Kylo dan Tantangan Astronot: Perjalanan Mimpi Menjadi Penjelajah Luar Angkasa

Posted on

Pernah nggak sih ngerasa kayak mimpi yang kamu kira mustahil, ternyata jadi kenyataan? Nah, Kylo, si anak muda dengan cita-cita gila jadi astronot, ngerasain banget nih!

Mulai dari tantangan aneh yang nggak kepikiran, sampe akhirnya dia bener-bener bakal terbang ke luar angkasa. Siapa sangka, kan? Yuk, ikutin perjalanan gokil Kylo yang nggak cuma bikin kamu ketawa, tapi juga mikir, Mungkin aku juga bisa punya impian yang gila, ya?

 

Kylo dan Tantangan Astronot

Mimpi Kylo, Astronot Dapur Luar Angkasa

Kylo duduk di kursi goyang tua milik neneknya, memandangi langit sore yang mulai memerah. Di luar, angin berhembus pelan, membawa harum bunga dari taman yang ada di sebelah rumah. Di tangan kanan Kylo, sebuah sendok terjuntai, yang secara ajaib dia anggap sebagai sahabat dekatnya.

“Besok aku akan jadi astronot,” katanya, berbicara pada sendok yang tampaknya tidak merespon, “tapi bukan astronot biasa. Aku akan jadi astronot yang menjelajahi luar angkasa, dapur luar angkasa.”

Tentu saja, tidak ada yang mendengarnya. Kylo sudah terbiasa berbicara dengan benda-benda. Begitu juga dengan cita-citanya yang tak biasa itu. Banyak teman-temannya yang cuma menertawakan dan berkata, “Kylo, kamu ini nggak serius ya.” Namun Kylo tak pernah peduli. Baginya, dunia ini penuh dengan keajaiban, bahkan di luar angkasa, di tempat yang jauh di luar jangkauan, pasti ada sesuatu yang lebih dari sekadar bintang dan planet—mungkin sebuah dapur yang tak ada habisnya dengan makanan yang terus terisi.

Pada suatu malam yang biasa, setelah makan malam bersama keluarga—yang tentu saja penuh dengan diskusi tentang hal-hal biasa seperti ujian matematika dan apa yang akan dimasak besok—Kylo naik ke kamarnya. Ia membuka lemari penuh dengan buku-buku gambar dan menulis cita-cita besarnya di dalam buku catatan favoritnya.

“Menjadi astronot dapur luar angkasa.”

Sambil tertawa kecil, Kylo menulisnya dengan penuh semangat, seolah-olah dunia luar angkasa sedang menunggunya di luar jendela. Lalu, dia menutup bukunya, memasukkan penanya ke dalam saku, dan merebahkan dirinya ke tempat tidur. Tidak lama setelah itu, matanya tertutup perlahan, dibawa ke dalam dunia yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Tiba-tiba, suara aneh terdengar dari ruangannya—suara gemuruh yang menakutkan. Kylo terbangun dalam keadaan bingung. “Ada apa ini?” pikirnya, mendongak ke atas, dan di luar jendela, bukanlah langit malam biasa yang ia kenal. Yang terlihat malah sebuah kilauan aneh.

Dan, sebelum Kylo bisa menyadari lebih banyak, sebuah cahaya besar menyambar dari luar angkasa dan langsung menyelimuti dirinya. Begitu terang, ia terpaksa menutup matanya. Dalam sekejap, seakan-akan semua benda di sekitarnya menghilang, hanya tersisa suara gemuruh, yang semakin keras.

“Lepaskan!” Kylo berteriak. Tapi seketika, suara gemuruh itu menghilang. Yang tersisa hanyalah keheningan dan… sebuah suara misterius yang datang entah dari mana.

“Selamat datang di Dapur Luar Angkasa, Kylo,” suara itu terdengar serius namun menyenangkan. “Aku adalah DUMBLE, kecerdasan buatan yang bertugas memandu setiap petualangan kuliner di luar angkasa. Kamu baru saja dipilih untuk misi kuliner yang luar biasa!”

