita harus sampaikan pesan kita dengan jelas. Ini kesempatan kita untuk bikin perubahan.”

Tania mengangguk. “Ayo kita ajak semua orang untuk peduli lingkungan dan saling mendukung.”

Di tengah kerumunan, Rian berusaha menarik perhatian peserta. “Halo, teman-teman! Terima kasih sudah datang! Hari ini kita akan bersama-sama menanam pohon dan membantu anak-anak yang membutuhkan. Mari kita tunjukkan bahwa kebaikan itu bisa dicapai bersama!”

Dengan semangat, Cakra dan Tania mengambil alih panggung. “Selamat datang di acara ‘Bersama untuk Kebaikan’! Kami sangat senang bisa bekerja sama dengan SMA Pelangi dalam program ini. Mari kita buktikan bahwa kita bisa membuat perubahan yang positif!” seru Cakra dengan suara penuh semangat.

Seketika, tepuk tangan meriah menggema di antara peserta. Tania melanjutkan, “Hari ini, setiap pohon yang kita tanam akan mewakili donasi untuk anak-anak kurang mampu. Setiap aksi kecil kita bisa memberikan dampak besar!”

Acara pun dimulai. Semua peserta terbagi menjadi beberapa kelompok untuk menanam pohon. Cakra dan Tania berkeliling, membantu setiap kelompok, memberikan semangat, dan menjelaskan cara menanam yang baik. Sambil tertawa, mereka saling berbagi cerita dan ide.

Di tengah kesibukan itu, Mira yang membantu Tania bertanya, “Tania, kamu merasa kita bisa mencapai target donasi kita?”

Tania mengangguk penuh keyakinan. “Kita harus percaya. Setiap orang yang datang ke sini punya niat baik. Dan itu yang terpenting.”

Di sisi lain, Cakra sedang membantu sekelompok siswa dari SMA Pelangi menanam pohon. “Ayo, kita gali tanahnya lebih dalam! Pohon ini butuh ruang untuk tumbuh,” serunya sambil tersenyum.

“Eh, Cakra! Gimana kalau kita bikin konten buat sosial media biar lebih banyak orang tahu tentang acara kita?” usul salah satu siswa dari SMA Pelangi.

“Bagus tuh! Kita bisa bikin video singkat dan mengajak orang-orang di luar sana untuk ikut berpartisipasi,” jawab Cakra antusias.

Sementara itu, di sudut taman, Tania melihat beberapa siswa yang terlihat ragu-ragu. Dia pun mendekati mereka. “Hei, kalian kenapa? Ayo ikut menanam, ini seru!”

“Gimana kalau kita gak bisa mengumpulkan dana yang cukup?” seorang siswa menjawab dengan cemas.

“Jangan pikirkan itu! Setiap sumbangan, sekecil apa pun, sangat berarti. Yang penting, kita melakukan yang terbaik,” Tania menjelaskan dengan penuh semangat. “Dan kita bisa mengajak lebih banyak orang untuk ikut berpartisipasi.”

Akhirnya, suasana semakin hangat dan penuh keceriaan. Para peserta mulai berbagi cerita, tawa, dan semangat. Mereka menyadari bahwa, meski berasal dari sekolah yang berbeda, tujuan mereka sama. Semua orang bergerak menuju kebaikan.

Setelah berjam-jam menanam pohon, acara penanaman pohon pun selesai. Semua peserta berkumpul di panggung untuk mendengarkan laporan hasil. Cakra mengambil mikrofon dan berkata, “Teman-teman, terima kasih banyak atas partisipasinya! Kita berhasil menanam seratus pohon hari ini!”

Sorakan meriah kembali menggema, dan Cakra melanjutkan, “Sekarang, kita akan menghitung total dana yang terkumpul. Harap bersiap untuk mendengar kabar baik!”

Tania terlihat gugup. “Kira-kira, kita sudah bisa mengumpulkan banyak?”

“Tenang aja, kita udah berusaha keras,” Cakra mencoba menenangkan.

Setelah semua dihitung, Rian yang bertugas menghitung pengumuman hasil. “Teman-teman, kami senang mengumumkan bahwa total dana yang terkumpul mencapai lima juta rupiah! Ini lebih dari yang kita targetkan!”

Sorak sorai menggema. Tania dan Cakra saling bertukar pandang dengan senyum lebar. “Kita berhasil!” seru Tania, tak bisa menahan kebahagiaannya.

Namun, di tengah kegembiraan itu, Tania melihat sekelompok siswa dari SMA Harapan yang terlihat kurang bersemangat. Dia segera menghampiri mereka. “Kenapa? Kenapa kalian tidak ikut merayakan?”

