Daftar Isi
Mengeksplor kebudayaan Indonesia tidak cukup hanya mengunjungi keindahan alamnya saja, melainkan bisa juga dilakukan dengan mengenal kisah-kisah dibalik suatu daerah. Kisah-kisah tersebut umumnya tercermin dalam legenda daerah. Nah, salah satu provinsi yang barangkali harus kamu ketahui juga perihal legenda daerahnya adalah provinsi Gorontalo. Ada 8 legenda dari Gorontalo dengan alur cerita menarik yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.
Asal Mula Daerah Tapa
Semasa dulu Raja Tilahunga dari Kerajaan Bolango sedang mengadakan perjalanan panjang dengan para prajuritnya. Dalam perjalanan itu, mereka sempat berhenti di beberapa tempat. Tempat pertama adalah suatu bukit yang begitu sejuk.
Saat tiba di bukit itu, sang raja hendak disiapkan tempat istirahat yang istimewa, tetapi raja itu mengatakan jika dia mau yang biasa-biasa saja. Jabatannya sebagai raja yang hanya titipan sementara ini tak perlu mendapat perlakuan khusus. Oleh karena ucapan sang raja tersebut, bukit itu kini dinamai sebagai Bukit Tapa atau bukit tempat meletakkan jabatan yang sementara.
Asal Mula Daerah Tuladenggi
Raja Tilahunga masih melanjutkan perjalanannya dan tiba di suatu padang rumput yang luas. Di padang rumput ini, para prajurit diperbolehkan oleh raja untuk beristirahat dan makan. Namun, ada seorang prajurit yang membuat rusuh dan merampas makanan dari temannya yang lain. Prajurit itu diketahui bernama Denggi.
Timbullah pertikaian di antara para kawanan prajurit itu. Raja Tilahunga yang baru saja mengetahuinya pun mencoba menengahi dan memanggil Denggi. Denggi itu pun dinasehati oleh Raja Tilahunga agar dia tak lagi membuat kegaduhan dan perjalanan bisa dilanjutkan lagi. Oleh karena peristiwa ini, padang rumput itu dinamai sebagai Tuladenggi atau berarti Denggi yang rakus.
Asal Mula Daerah Phantungo
Selepas dari Tuladenggi, rombongan Raja Tilahunga dan prajuritnya kembali melanjutkan perjalanan hingga tiba di tepi Danau Limboto. Di tepi danau itu, Raja Tilahunga menyuruh prajuritnya untuk mendirikan tenda sekaligus membuka peralatan berkebun yang mereka bawa. Ternyata, tangkai pegangan alat berkebun yang mereka bawa itu banyak yang rusak.
Untuk menyiasati ini, Raja Tilahunga menyuruh prajuritnya untuk memperbaiki dengan pelatan seadanya. Untungnya, alat-alat yang rusak tadi bisa diperbaiki dengan mudah. Dari kejadian ini, Raja pun menamai daerah itu dengan nama Phantungo atau tangkai pegangan alat berkebun. Kemudian, bersama dengan prajuritnya, Raja Tilahunga membuka lahan untuk ditanami sayur-sayuran. Hasil perkebunan mereka lantas dijadikan bekal untuk perjalanan ke daerah selanjutnya.
Legenda Limonu
Limonu kini hanya tinggal dengan ibunya seorang selepas ayah dan kakaknya yang sudah tiada. Saat Limonu sudah dewasa, Ohihiya, ibu dari Limuno memasukkan Hemuto ke perguruan silat. Sejak saat itu, Limuno berguru dengan seorang pendekar silat bernama Hemuto. Ibunya sebenarnya tidak tahu kalau Limonu berguru kepada Hemuto, seorang yang telah membunuh ayah dan kakak Limuno.
Maka, Ohihiya pun mengatakan sebenarnya kepada Limonu jika gurunya itu adalah seorang yang telah membunuh ayah juga kakaknya di sebuah peperangan. Limonu merasakan dilema, di satu sisi dia hormat dengan gurunya, tapi di satu sisi dia juga marah mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Limonu akhirnya memutuskan untuk menyiapkan bala peperangan, sekaligus menghadap ke Hemuto. Dia mengutarakan maksudnya dengan membawa prajurit perang.
Hemuto yang sakti dengan suka rela akan melawan bersama prajuritnya juga. Pertarungan yang sengit itu pun dimulai. Pasukan dari Limuno sempat terpukul mundur, namun saat mereka menyerang dari arah bukit, mereka menggelindingkan batu-batu besar ke arah pasukan Hemuto. Sehingga, banyak pasukan Hemuto yang tewas.