Kylo melotot. “Apa? Dapur luar angkasa?” Ia menoleh ke sekeliling, tapi yang ada hanya kegelapan dan bintang-bintang yang begitu dekat. “Aku… Aku kan baru saja tidur? Kenapa aku di luar angkasa?”

“Dapur luar angkasa adalah tempat di mana segala sesuatu yang kamu inginkan ada. Tidak ada batasan bagi rasa yang bisa kamu cicipi. Tapi ini bukan misi biasa, Kylo. Kamu bukan hanya sekadar astronot biasa,” suara itu melanjutkan.

Dengan rasa penasaran yang menggila, Kylo berdiri dari tempat tidur—atau, yang lebih tepatnya, dari kursi goyang yang tidak ia tahu bagaimana bisa berada di luar angkasa ini. “Lalu, apa yang harus aku lakukan? Aku siap! Aku ingin menjelajahi dunia penuh makanan enak!”

“Dengarkan baik-baik,” kata DUMBLE. “Petualangan kulinermu akan dimulai dengan mendarat di Dapur Luar Angkasa, tempat di mana tidak ada makanan yang hilang dan semua yang kamu coba bisa jadi luar biasa. Tapi, hati-hati—makanan di sana sangat… aktif.”

Dengan itu, sebuah kapsul berbentuk bulat muncul dengan gemilang dari kegelapan luar angkasa. Kylo merasa jantungnya berdegup lebih kencang. Ini bukan sekadar mimpi, ini lebih besar dari itu. Dengan rasa percaya diri yang tiba-tiba datang, Kylo melangkah masuk.

Begitu ia masuk ke dalam kapsul, pintu menutup dengan suara ka-ting, dan tiba-tiba saja Kylo merasakan tubuhnya meluncur dengan kecepatan yang luar biasa. Ruang itu sangat canggih, dengan layar-layar yang menampilkan grafik bergerak dan angka yang terus berubah.

“Siap, Kylo?” tanya DUMBLE.

“Saya siap!” jawab Kylo, meskipun ia tak sepenuhnya mengerti apa yang sedang terjadi.

Kapsul itu melaju, menghantam ruang angkasa yang tidak terduga, dan dalam hitungan detik, Kylo merasa tubuhnya terangkat. Angin luar angkasa menyapu wajahnya. Dunia seperti berputar, dan dengan kecepatan yang luar biasa, ia merasa seolah-olah terbang.

Setelah beberapa saat, kapsul itu mulai melambat dan akhirnya mendarat dengan lembut. Begitu pintu kapsul terbuka, Kylo mendapati dirinya berdiri di sebuah ruangan yang sangat besar.

Di depannya terbentang meja raksasa penuh dengan berbagai macam makanan aneh—beberapa dari mereka melayang, beberapa berputar, dan yang lainnya tampak bergerak seperti benda hidup. Ada bola nasi yang bergerak seperti robot, serta spaghetti yang tampaknya bisa menggulung dirinya sendiri.

“Selamat datang di Dapur Luar Angkasa,” kata DUMBLE dengan bangga, “Ini adalah tempat di mana makanan hidup dan kamu bisa mencicipi segala rasa yang tak terbayangkan. Jadi, apa yang pertama kali ingin kamu coba?”

Kylo menatap sekeliling dengan mata berbinar. “Aku ingin coba… ayam terbang itu!” jawabnya dengan penuh semangat, menunjuk ke arah ayam berbulu perak yang tampaknya sedang melayang di udara.

“Baiklah, Kylo. Mari kita mulai petualangan kulinermu!” ujar DUMBLE dengan suara yang hampir terdengar seperti sorakan.

Kylo melangkah maju, siap untuk petualangan yang lebih besar lagi.

 

Ayam Terbang dan Pizza yang Bisa Bicara

Kylo berdiri di tengah-tengah Dapur Luar Angkasa, terpana dengan pemandangan yang luar biasa di depannya. Seperti yang sudah dijanjikan DUMBLE, segala jenis makanan yang bisa dibayangkan—dan bahkan yang tidak pernah ia bayangkan—berada di sekitar ruangan ini. Setiap sudutnya penuh dengan keanehan yang mengundang rasa ingin tahu yang lebih dalam.