“Sebenarnya, kami merasa sepertinya kami tidak melakukan cukup untuk membantu,” salah satu siswa menjawab dengan nada sedih.

Tania berusaha membangkitkan semangat mereka. “Jangan berpikir begitu! Setiap langkah kecil yang kalian ambil hari ini sudah berarti besar. Mari kita teruskan ini ke langkah berikutnya dan cari cara lain untuk membantu.”

Sikap Tania membuat semua orang merasa berenergi kembali. Mereka menyadari bahwa kebaikan tidak harus besar, tetapi bisa dilakukan dalam bentuk tindakan kecil setiap hari.

Hari itu pun diakhiri dengan pelukan hangat dan rasa syukur. Cakra dan Tania merasa lebih dekat dari sebelumnya. Namun, tantangan baru telah menunggu. Persaingan yang tidak terduga muncul dari luar. Bagaimana mereka akan menghadapi semua ini dan memastikan bahwa kebaikan tetap menjadi tujuan utama?

 

Tantangan Tak Terduga

Setelah acara yang sukses di Taman Harmoni, Cakra dan Tania merasakan semangat berkobar di dalam diri mereka. Namun, suasana hati mereka yang ceria tiba-tiba terancam oleh berita yang mereka dengar. Sore itu, ketika mereka berkumpul di kafe kecil di sudut jalan, seorang teman dari SMA Harapan mendekati mereka dengan wajah cemas.

“Cakra, Tania! Kamu harus denger ini! Ada kelompok dari sekolah lain yang mau bikin acara yang sama, tapi dengan tujuan yang berbeda. Mereka bilang, kalau kamu mau bersaing, mereka akan mengumpulkan dana lebih besar untuk anak-anak yang membutuhkan,” kata Yani, teman mereka.

Cakra dan Tania saling memandang, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. “Apa? Mereka mau bersaing dengan kita?” Cakra berkata dengan nada kecewa.

Tania menggigit bibirnya. “Kita sudah melakukan ini untuk kebaikan. Kenapa mereka harus mengubahnya jadi kompetisi?”

“Bisa jadi mereka hanya ingin lebih dikenal. Tapi kita tidak boleh terpengaruh! Kita harus tetap fokus pada tujuan kita,” Cakra menjelaskan, berusaha mengendalikan situasi.

Yani mengangguk. “Tapi kamu harus hati-hati. Mereka sudah mulai mempromosikan acara mereka di media sosial. Ini bisa membuat orang-orang berpaling dari kita.”

Tania merasa perutnya bergetar. “Gimana kalau kita buat rencana baru? Kita harus menunjukkan bahwa kebaikan tidak perlu bersaing, melainkan saling mendukung.”

Cakra mengangguk setuju. “Betul! Kita harus lebih kreatif dan mengajak lebih banyak orang untuk bergabung. Jika mereka ingin bersaing, kita akan buktikan bahwa kerja sama lebih kuat daripada kompetisi!”

Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan semangat baru. Cakra dan Tania mulai merencanakan serangkaian kegiatan menarik yang bisa mengundang perhatian publik. Mereka memutuskan untuk mengadakan kegiatan amal yang melibatkan komunitas, bukan hanya siswa dari sekolah mereka.

Di tengah persiapan, mereka menghubungi beberapa seniman lokal untuk berpartisipasi dalam acara tersebut. “Ayo kita adakan bazaar seni dan musik! Kita bisa mengajak orang-orang untuk menikmati seni sekaligus berkontribusi untuk kebaikan,” saran Tania.

Cakra setuju. “Kita juga bisa melibatkan anak-anak dari panti asuhan untuk ikut berpartisipasi. Ini akan menarik perhatian lebih banyak orang!”

Dengan semangat, mereka mulai mempromosikan acara baru ini. Mereka membuat poster-poster cantik dan menyebarkannya di media sosial. Tania bahkan mengajak beberapa influencer lokal untuk membantu mempromosikan acara ini.

Namun, kelompok dari SMA Harapan tidak tinggal diam. Mereka pun mulai mempromosikan acara mereka dengan giat, bahkan mengklaim bahwa mereka akan mengumpulkan lebih banyak dana dan menjadikan acara mereka lebih megah.

Tania dan Cakra mendengar kabar itu, dan rasa cemas kembali menyelimuti mereka. “Sepertinya mereka tidak ingin menyerah begitu saja. Mereka malah semakin berambisi,” Cakra mengungkapkan.