Asal Mula Batu Liodu Lahilote
Kisah ini diawali oleh kisah Lahilote seorang pemuda tampan yang menikahi bidadari yang turun dari kahyangan. Selepas beberapa tahun pernikahan, istri Lahilote kembali ke kahyangan akibat ulah Lahilote. Lahilote menyesali betul perbuatannya, dia pun meminta bantuan suatu tumbuhan yang bisa membawanya ke kahyangan.
Di kahyangan sana, dia menemukan istrinya dan kembali tinggal bersama di kahyangan dengan beberapa syarat. Saat Lahilote semakin tua, ubannya pun semakin kelihatan. Hal ini tidak boleh diketahui oleh banyak orang, oleh karena itu, dia punya inisiatif untuk mengajak istrinya kembali ke bumi.
Dengan bantuan rambut istrinya, Lahilote pelan-pelan bergelantungan dari rambut yang satu ke yang lain. Namun, dalam usahanya turun ke bumi, badai besar menghantam dirinya hingga tubuhnya terpisah satu sama lain. Kaki kanan dari Lahilote jatuh ke atas batu yang sekarang diberi nama Botu Liodu Lei Lahilote atau kaki kanan di atas batu.
Asal Mula Danau Limboto
Kisah ini menceritakan pemuda bernama Jilumoto yang beristrikan seorang bidadari bernama Mbu’I Bungali. Mereka tingga di sebuah bukit dan di bukit itu ada mata air Tupalo. Suatu hari Mbu’i mendapatkan berkah dengan diturunkannya sebuah mustika. Mustika tersebut kemudian ditaruh di dekat mata air Tupalo oleh Mbu’i.
Tetapi, suatu hari datanglah empat pelancong yang tertarik dengan mustika itu dan ingin mencurinya. Usaha pencurian itu lebih dulu diketahui oleh Mbu’I dan Jilumoto. Akibat si pelancong yang ingin mengambil mustika tersebut, air mata Tupalo tiba-tiba meluas dan membentuk sebuah danau. Untungnya, Mbu’I dan Jilumoto sudah menyelamatkan diri terlebih dulu. Danau itu kini dikenal oleh masyarakat sebagai Danau Limboto.
Putra Pulumoduyo dan Putra Mooduto
Di Kerajaan Suwawa dulunya ada dua putra mahkota yang bernama Putra Pulumoduyo dan Putra Mooduto. Untuk menggantikan takhta raja sebelumnya, diadakanlah sebuah sayembara dan dari sayembara itu diangkat Putra Pulumoduyo untuk menjadi raja. Selepas diangkat menjadi raja, Putra Pulumoduyo ingin berkelana terlebih dulu bersama pasukannya.
Namun, dalam kelana ini, dia mendapati kabar kalau Putra Mooduto justru disahkan menjadi raja. Putra Pulumoduyo merasa begitu kecewa dengan hal ini, dia lantas memutuskan untuk belajar senjata-senjata dan berkelana terus-terusan. Selepas pulang dari kelananya, dia ingin memerangi Putra Mooduto, tetapi tidak diizinkan oleh ayahnya. Hal ini membuat Putra Pulumoduyo pun kembali berkelana dan konon menuju ke Mangondow.
Asal Mula Pulau Boalemo
Di Gowa, dulu terdapat sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Lubu. Raja Lubu mempunyai seorang putra bernama Sarinande dan putri bernama Rawe. Di suatu waktu, rombongkan Kerajaan Lubu sedang berlayar ke luar pulau dan terjadi badai besar yang membuat kapal mereka pecah. Rombongan itu pun terpisah satu sama lain.
Raja, permaisuri, anaknya, beserta pengikutnya terdampar di sebuah pulau, dan pulau itulah menjadi Pulau Boalemo dan penghuninya dinamai orang Boalemo. Kedua anak dari Raja Lubu yang belum pernah bertemu satu sama lain dikarenakan dibesarkan secara terpisah itu ternyata malah jatuh cinta. Hubungan mereka tentu saja tidak disetujui oleh Raja Lubu.
Dengan berat hati, dia memisahkah mereka berdua lagi dengan menghanyutkan Rawe. Rawe hanyut hingga tiba ke daerah Kerajaan Hulontalangi dan konon menikah dengan putra raja di sana.
Menarik bukan legenda dari Gorontalo di atas? 8 legenda di atas semakin membuktikan juga kalau Gorontalo juga punya sekumpulan legenda daerah dengan alur menarik. Tak berbeda jauh dengan daerah lainnya, setiap kisah yang ada di legenda Gorontalo ini juga bisa kamu jadikan untuk menambah wawasan mengenai budaya Indonesia.
Sumber:
Yunginger, Ester. (2007). Cerita Rakyat Gorontalo. Jakarta: Pusat Bahasa Departmen Pendidikan Nasional.