“Jadi, ayam terbang itu di sana?” Kylo bertanya dengan nada penuh semangat sambil menunjuk ke ayam berbulu perak yang melayang di udara, berputar-putar dengan anggun seolah-olah sedang melakukan tarian. Ayam itu memang tampak seperti sesuatu yang datang dari dunia lain—tak ada sayap, namun bisa terbang dengan bebas di ruang penuh gravitasi aneh ini.

“Betul,” jawab DUMBLE dengan suara yang masih terdengar menyenangkan. “Namun, kamu harus tahu, ayam terbang ini tidak bisa dimakan seperti ayam biasa. Sebaliknya, mereka suka berbicara.”

“Ay, benar-benar aneh,” Kylo tertawa kecil, meskipun dalam hatinya tetap penasaran. “Baiklah, aku ingin coba yang itu, ayo!”

Saat ia melangkah maju, ayam terbang itu seolah-olah menyadari kehadirannya. Dengan gerakan halus, ayam itu mulai turun pelan-pelan, berhenti tepat di hadapan Kylo.

“Aku dengar kamu ingin mencoba kami,” kata ayam terbang itu dengan suara serak yang membuat Kylo terkejut setengah mati. “Tapi sebelum kamu bisa makan, kamu harus tahu… kami punya aturan!”

Kylo terbelalak, tak tahu harus berkata apa. “A-apa? Ayam bisa bicara?” tanyanya, matanya membesar tak percaya.

“Apa yang bisa aku katakan?” jawab ayam itu sambil mengangkat bahunya. “Dapur Luar Angkasa memang penuh dengan hal-hal yang tidak biasa. Tapi jangan khawatir, kita tidak suka sembarangan dimakan. Kalau kamu ingin kami, kamu harus mengalahkan kami dalam permainan.”

Kylo menggigit bibirnya, merasa seolah-olah sedang berada dalam mimpi yang sangat aneh, bahkan lebih aneh daripada yang bisa ia bayangkan sebelumnya. “Permainan apa? Aku siap saja!”

“Aku akan memberi kamu tiga tantangan,” kata ayam itu. “Tantangan pertama—tangkap aku!”

Dan dengan itu, ayam terbang itu melesat dengan kecepatan tinggi, terbang ke udara dengan lincah. Kylo mencoba untuk mengejarnya, namun dengan setiap gerakan yang ia lakukan, ayam itu selalu lebih cepat dan lebih lincah. Kylo terengah-engah, berlari dengan semangat meski merasa tubuhnya mulai lelah. “Ah! Gimana bisa tangkap ayam secepat itu?!”

“Ini bukan sembarang ayam, Kylo,” suara DUMBLE terdengar dari layar monitor yang terpasang di dinding. “Kamu harus berpikir lebih cerdas, bukan hanya cepat.”

Kylo berhenti sejenak, mengatur napasnya. Kemudian, ia mengingat sesuatu. Dapur Luar Angkasa bukanlah tempat biasa, dan makanan di sini pasti tidak akan berjalan sesuai dengan aturan yang biasa ia ketahui. Dengan semangat baru, Kylo menarik napas dalam-dalam dan mulai berpikir lebih strategis.

Tiba-tiba, ia punya ide konyol. “Aku tahu!” katanya sambil tersenyum lebar. “Kenapa tidak menyiapkan perangkap? Aku kan, sudah lama ingin membuat perangkap untuk ayam! Tapi di luar angkasa!”

Tanpa ragu, Kylo mulai mencari bahan-bahan di sekitarnya. Ada banyak bahan makanan aneh yang melayang di udara, dan di antaranya, ada berbagai macam sayuran, keju, dan bahkan gelatina yang bisa membentuk berbagai bentuk. Dengan cepat, Kylo mengumpulkan beberapa bahan tersebut, lalu mulai merangkainya menjadi sebuah perangkap jebakan.

“Ini dia!” Kylo berseru, sambil tersenyum bangga dengan perangkap aneh yang ia buat. Dari kejauhan, ayam terbang itu tampak melihat Kylo dengan tatapan heran.