“Ya, tapi kita tidak bisa membiarkan itu mengganggu tujuan kita. Kita harus tetap fokus pada kebaikan dan misi kita,” Tania berusaha menenangkan.

Hari H acara bazaar pun tiba. Taman kota dipenuhi warna-warni, dengan banyak stan yang menjual makanan, minuman, dan karya seni. Suasana hangat dan penuh tawa memenuhi udara. Cakra dan Tania tidak hanya mengundang teman-teman mereka, tetapi juga masyarakat sekitar.

Selama bazaar, Tania dan Cakra mengelilingi taman, berbincang dengan pengunjung, dan mengajak mereka untuk berpartisipasi. “Kita bukan hanya menjual barang, tapi juga menjual harapan. Setiap rupiah yang kamu berikan akan membantu anak-anak di panti asuhan,” Cakra menjelaskan dengan semangat.

Ketika bazaar berlangsung, tiba-tiba saja, Cakra melihat sekelompok siswa dari SMA Harapan berdiri di seberang taman dengan banner besar, mempromosikan acara mereka. “Sungguh tidak tahu diri,” gumam Cakra.

Tania mengerutkan kening. “Jangan biarkan mereka mengganggu fokus kita. Kita harus tetap positif.”

Ketika matahari mulai terbenam, mereka melihat bahwa jumlah pengunjung semakin ramai. Tania berlari ke arah Cakra, “Lihat! Kita berhasil mengumpulkan banyak orang!”

Cakra tersenyum lebar, “Iya, semua ini berkat kerja keras kita!”

Namun, saat mereka tengah merayakan kesuksesan mereka, salah satu siswa dari SMA Harapan mendekati mereka. “Hei, kami ingin mengundang kamu untuk ikut berkolaborasi. Kami pikir, kalau kita bisa bersatu dan mengumpulkan dana bersama, itu bisa lebih berdampak.”

Cakra dan Tania terkejut, namun mereka bisa melihat ketulusan di mata siswa itu. “Kami tidak ingin bersaing,” tambah siswa tersebut. “Kami ingin semua orang mendapatkan manfaat.”

Tania berpikir sejenak sebelum menjawab. “Kamu tahu, itu bisa jadi ide yang bagus. Kebaikan bukanlah tentang siapa yang lebih baik, tapi bagaimana kita bisa bekerja sama untuk membuat dunia ini lebih baik.”

Cakra mengangguk setuju. “Bagaimana kalau kita adakan satu acara besar dan semua dana yang terkumpul kita salurkan bersama untuk panti asuhan?”

“Ya! Itu terdengar luar biasa!” siswa tersebut tersenyum lebar.

Dengan semangat baru, mereka mulai berdiskusi dan merencanakan acara kolaboratif tersebut. Keduanya sadar bahwa kebaikan tidak harus bersaing, tetapi harus saling mendukung.

Malam itu, mereka pulang dengan hati yang lega. Cakra dan Tania tahu bahwa ini adalah langkah baru yang bisa membawa dampak lebih besar lagi. Dan perjalanan mereka menuju kebaikan, justru baru saja dimulai.

Bagaimana mereka akan menghadapi acara kolaborasi ini? Apa tantangan yang akan mereka hadapi? Semua pertanyaan itu menggelora dalam benak mereka saat mereka melangkah menuju fase berikutnya.

 

Harmoni dalam Kebaikan

Hari-hari menjelang acara kolaborasi itu penuh dengan antusiasme dan semangat. Cakra dan Tania bekerja keras, saling mendukung dengan tim dari SMA Harapan. Mereka merencanakan setiap detail, dari lokasi hingga jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam hati mereka, rasa cemas bercampur harapan. Mereka ingin acara ini menjadi sukses dan benar-benar memberikan dampak bagi anak-anak di panti asuhan.

H-1 acara, semua panitia berkumpul untuk melakukan gladi bersih. Cakra berdiri di depan, menjelaskan pembagian tugas. “Oke, teman-teman! Kita perlu memastikan bahwa semua stan berjalan lancar. Tania, kamu dan tim seni bertanggung jawab untuk dekorasi panggung, ya?”

Tania mengangguk penuh semangat. “Pasti! Kami akan membuat panggungnya terlihat menarik dengan tema ceria!”

Selama gladi bersih, suasana menjadi semakin akrab. Siswa-siswa dari kedua sekolah saling tertawa dan berbagi cerita. Beberapa dari mereka bahkan memutuskan untuk melakukan sesi latihan musik bersama. Cakra melihat semuanya dengan bangga. “Inilah yang seharusnya terjadi. Kebaikan itu menyatukan kita!”