“Tunggu, apa itu?” tanya ayam dengan nada bingung.

Kylo menunjuk perangkapnya. “Ini, jebakan untuk kamu!”

Ayam terbang itu mengerutkan dahi. “Benarkah? Kamu pikir bisa menang?”

Tapi Kylo tak peduli. Dengan satu gerakan cepat, ia menarik tali dari perangkapnya, dan tanpa diduga, ayam terbang itu terjerat dalam jebakan yang dipenuhi sayuran dan keju. “Gotcha!” Kylo berseru dengan senyum lebar, meskipun ia agak kaget juga melihat betapa mudahnya menangkap ayam terbang ini.

Ayam terbang itu melayang tak bisa bergerak, sedikit terkejut. “Kamu hebat,” kata ayam itu dengan nada mengakui. “Tantangan pertama selesai, kamu menang. Sekarang, untuk tantangan kedua…”

Kylo sudah merasa bangga dengan pencapaiannya. “Aku siap untuk tantangan kedua, apapun itu!”

Namun sebelum ayam itu bisa melanjutkan, suara lain terdengar tiba-tiba. Kylo menoleh ke belakang dan melihat sebuah pizza besar yang melayang ke arahnya dengan gerakan aneh.

“Kamu ingin tantangan sesungguhnya?” suara pizza itu berkata. Pizza itu memiliki wajah yang tampak serius—seperti… pizza yang sedang berbicara.

“Serius?” Kylo mengerjap. “Pizza bisa bicara?”

“Kenapa tidak?” jawab pizza itu dengan senyum lebar. “Aku adalah Pizza Intergalaksi, dan aku akan memberikan tantangan keduamu.”

Kylo, yang sudah terbiasa dengan semua keanehan ini, hanya mengangguk. “Apa tantangannya?”

“Ini sangat sederhana,” kata Pizza Intergalaksi. “Kamu harus membuatku tertawa.”

“Membuatmu tertawa?” Kylo mengerutkan dahi. “Pizza tertawa? Bagaimana caranya?”

Pizza itu mengangkat ujungnya, seolah-olah tengah berpikir. “Kamu bisa mencoba… mungkin dengan sebuah lelucon?”

Kylo menggaruk kepalanya, merasa sedikit bingung. “Oke, kalau begitu… coba dengerin ini. Apa yang dikatakan pizza kepada tetangganya yang ketinggalan?” Kylo menarik napas dalam-dalam. “Yuk, datanglah, aku sudah dibakar!”

Pizza Intergalaksi terdiam sesaat, lalu… tertawa terbahak-bahak. “Hahahaha! Itu lucu banget, kamu berhasil!”

Kylo mengangkat tangan, merayakan kemenangannya dengan senyum lebar. “Yes! Dua tantangan selesai, tinggal satu lagi!”

“Benar sekali,” jawab DUMBLE. “Tantangan ketiga akan jauh lebih sulit. Tapi kalau kamu bisa melakukannya, kamu akan menjadi legenda kuliner di Dapur Luar Angkasa.”

Kylo semakin bersemangat. “Ayo, apa tantangannya?”

Namun, apa yang menunggu di tantangan terakhir itu… Kylo belum tahu.

 

The Final Boss dan Pizza yang Mengubah Dunia

Kylo melangkah maju, penuh keyakinan setelah berhasil melewati tantangan ayam terbang dan Pizza Intergalaksi yang suka tertawa. DUMBLE, si AI yang selalu punya kejutan, tidak berhenti membuatnya terkesan dengan setiap tantangan yang diberikan.

Namun, kali ini Kylo merasa ada sesuatu yang lebih besar yang menantinya. Ia bisa merasakan ketegangan di udara, atau lebih tepatnya di ruang dapur yang terus berubah bentuk dan suasananya. Dari lantai yang berputar, dinding yang tiba-tiba penuh dengan es krim, hingga langit-langit yang seolah-olah bisa menjadi kaca bening dan memberi pemandangan luar angkasa. Ini jelas bukan tempat untuk main-main.

“Ayo, tantangan ketiga, apa itu?” Kylo bertanya dengan antusias, sambil melirik ke arah DUMBLE yang muncul di layar monitor.

DUMBLE tersenyum—atau setidaknya, Kylo merasa ada semacam senyum dalam nada suaranya. “Tantangan terakhir bukan tentang makanan. Kali ini, kamu harus menghadapi… The Final Boss.”

Kylo mendengus. “Final Boss? Jangan bilang ini tentang sesuatu yang… berbahaya?”

“Yah, sepertinya begitu,” jawab DUMBLE sambil tertawa pelan. “Dia adalah penguasa ruang ini. Tidak ada yang bisa melewatinya tanpa melewati tantangan terakhirnya. Dan dia, bisa dibilang, sangat berbeda dari yang kamu temui sebelumnya.”

Kylo mengernyitkan dahi. “Jadi, ini bukan soal ayam terbang lagi ya?”

“Benar,” kata DUMBLE. “Kamu akan bertemu dengan… Chef Zerkast.”

Tiba-tiba, dari balik tirai kabut yang tiba-tiba muncul, muncul sosok besar yang melayang ke arah Kylo. Seorang pria raksasa berbadan besar, mengenakan jas koki yang tampak seperti pakaian dari masa depan, lengkap dengan alat masak yang tampaknya lebih canggih daripada yang pernah ada di bumi. Namun yang paling aneh adalah wajahnya—di satu sisi tampak sangat serius, tetapi di sisi lainnya… wajahnya terbagi menjadi dua, yang satu tertawa, yang satu lagi menangis.

“Selamat datang, Kylo!” teriak Chef Zerkast dengan suara yang begitu keras sehingga seluruh ruang dapur bergetar. “Aku adalah penjaga Dapur Luar Angkasa dan kamu harus mengalahkanku untuk menyelesaikan tantangan ini!”

Kylo menghadap Zerkast dengan penuh keberanian, meskipun ia merasa sedikit ragu. “Mengalahkanmu? Dengan cara apa? Aku bukan juru masak.”

Zerkast tertawa keras, suaranya menggelegar. “Bukan soal masak-memasak, anak muda. Kamu harus menyiapkan hidangan yang bisa membuatku… menangis! Tapi bukan menangis karena kesedihan. Aku hanya menangis karena hidangan itu terlalu sempurna. Dapur Luar Angkasa hanya menerima hidangan dengan rasa yang bisa melampaui ekspektasi!”

Kylo menatapnya dengan bingung. “Tunggu, kamu ingin aku masak untukmu? Tapi aku tidak tahu masak!”

“Aha! Itu dia tantangannya!” jawab Zerkast, wajahnya yang menangis seketika berubah menjadi ceria. “Jika kamu bisa membuat hidangan yang membuatku menangis karena sempurnanya, kamu akan menjadi pemenang. Tapi jika tidak… kau akan jadi bahan makanan berikutnya!”

Kylo melirik sekeliling, melihat bahan-bahan yang melayang bebas di ruang ini—ada ikan terbang, telur beku yang bisa dicairkan dengan sekedar menatapnya, dan bahkan sekumpulan buah-buahan yang tampaknya bisa berbicara. Ia menarik napas dalam-dalam. “Baiklah, aku harus berpikir kreatif… Apa yang bisa membuatmu menangis? Aku tidak tahu apa-apa tentang masakan luar angkasa, tapi aku harus membuatnya…”

Sambil berpikir keras, Kylo mengingat sesuatu yang pernah dia baca di buku masakan bumi, sesuatu yang tak pernah ia coba sebelumnya: pasta—tapi bukan sembarang pasta. Ia mulai mengumpulkan bahan-bahan yang ada di sekitarnya dengan cepat, menggunakan kombinasi yang sangat tidak biasa. Pasta dari daun kelapa yang bisa meresap bumbu dengan sempurna, saus yang terbuat dari campuran selai anggur nebula dan sedikit serpihan es yang bisa mengubah rasa apa saja menjadi lezat.