Hari H akhirnya tiba. Pagi itu, Taman Harmoni bersinar cerah. Stands sudah dipasang, dan banyak pengunjung mulai berdatangan. Ada aroma makanan yang menggugah selera, dan suara anak-anak tertawa mengisi udara. Cakra dan Tania merasa jantung mereka berdebar-debar.

Saat acara dibuka, Cakra berdiri di panggung dan mengucapkan kata sambutan. “Terima kasih kepada semua yang datang! Hari ini bukan hanya tentang kami, tetapi tentang anak-anak yang membutuhkan. Mari kita bersatu untuk membantu mereka!”

Sambutan tersebut disambut tepuk tangan meriah. Setelah itu, Tania mengajak anak-anak untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang telah disiapkan. Ada lomba menggambar, pertunjukan musik, dan bazaar yang menjajakan makanan khas.

Ketika suasana semakin meriah, tiba-tiba saja seorang anak kecil menghampiri Tania dengan wajah ceria. “Kak, kak! Aku mau ikut lomba menggambar!”

Tania tersenyum lebar. “Tentu saja! Yuk, kita pergi ke stan menggambar!”

Cakra memperhatikan interaksi tersebut dengan penuh haru. Dia menyadari bahwa inilah tujuan mereka—melihat kebahagiaan anak-anak.

Di tengah kegiatan berlangsung, dia mendengar suara gaduh dari arah salah satu stan. Ternyata, ada seorang anak yang terjatuh dan menangis. Cakra langsung berlari ke sana dan membantu anak itu bangkit. “Hey, jangan khawatir. Semuanya baik-baik saja. Kita di sini untuk bersenang-senang!”

Tania datang tidak lama kemudian dan memberikan pelukan kepada anak itu. “Yuk, kita bisa menggambar bersama setelah ini, ya? Itu akan menyenangkan!”

Setelah situasi tenang, mereka kembali ke panggung untuk memberikan hadiah kepada para pemenang lomba. Saat pembacaan nama pemenang, wajah-wajah ceria dan penuh harapan terlihat di antara para peserta. Ini adalah momen yang tidak akan pernah mereka lupakan.

Di akhir acara, mereka mengumumkan total dana yang berhasil dikumpulkan. Tania tidak dapat menahan air mata bahagianya saat Cakra mengumumkan jumlahnya. “Kita berhasil mengumpulkan lebih dari yang kita targetkan! Semua ini berkat kerja keras kita semua!”

Kedua sekolah bersorak gembira. Mereka saling berpelukan, menyadari bahwa apa yang telah mereka lakukan tidak hanya untuk panti asuhan, tetapi juga untuk memperkuat tali persahabatan.

Saat semua orang mulai pulang, Cakra dan Tania berdiri di tengah taman yang kini sepi. Mereka melihat semua senyum bahagia yang masih tertinggal. “Kita melakukannya, Tania. Kebaikan ini membawa kita semua bersama,” Cakra berkata sambil tersenyum.

Tania mengangguk, “Ya, aku bangga dengan kita. Kita berhasil menunjukkan bahwa kebaikan tidak perlu bersaing, melainkan saling mendukung.”

Keduanya berdiri di sana, merasakan kepuasan yang mendalam. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan berhenti di sini. Kebaikan yang mereka tebarkan akan terus berlanjut, menjadi benang merah yang menghubungkan setiap orang yang terlibat.

“Siapa tahu, kita bisa mengadakan lebih banyak acara seperti ini di masa depan?” Cakra menyarankan.

“Setuju! Mari kita terus berbagi dan berbuat baik. Kebaikan tidak ada habisnya, kan?” Tania menambahkan dengan semangat.

Dengan harapan dan tekad baru, mereka melangkah pulang, berdua, dan dengan percaya diri menyongsong masa depan yang lebih cerah, penuh dengan kebaikan dan kolaborasi.

 

Jadi, guys, jangan pernah ragu untuk berbuat baik, meskipun kadang terasa susah! Cakra dan Tania membuktikan bahwa kebaikan itu bisa bikin kita semua bersatu, bahkan melawan segala tantangan.

Ingat, setiap langkah kecil yang kita ambil bisa bikin perubahan besar. Jadi, ayo mulai berlomba-lomba dalam kebaikan, siapa tahu kita bisa jadi inspirasi buat orang lain juga! Sampai jumpa di cerita selanjutnya, dan jangan lupa, kebaikan itu menular!

Leave a Reply