Setelah beberapa menit penuh ketegangan, Kylo berhasil menyelesaikan hidangannya. Sebuah piring besar pasta dengan saus mengkilap, dihiasi dengan potongan sayur luar angkasa yang melayang-layang di atasnya. Bahkan ada sedikit taburan keju biru dari planet yang sangat jauh. Kylo meletakkan hidangan itu di hadapan Zerkast, yang tampaknya sudah menunggu dengan tidak sabar.

“Aku tidak tahu apakah ini akan berhasil,” gumam Kylo pada dirinya sendiri, tetapi ia mencoba untuk tetap percaya diri.

Zerkast mengambil garpu, mencicipi sedikit. Begitu saus pertama kali menyentuh lidahnya, ekspresinya berubah seketika. Matanya membesar. “Apa ini?” teriak Zerkast, suaranya bergetar. “Ini—ini luar biasa!”

Kylo mulai merasa lebih tenang. “Aku berhasil…?”

Zerkast menutup matanya, menelan makanannya dengan perlahan. “Tidak ada yang pernah membuatku merasa seperti ini sebelumnya. Aku… aku menangis!” air mata mulai mengalir deras dari kedua sisi wajahnya yang terbagi itu, campuran antara tawa dan tangisan.

“Menangis?” Kylo bertanya, bingung tapi juga merasa bangga.

“Ini—ini makanan yang lebih dari sekedar rasa. Ini adalah makanan yang bisa mengubah dunia!” jawab Zerkast sambil terisak. “Kamu benar-benar berhasil, Kylo. Kamu sudah mengalahkan tantangan ini!”

Dengan senyum lebar, Kylo merasa seolah-olah ia telah memenangkan sesuatu yang lebih besar dari sekadar masakan. Ia telah melampaui batasan-batasan yang ada dan bahkan menciptakan sesuatu yang membuat dunia ini—atau lebih tepatnya, Dapur Luar Angkasa—terkesima.

Tapi, dari kejauhan, DUMBLE kembali muncul di layar. “Selamat, Kylo! Kamu berhasil menuntaskan tantangan ini dengan sangat baik. Namun, ada satu hal lagi yang harus kamu lakukan untuk mendapatkan hadiah utama…”

“Hadiah utama?” Kylo bertanya, merasa penasaran.

DUMBLE tersenyum. “Sabar dulu, Kylo. Hadiah utamamu akan datang, dan itu jauh lebih besar dari yang kamu bayangkan…”

 

Hadiah Utama dan Mimpi yang Menjadi Kenyataan

Kylo sudah merasa hampir mencapai batas kemampuannya. Setelah melalui dua tantangan gila yang penuh dengan kejutan, dia mulai merasa bahwa tantangan ketiga yang dia lewati dengan pasta super canggih itu adalah puncak dari semuanya. Namun, dengan setiap kata DUMBLE yang berbicara tentang “hadiah utama,” Kylo merasa seperti ada sesuatu yang lebih besar lagi yang menanti di ujung jalan ini.

Sambil berdiri di depan Chef Zerkast yang masih menangis dan tertawa secara bersamaan karena makanan yang Kylo buat, Kylo merasa seperti sedang melangkah di atas awan. Dia tidak tahu apakah ini mimpi, atau apakah DUMBLE benar-benar sedang mengujinya untuk sesuatu yang lebih besar.

DUMBLE kembali muncul di layar dengan senyum yang tidak bisa dia baca. “Kamu sudah berhasil, Kylo,” kata DUMBLE dengan nada serius. “Sekarang, waktunya untuk hadiah utamamu. Sesuatu yang jauh lebih besar dari apa pun yang pernah kamu bayangkan.”

Kylo mengerutkan kening. “Apa maksudmu? Apa yang lebih besar dari ini? Aku baru saja membuat makanan yang membuat Chef Zerkast menangis, dan itu sepertinya sudah lebih dari cukup.”

DUMBLE tertawa pelan. “Hadiah utamamu bukanlah sesuatu yang bisa kamu sentuh atau lihat. Kamu sudah melewati ujian ini dengan cara yang luar biasa, Kylo. Sekarang saatnya untuk melangkah lebih jauh lagi.”

Dengan sebuah klik, layar di depan Kylo berubah menjadi sebuah peta luar angkasa yang penuh dengan titik-titik yang saling terhubung. Peta ini tampaknya membawa Kylo ke tempat yang sangat jauh, lebih jauh dari yang bisa dia bayangkan.

“Ini adalah peta menuju planet yang belum pernah ditemukan oleh siapa pun. Ini adalah tempat di mana astronot sejati akan memulai perjalanan mereka,” kata DUMBLE. “Dan kamu, Kylo, adalah orang yang akan menjadi astronot pertama yang berhasil mencapai tempat itu. Selama ini, tantangan yang kamu hadapi bukan hanya latihan, tapi ujian untuk mengukur seberapa jauh kamu bisa pergi dalam petualangan yang luar biasa.”

Kylo terpana. “Aku… aku akan menjadi astronot? Ini bukan hanya bagian dari mimpi, kan?”

DUMBLE tersenyum. “Tentu saja tidak. Kamu sudah melakukannya, Kylo. Mimpi itu tidak akan berarti apa-apa jika kamu tidak berani mengejarnya. Dan kamu sudah melakukannya.”

Chef Zerkast, yang masih tidak bisa berhenti menangis sambil tertawa, berdiri di samping Kylo. “Kamu memang luar biasa. Aku tidak pernah berpikir seseorang bisa mengalahkanku, tapi kamu melakukannya. Kamu pantas untuk menjelajahi bintang-bintang!”

Kylo menatap peta yang penuh dengan titik-titik dan jalur yang bersinar terang. Di sana, ada sebuah tempat yang jauh lebih besar dari apa pun yang pernah dia impikan. Planet Astronot—itu nama planet yang belum pernah ditemukan sebelumnya, tempat di mana hanya orang-orang dengan impian besar yang bisa sampai.

“Jadi, ini hadiah utamaku?” Kylo bertanya, suaranya penuh dengan kekaguman.

“Ya,” jawab DUMBLE dengan suara yang penuh kebanggaan. “Kamu akan menjadi bagian dari sejarah, Kylo. Kamu akan menjadi orang pertama yang menjelajahi planet ini. Tidak ada yang bisa menghentikanmu sekarang.”

Kylo merasa ada sesuatu yang menyentuh hatinya. Semua usaha, semua tantangan yang dia hadapi, semuanya mengarah pada satu hal: perjalanan ini. Perjalanan yang mungkin saja akan mengubah seluruh hidupnya. Mungkin dia memang seorang anak muda dengan impian gila tentang menjadi astronot, tetapi sekarang—sekarang dia sudah berada di jalur yang benar.

“Sungguh gila,” bisiknya pada dirinya sendiri, melirik ke langit luar angkasa yang semakin mendekat. “Aku benar-benar akan menjadi astronot.”

Dan dengan itu, Kylo melangkah maju, menatap peta luar angkasa yang membawanya menuju tempat yang lebih jauh, tempat yang jauh lebih hebat daripada sekadar makanan lezat atau tantangan konyol. Sebuah dunia baru yang siap menantinya.

Tidak ada yang tahu apa yang akan Kylo temui di sana—mungkin planet yang penuh dengan bintang, atau mungkin tempat yang lebih aneh dari semua yang pernah ia bayangkan. Tapi satu hal yang pasti, Kylo tahu bahwa dia tidak akan pernah menyerah pada mimpinya.

Mimpi itu sudah menjadi kenyataan. Dan perjalanan ini baru saja dimulai.

 

Jadi, siapa bilang impian itu cuma buat orang lain? Kylo udah nunjukin kalau mimpi paling gila sekalipun bisa jadi kenyataan, asalkan kita berani berjuang dan nggak takut ngejar. Jadi, kamu siap nggak untuk mulai ngejar mimpi kamu sendiri?

Siapa tahu, mungkin langit juga bakal jadi batasmu, kayak Kylo yang akhirnya terbang ke luar angkasa. Terserah deh, mau jadi astronot atau apapun, asal kamu yakin bisa! Sampai jumpa di petualangan berikutnya, ya!

Leave a Reply